Pohon Buah di Halaman Rumah

Sejak tinggal di Chiang Mai, kami sudah 5 kali pindah rumah. Beberapa tahun pertama kami tinggal di apartemen, lalu sejak Jonathan umur 2,5 tahun kami memutuskan pindah ke rumah biasa. Sejak pindah ke rumah biasa, setiap rumah yang kami tempati di halamannya selalu ada pohon buah. Walau bukan kami yang menanamnya, tapi kami berkesempatan menikmati setiap kali pohonnya berbuah.

Rumah pertama yang kami tempati halamannya cukup luas. Waktu kami baru pindah, kami langsung berkesempatan mencicipi lengkeng yang sedang berbuah di halaman. Rasanya disitu tidak berlaku siapa yang menanam dia yang menuai hehehe. Selain pohon lengkeng, ada pohon pisang juga. Kami juga sempat menikmati buah pisang dari halaman rumah itu.

buahnya bisa dipetik sama Jonathan waktu itu heheh.

Setahun di rumah dengan pohon lengkeng, kami pindah rumah. Di halaman rumah berikutnya ada pohon buah juga. Kali ini pohon Nangka, Jambu biji dan buah Nona. Setiap kali lagi musim berbuah, harum nangka akan semerbak rasanya. Tapi karena kami ga begitu suka makan nangka, seringnya ya kami minta tolong untuk tukang sapu jalan untuk memanennya dan membawanya pergi. Jambu bijinya selalu busuk entah kenapa. Satu-satunya yang bahkan eyang Jona pernah cicipi itu ya buah Nona.

Oh ya, tetangga belakang ada tanam pohon buah naga, dan ada bagian pohon yang masuk ke bagian rumah kami. Bagian yang masuk ini kalau berbuah juga gak diambil sama yang punya rumah, jadinya kami boleh ambil kalau mau hehehe. Pernah beberapa kali mencicipi ketika buah naga nya berbuah.

Sejak 2 tahun lalu kami pindah ke rumah ke-3 yang halamannya ada pohon buah. Di rumah yang sekarang ini cuma ada 1 pohon buah yaitu buah Mangga. Tahun lalu merupakan tahun pertama pohon ini berbuah, jadi yang nanam kemungkinan besar belum pernah memetik hasilnya. Nah kalau buah mangga ini kami semua suka terutama Joshua, makanya di musim panas yang terik ini dibela-belain sering siram pohonnya biar buahnya juga nantinya bisa banyak.

Sdahannya sampai rendah karena keberatan buah

Sampai hari ini, begini keliatan pohon mangganya. Buahnya sudah mulai banyak. Rantingnya sudah mulai rendah karena keberatan buah. Ini bahkan Joshua aja harus jongkok kalau mau metik hehehe. Gak sabar rasanya untuk memanennya.

Di Chiang Mai kalau diperhatikan, hampir setiap rumah yang ada halamannya akan ada paling tidak 1 pohon buah. Di komplek sini saja hampir setiap rumah ada pohon mangga atau nangka. Kalau di Indonesia biasanya pohon yang selalu ada itu pohon pisang ya rasanya. Nah kami pernah berusaha menanam pohon pisang di rumah yang sekarang ini, tapi masa itu saya belum rajin siram tanaman, jadi ya pohonnya mati hehehhe.

Jadi ingat dengan rumah masa kecil yang ada pohon Jambunya, dan rumah di Medan yang ada pohon di belakang rumahnya. Sayangnya terakhir pulang sepertinya pohonnya udah ditebang. Kalau nanti punya rumah sendiri, harus diingat untuk menanam pohon buah-buahan di rumah. Sekarang ini sih kami belum menambah pohon buahnya, karena belum tau masih berapa lama lagi akan di rumah yang ini.

Nonton Avengers: End Game

Catatan: ini cerita kesan saya menonton film ini dan tidak akan menuliskan spoiler di dalamnya.

Setelah bulan lalu nonton Captain Marvel, hari ini cari kesempatan lagi nonton ber-2 doang. Sebenarnya nonton ini merupakan hobi lama sejak jaman masih di Bandung dan sebelum punya anak. Setelah punya anak, gak ada yang bisa dititip dan ada perasaan gak tega ninggalin anak kalau masih kecil di rumah dengan pembantu. Lagian hari Sabtu kan biasanya hari bermain bersama papanya.

Udah dari sejak sebelum hari Rabu, hari releasenya film ini, Joe mulai nanyain mau nonton Avengers gak? Sebenernya sejak nonton Captain Marvel juga udah berniat nonton Avengers tapi belum tau bisa ada kesempatan lagi gak ya. Nah kalau saya sebenarnya gak merasa harus sekarang nontonnya, toh saya gak terlalu mengikuti cerita Avengers dan Marvel Series lainnya, tapi memang menonton di bioskop itu lebih rileks dan lebih bisa dinikmati daripada nonton di rumah sambil mikirin cucian piring dan anak yang sebentar-sebentar minta tolong ini itu.

Setelah menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat untuk menonton, saya usul ke Joe, tegain aja ninggalin anak di rumah sama pembantu di hari Sabtu. Toh pembantu kami ini bukan pembantu baru dan dia sudah kenal Joshua sejak masih bayi, dan Joshua juga bisa main sendiri supaya pembantu bisa sambil kerja. Awalnya rencananya Jonathan akan diajak, tapi karena Jonathan tidak menyelesaikan tugasnya di pagi hari, kami tidak jadi mengajaknya.

Dari kemarin udah ngintip-ngintip tiket online untuk film ini. Ternyata penonton Avengers di Chiang Mai sudah gak terlalu banyak, pagi ini juga kami lihat di aplikasi onlinenya masih cukup banyak tempat kosong. Awalnya niat nonton siang sehabis makan siang, tapi karena pembantu bersedia mengurus makanan buat anak-anak, ya udah nonton lebih pagi deh. Berdasarkan aplikasi, kami berangkat jam 9.30 dari rumah dan masih akan dapat tiket untuk nonton jam 10.30 pagi.

Mall di Chiang Mai itu biasanya buka jam 10.30 di hari Sabtu, tapi sepertinya khusus hari ini sudah buka lebih pagi. Film Avengers ini paling pagi mulai jam 9 pagi, lalu ada juga jam 9.30. Tempat parkir tentunya masih banyak yang kosong kalau pagi begini, tapi waktu masuk ke lokasi bioskopnya sudah banyak orang dong hehhehe. Beli tiket dari mesin seperti bulan lalu dan kami masih punya waktu untuk duduk-duduk menunggu film di mulai.

Film ini berdurasi 3 jam, jadi ya kemungkinan akan lapar karena selesainya sudah akan lewat jam makan siang. Kebanyakan orang membeli pop corn dan makanan untuk ganjal perut. Kami sarapan agak siang, jadi optimis gak akan kelaparan hahaha, tapi bakal butuh buru-buru pulang biar bisa nemenin Joshua tidur siang.

Sebagai yang tadinya gak mengikuti semua seri Avengers, saya pikir saya akan sulit mengerti jalan ceritanya. Ternyata, penyajian ceritanya cukup menjelaskan semuanya. Proporsi cerita film ini menurut saya banyak dramanya, tapi bukan drama seperti di kdrama, lebih ke drama kehidupan. Ada bagian di mana kami juga tertawa karena memang ada bagian komedinya. Porsi actionnya tentunya cukup banyak dan cukup seru. Ceritanya berkaitan dengan film Avengers/Marvel sebelumnya

Suasana di studio yang kami tonton juga cukup baik, ada satu bagian di mana kami mendengar seorang anak menangis tersedu-sedu terbawa cerita film, di bagian ini saya masih belum ikutan sedih tapi dalam hati bersyukur gak jadi bawa Jonathan, karena di rumah aja dia sering nangis kalau ada scene sedih, kalau dibawa jangan-jangan dia juga bakal menangis tersedu-sedu. Ada juga bagian di mana semua penonton diam, hening, sepertinya larut dengan jalan ceritanya. Saya bukan orang yang gampang nangis nonton film drama, tapi adalah bagian dimana ada yang gak terasa netes di pipi. Tenang, saya gak akan spoilers apa yang terjadi.

Sebelumnya, saya pernah baca peringatan dari yang udah nonton untuk siap-siap bawa tissue waktu nonton film ini, tapi saya gak percaya. Saya pikir: ah emang apaan sih, ini kan cerita action, film superhero, masa pake tissue segala. Tapi ya ternyata sedia tissue lebih baik daripada nantinya kacamata jadi buram seperti yang terjadi dengan saya hahaha.

Ada banyak hal yang bisa direnungkan dari film ini, mengenai memilih, merenungkan kegagalan masa lalu move on, mengenai pengorbanan, mengenai menjadi diri sendiri, mengenai teamwork dan mengenai percaya pada ilmu pengetahuan.

Setelah menonton film ini, saya kagum dengan para penulis cerita superheroes ini, mereka bisa aja membuat jalinan cerita dari sekian banyak film yang tersebar sekian tahun dan diakhiri dengan 3 jam saja. Para pemainnya juga untungnya masih pada hidup ya, kalau nggak kan aneh misalnya tiba-tiba yang jadi iron man nya bukan yang dulu lagi. Saya juga jadi ngerti, kenapa penting banget buat Joe kemarin nonton Captain Marvel, karena memang ada hubungannya dengan End Game ini.

Nah setelah semua cerita diselesaikan di film ini, sekarang waktunya mencari film-film Marvel sebelumnya dengan urutan yang benar untuk mereview kembali jalan ceritanya dan mengingat kembali nama-nama tokohnya. Karena seperti halnya di film itu ada bagian yang bertanya: kamu siapa? dan dijawab kamu akan tahu nanti, naaah saya juga lupa tokoh itu siapa hehehee, tapi ya gak mengganggu sih, tetap bisa menikmati sampai selesai.

Oh ya, kalau anaknya masih kecil dan bisa dititip sebaiknya anak gak usah dibawa nonton supaya lebih bisa menikmati filmnya selain gak mengganggu penonton lain Film ini walaupun saya sebut banyak drama, akan jauh lebih menarik ditonton di bioskop, karena bagian berantemnya tentunya lebih enak dilihat di layar lebar. Kalau misalnya masih ragu-ragu mau nonton atau nggak, misalnya diajakin pasangan buat nonton jangan ragu lagi deh, ini kesempatan baik untuk date nonton berdua doang hehehe.

Kdrama: Hello My Teacher

Setelah nonton KMovie Train to Busan yang dimainkan Gong Yoo, saya iseng lihat kdrama lama yang diperankan Gong Yoo dan Gong Hyo-jin. Judulnya Hello My Teacher atau judul lainnya Biscuit Teacher and Star Candy. Ini Kdrama tahun 2005, pemerannya masih pada muda hehehe.

Ceritanya menurut saya agak terlalu rumit, saya akan coba sederhanakan dalam menuliskannya, semoga tapi gak jadi bikin pusing hehehe. Berikut ini tokoh-tokoh dalam kdrama ini:

Na Bo-ri, seorang wanita berumur 25 tahun yang merupakan mantan preman di masa SMA nya sampai dia akhirnya dikeluarkan dari sekolah itu. Tapi walaupun dia dikeluarkan, dia tetap bercita-cita jadi guru. Ada 2 alasan dia ingin menjadi guru, tapi alasan ke-2 nya diceritakan belakangan, alasan pertamanya dia suka dengan seorang guru seni (lelaki) bernama Ji Hyun-wo yang tentunya ganteng. Eh alasan ke-2 nya ternyata dia memang suka mengajar dan berharap sekolah jangan terlalu cepat memutuskan untuk mengeluarkan seorang siswa dari sekolah, tapi sebisa mungkin didengarkan dulu apa masalahnya sebenarnya dan dibantu. Cita-cita ke-2 nya lebih mulia dari cita-cita pertamanya ya hehehe.

Ji Hyun-wo, guru seni yang ganteng dan masih muda dan disukai Na Bo-ri. Guru seni ini adik dari director sekolah, dan merupakan calon penerus yang mengurusi sekolah. Pernah sekolah di Perancis tapi lebih fokus dalam melukis daripada memikirkan ngurusin sekolah. Punya ex-tunangan yang belajar bareng di Perancis bersama dengan dia yang malahan jadi belajar untuk mengurus manajemen sekolah karena Ji Hyun-wo nya milih asik dengan lukisannya saja. Objek lukisannya: Na Bo-ri, dia putus dengan tunangannya karena menyadari kalau dia suka dengan Na Bo-ri dan selalu memikirkan Na Bo-ri walaupun dia tidak pernah bertemu sejak Bo-ri dikeluarkan dari sekolah.

Park Tae-In, anak SMA yang merupakan ponakan dari Ji Hyun-wo dan anak tiri dari director sekolah. Udah dikirim ke Amerika tapi malah bikin huru-hara dan akhirnya di pulangkan ke Korea. Di Korea tadinya dia lebih sering jadi kayak tahanan rumah atau dimasukkan ke sejenis bangsal rumah sakit jiwa. Bapaknya Tae-in ini dokter dan pemilik rumah sakit. Jadi kebayang ya si Tae-in ini anak orang kaya, bapak dokter, mama tiri director sekolah. Mama kandungnya sudah meninggal sejak dia kecil, salah satu alasan dia jadi agak nakal juga karena dia merasa gak dapat perhatian dari bapaknya yang sibuk dengan pekerjaan.

Selain 3 tokoh sentral dan si ex tunangan pak guru seni, masih ada lagi anak sma lain yang suka dengan Tae-In, ada adiknya bu guru Bo-ri yang merupakan seorang dokter dan bekerja di rumah sakit milik bapaknya Tae-in dan tentunya guru-guru dan murid-murid SMA lainnnya.

Kisahnya sekilas sederhana, seorang murid mengidolakan gurunya. Lalu 6 tahun kemudian dia kembali ke sekolah itu melamar menjadi guru. Tapi dengan track record pernah dikeluarkan dari sekolah itu, tentunya ketahuan kalau dia bukan murid yang cemerlang. Semua orang mempertanyakan apakah memang Na Bo-ri ini pantas jadi guru atau nggak.

Si guru seni kasih ide ke kakaknya, gimana kalau Na Bo-ri diminta untuk jadi guru wali kelas aja, jadi dia ga harus ngajar. Teorinya kan hanya preman yang tau cara menghadapi preman. Nah jadilah si Na Bo-ri di kontrak sebagai guru tapi tugas utamanya untuk mengawasi si ponakan Park Tae-in supaya ga berbuat onar lagi dan bisa sekolah normal. Guru seni ini ternyata punya motif sendiri, dia pengen bisa menindaklanjuti perasaan yang lama tersimpan.

Udah ketebak belum perkembangan ceritanya? masih episode pertama saja saya udah tau kelanjutannya, walaupun dalam cerita ini ada 2 pria dan 3 wanita, pada akhirnya ceritanya berkurang dengan 2 pria dan 1 wanita. Endingnya? ah jangan ditulis di sini nanti spoiler.

Cerita ini agak gak realistis, tapi ya bukannya ga mungkin terjadi. Saya ga pernah kenal teman saya yang menikah dengan guru SMA nya ataupun yang menikah dengan muridnya, tapi cerita orang jatuh cinta diatas umur 20 tahun udah beda tipis lah jadinya antara 20 ke 26 dan ke 30. Dalam cerita kdrama, di Korea umumnya anak lulus SMA itu sekitar umur 20 tahun, dan setelah itu mereka terhitung dewasa dan bisa menentukan mau lanjut kuliah atau mau langsung cari kerjaan.

Satu-satunya bagian yang berkesan ketika menonton film ini adalah nasihat bapaknya ke anaknya: kau mau menikah atau tidak itu pilihanmu, setelah kau menikah semua itu akan menjadi tanggung jawabmu, kau gak bisa menyalahkan aku atau menyesali kenapa tak melarangmu menikah. Pesanku kalau kau nanti menikah, sayangi isitrimu dan jangan lakukan kesalahanku yang mengabaikan keluarga dengan terlalu sibuk bekerja.

Kerumitan cerita ini karena tokohnya saling terkait. Jadi banyak scene di mana masing-masing tokoh kayak lagi berpikir keras apa yang sebaiknya dilakukan tanpa membuat malu yang lain. Semua berusaha melakukan hal yang tidak egois. Semua berusaha jadi orang baik. Tapi namanya cerita cinta, mana bisa sih semuanya happy ending, pasti akan ada tokoh yang harus minggir dan menerima kenyataan. Nah kira-kira kalau judulnya adalah pilih sendiri ending ceritanya mana ending yang lebih kalian pilih:

  • guru seni nikah dengan tokoh utama wanita
  • guru seni nikah dengan tunangannya yang pintar ngurusin sekolah, tokoh utama wanita nikah dengan si anak SMA yang akhirnya jadi suka sama dia walaupun itu notabene merebut pacar pamannya
  • guru seni dan si anak SMA gak ada yang jadi sama si tokoh utama wanita karena tokoh utama wanita gak mau merusak hubungan kekeluargaan antara guru seni dan ponakannya
  • kalau ada alternatif ending silakan tulis di komen hehehe

Namanya kdrama ya, apapun bisa jadi ending. Bisa happy ending, bisa juga open ending. Melihat kdrama ini saya malah teringat masa kuliah. Waktu SMA gak ada guru idola yang muda nan kece sih, tapi pas kuliah kebetulan temen-temen saya ada yang pada demen dengan asisten dosen yang masih muda dan single. Gak ada yang sukses sih ngedapatin si ibu dosen itu, tapi kira-kira saya jadi bisa relate dengan kisah murid yang suka dengan gurunya ini.

Hidup tanpa Hutang

Jaman sekarang ini banyak sekali penawaran ini dan itu menggunakan kartu kredit dengan bunga nol persen dan berbagai ekstra-ekstra hadiah tambahannya. Kalau lagi pas butuh mau beli memang rasanya penawaran yang ada itu sangat menarik, karena kita ga harus mengeluarkan duit langsung dalam jumlah besar, tapi bisa dicicil dalam waktu sekian bulan. Tapi, tanpa sadar, kebiasaan mencicil ini menjadi kebiasaan yang tidak baik.

Dari dulu, orangtua saya mengajarkan saya kalau mau beli sesuatu yang diinginkan, ya menabung dulu, nanti kalau duitnya udah ada baru dibeli. Kadang-kadang waktu duitnya dah terkumpul keinginan membelinya sudah hilang, jadi ya lumayan ya duitnya tetap disimpan saja untuk membeli hal lain yang lebih dibutuhkan kemudian. Orangtua saya juga mengajarkan prinsip: banyak yang perlu tapi beli yang paling perlu (jadi kalau gak perlu-perlu amat udah jelas gak usah dipikirin buat dibeli).

Singkat cerita, dari masa pacaran, prinsip ini sudah saya tularkan ke Joe. Dulu Joe pernah nyobain kredit kamera pake kartu kredit waktu baru kerja. Dan waktu kameranya lunas, udah kerasa ketinggalan jaman dan ada banyak penawaran gadget lebih canggih yang menggoda. Terus juga kadang-kadang ada perasaan, ya udah beli dulu aja sekarang, kan nanti duitnya bayarnya dikit-dikit dari gaji bulanan.

Kadang-kadang kalau lagi ada proyek ekstra yang dijanjikan dapat sekian, duit belum di tangan udah punya banyak keinginan beli ini beli itu. Nah kayaknya jadi kebiasaan kan. Akhirnya saya protes, saya bilang: mana duitnya? udah di transfer emangnya? belum ada di rekening kan, terus mau bayar pake apa kalau itu datangnya masih lama? Hahahaha dipikir-pikir, kalau Joe sebel bisa-bisa dia marah balik: masih pacaran aja udah atur-atur mau ngutang atau kagak. Tapi Joe nggak sebel, malah dia jadi mikir dan ngerti kalau yang saya bilang itu benar. Jadi sejak itu, dia gak pernah lagi tuh merencanakan beli dulu bayar belakangan.

Nah waktu kami rencana beli mobil di sini, seperti biasa pertama bikin target dulu kapan kami akan beli mobilnya. Mobil seperti apa yang kami butuhkan. Dari sekian banyak fitur yang dimiliki mobil apa yang memang pengen kami dapatkan dan apa yang bisa dikebelakangkan. Abis itu sambil nabung sambil survey harga. Ajaibnya, hidup kami itu bisa dibilang pas-pasan, pas butuh beli mobil pas ada aja rejeki ekstra jadi bisa lebih cepat nabungnya dan budgetnya bisa agak longgar.

Waktu mulai hamil Joshua, kami tahu kalau kami sudah perlu ganti mobil (mobil sebelumnya pinjaman dari bos dan udah pernah kecelakaan, AC nya kurang dingin, kacanya bening, dan si bos juga dah pengen jual sebelum harganya tambah jatuh). Setelah memutuskan akan beli mobil, kami hitung-hitung harus punya duit berapa untuk biaya beli mobil plus biaya melahirkan plus biaya mendatangkan mama saya ke sini plus harus tetap punya ekstra kalau ada kebutuhan mendadak lainnya. Untungnya anak ke-2 itu udah gak harus beli banyak kebutuhan bayi lagi, karena semuanya masih ada dari kakaknya, apalagi karena sama-sama anak laki-laki jadi bener-bener gak butuh banyak hal baru.

Tepat kira-kira 2 minggu sebelum Joshua lahir, duitnya terkumpul dan cukup untuk kami beli mobil bekas yang kira-kira baru dipakai 3 tahun dan masih cukup bagus secara tunai. Eh tapi jangan salah, waktu mobil sebelumnya kecelakaan cukup parah, kami sudah tau kalau kami sudah akan perlu ganti mobil segera dan kami sudah mulai menabung, tapi setelah hamil Joshua ada rejeki ekstra yang membuat kami bisa segera merealisasikannya. Emang ada benarnya sih masing-masing anak ada rejekinya hehehhee.

Nah waktu kemarin Joe mau beli iPhone, pas ada penawaran lagi tuh kredit nol persen plus dapat paket internet, terus saya bilang: ambil kredit aja biar sekalian dapat paket internetnya juga. Terus Joe malah yang bilang gini: bayar langsung aja deh, biar gak banyak pengeluaran tiap bulan, toh ini kan beli iPhone juga karena dapat dari rejeki ekstra juga. Sekali lagi ya, hidup ini pas-pasan, pas butuh iPhone pas ada rejeki ekstra yang tinggal nambahin dikit buat beli.

Rejeki ekstra ini sebenarnya bukan rejeki jatuh dari langit juga, tapi dari bentuk kerjaan. Entah kenapa, dari tulisan-tulisan dan hobi iseng Joe, kadang-kadang dia dapat penawaran kerjaan yang nominalnya kadang mulai berupa voucher GooglePlay sampai sampe bisa liburan ke Disneyland Hongkong. Bagian saya ya ngurusin anak kalau dia lagi asik sama keisengannya, kan kalau dapatnya kayak liburan gitu saya juga ikutan menikmatinya hehehe.

Aduh jadi ngelantur deh kemana-mana. Nah kembali ke judul. Jadi apa bisa hidup tanpa hutang? ya bisa kalau emang niat. Kuncinya beli sesuai dengan kemampuan. Kalau mau beli sesuatu di rencanakan dulu, dihitung dulu berapa lama kira-kira targetnya tercapai. Kalau ga punya duitnya sampai pada target, berarti belum rejekinya buat beli apa yang diinginkan itu. Hanya membeli kalau duitnya memang sudah ada di dompet/rekening kita, bukan sesuatu yang baru akan dijanjikan dibayarkan pada suatu saat di masa yang katanya segera tapi bisa jadi masih beberapa bulan kemudian.

Terus gimana dengan memakai kartu kredit? kartu kredit itu kan kartu hutang? Saya kasih tau ya, di sini setelah bertahun-tahun ga pakai kartu kredit kami menemukan cara lain punya kartu kredit tanpa berhutang, yaitu dengan menyimpan duit kita terlebih dahulu. Jadi kami menyimpan duit sejumlah limit kartu kreditnya, lalu waktu dipakai ya yang dipotong duit dari deposit kami itu. Lalu setiap bulan kami masukkan lagi supaya jumlah depositnya sesuai limit. Bedanya dengan kartu debit, kartu ini diberikan nomor kartu kredit dan dipakai untuk transaksi yang hanya menerima kartu kredit. Kalau kartunya ditutup, nantinya deposit kita kembali lagi.

Kalau misalnya di Indonesia gak ada sistem deposit dulu gimana? ya kalau gitu gampang, setiap habis pakai kartu kredit jangan lupa langsung dibayar. Jangan tunggu kena denda baru bayar, karena kalau udah kena denda bayarnya jadi lebih banyak. Kartu kredit ini dibutuhkan terutama untuk transaksi di internet sih, tapi bukan berarti kita harus mengikuti semua promosi yang bisa dikreditkan.

Cara berpikir menabung dulu baru bisa beli ini lumayan membuat kami mengurangi keinginan untuk membeli ini dan itu. Jonathan juga sudah kami ajari prinsip bekerja/usaha untuk mendapatkan penghasilan dan menabung untuk mendapatkan mainan yang diinginkan. Kalau Joshua masih belum, tapi basically dia gak pernah meminta sesuatu mainan sampai nangis-nangis kalau gak dibeliin hehehe.

Belajar Bahasa Korea

Tulisan ini update dari tulisan sebelumnya mengenai belajar bahasa itu proses dan juga merupakan akibat tidak langsung dari gara-gara kdrama hehehe. Saya pikir, saat ini saya sudah akan menyerah dan berhenti kebiasaan baik untuk memakai Memrise dan Coursera. Ternyata ya semakin banyak kosa kata yang kita tahu, semakin kita mengenali hangeul dan semakin mengerti kenapa ada perubahan bunyi dalam pengucapan bahasa Korea, semakin jadi sayang aja kalau ditinggalkan hehehe.

49 hari belajar tiap hari menggunakan Memrise

Tanpa terasa, hari ini sudah 49 hari saya tidak pernah bolos menggunakan Memrise dengan target belajar kata-kata baru dan review kata-kata yang lama. Korean level 2 di Memrise totalnya ada 23 bagian dan sekarang saya sudah hampir selesai bagian 21. Sedikit lagi menuju Korean level 3 di Memrise. Belajar di Memrise ini enaknya sedikit-sedikit dan kalau lupa ya gak apa-apa.

Kemarin saya menyelesaikan kursus yang saya ambil di Coursera. Kursus Learn to Speak Korean 1 ini dirancang untuk dipelajari selama 6 minggu. Jadwal minggu ke-6 itu harusnya 13 Mei, tapi saya sudah selesai duluan heheheh. Bagusnya belajar Coursera sambil belajar Memrise adalah, di Memrise saya banyak belajar kosa kata dan sedikit grammar, tapi di Coursera saya jadi lebih banyak belajar grammarnya, walaupun diajarkannya untuk percakapan sehari-hari (berbelanja, memesan makanan, menanyakan lokasi, nama-nama makanan, menyebutkan harga). Sayangnya di Coursera cuma ada 2 kursus saja untuk belajar bahasa Korea, mereka belum selesai mempersiapkan kelanjutan dari Learn to Speak Korean 1.

Dari kursus di Coursera, saya jadi menyadari kenapa bahasa Korea kedengaran gitu-gitu aja. Walau saya belum bisa mengingat semua rules nya, saya bisa bilang kalau di bahasa Korea itu kata dasar bisa punya banyak akhiran yang berbeda-beda, ada akhiran -aya, -oyo, -haeyo, -yeyo, -e, -a, -eso, -nen, -ren, -ka, -i, dan banyaklah mungkin yang saya belum tau juga hehehhe. Walaupun dah selesai kursus coursera dan menyelesaikan semua quiz dengan baik, tetep aja ya quiz itu tidak mewakili seluruh pelajaran yang ada. Karena tetep aja menurut saya quiz nya terlalu mudah dan cuma 3 – 6 pertanyaan sederhana dan bisa diulang berkali-kali tanpa penalti hehehehe.

Nah sekarang setelah selesai Coursera, rencananya saya masih akan meneruskan kebiasaan baik untuk belajar Korea ini. Di internet ada banyaaaaak sekali sumber-sumber belajar gratis ataupun berbayar, tapi saya tetep belum mau bayar (cukup bayar Netflix dan Apple Music aja), karena untuk belajar bahasa Korea ini saya gak mau ada perasaan terpaksa, saya mau tetap fun. Saya pilih 1 kursus gratisan dari Internet yang menyediakan podcast (mp3) dan file pdf nya. Mereka juga ada channel YouTube nya. Situs yang saya pilih untuk belajar namanya Talk To Me in Korean.

Situs Talk To Me in Korean ini punya banyak kursus gratisan. Kursus Grammarnya aja ada 9 level. Ada kursus Learn Korean with a Web Drama juga. Nah saya mulai dari awal lagi, sekalian mereview. Pelajaran Korean Grammar level 1 ini terlalu mudah, tapi memang mereka memulai dari kata paling sederhana dan ditambahkan sedikit demi sedikit. Untuk pelajaran belajar dari web drama saya belum dengar, tapi pastinya masih sejalan dengan niat awal belajar bahasa Korea biar bisa nonton Kdrama tanpa subtitle hehehe.

Oh ya, tulisan ini opini pribadi, saya memilih situs ini juga karena gratis dan sepertinya kurikulum mereka cukup jelas langkah-langkahnya. Waktu belajar Coursera kemarin sebenarnya saya agak kewalahan karena diberi fakta terlalu banyak dan akibatnya walau tahu tapi gak semua bisa saya ingat. Model belajar saya butuh banyak repetisi, jadi ya mari kita belajar dari awal lagi, kan katanya lancar kaji karena diulang. Kalau ada yang mau menyarankan situs belajar bahasa Korea gratisan, tulis di komen ya, buat pelajaran berikutnya hehehe.

Ada yang mau ikutan belajar bahasa Korea bareng saya? Kata Joe sih kalau saya tetap konsisten belajar bahasa Koreanya dan berasa ada progress, kalau ada rejeki siapa tau bisa jalan-jalan ke Korea hehehe. Eh tapi, sejak banyak belajar bahasa Korea ini frekuensi menonton kdrama berkurang, soalnya waktunya kepake buat belajar plus buat nulis di blog soal per-Korea-an ini hehehhee. Gak apa lah ya, belajar dikit-dikit lama-lama jadi bukit. Doain aja semoga saya tetap semangat. Kalau masih semangat pasti akan ada update lagi di blog ini.

Lagu-lagu Project Pop

Tulisan ini masih sambungan tulisan kemaren soal nyobain Apple Music. Nyari-nyari lagu Indonesia yang ketemu lagu cinta melulu. Aduh, nonton kdrama bolehlah isinya romance tapi kalau dengerin musik pengennya yang lebih memotivasi, bukan cuma dengerin kegalauan hati melulu, lagian kadang-kadang tujuannya buat didengerin pas nyetir biar gak ngantuk atau bosan kalau lagi lampu merah.

Membongkar-bongkar ingatan apa ya dulu lagu yang enak didengar, terus ingat sama Kahitna. Nah lagu Kahitna ini walaupun masih rada-rada lagu cinta, tapi masih dianggap enak di dengar (ah alasan, dasar aja gak biasa dengan lagu baru). Nah terus teringatlah dengan lagu-lagu Project Pop.

Dulu setiap kali Project Pop bikin album, saya akan beli kasetnya. Awalnya sejak masih bernama Padhyangan Project dengan lagu nasib anak kost, pertama beli pas jadi anak kost di Bandung hehehe, berasa lagu kebangsaan deh walaupun gak mengandalkan wesel lagi tapi udah pake transfer ke bank dan cek duit di atm saja. Senang aja dengerinnnya karena lagunya lucu-lucu.

Nih coba liat sebagian lirik lagu nasib anak kost

Nasib anak kost tak kenal lelah
Mengikuti mata kuliah
Ya nasib anak kost rajin belajar
Agar hidup tak susah la yaw ya nasib

Aku makan tiap hari
Kadang hanya makan mi
Gimana nggak kurang gizi

Wesel datang tak pasti
Ibu kost tak mau mengerti
Nagih sewa bulan ini ..

Padhyangan Project, Nasib Anak Kost

Padhyangan project ini berubah nama jadi P-Project dan jadi Project Pop. Terakhir beli CD audio Top Of The Pop waktu pulang ke Indonesia setelah di Chiang Mai. Nah setelah itu, saya gak pernah lagi ngikutin apakah ada album atau single yang baru dari Project Pop. Sebelum hari ini, saya hampir lupa dengan Project Pop hehehe.

Hari ini, saya bisa mendengarkan lagi lagu-lagu Project Pop yang lama maupun yang baru, sayangnya album dari Padhyangan Project tidak ada dalam Apple Music, jadi adanya album setelah mereka berubah nama jadi Project Pop. Itupun sudah lumayan banyak sih, dan hasilnya saya senyum-senyum sepanjang hari. Lagu-lagu mereka bukan cuma enak didengar dan nambah semangat, tapi liriknya juga lucu-lucu dan sebagian juga cerita soal persahabatan.

Ini satu potongan lirik lagu Ingatlah Hari Ini yang bikin saya jadi teringat masa-masa kuliah. Sayangnya, beberapa teman gak eksis di medsos dan menghilang dari peredaran. Walau demikian, mereka tetap istimewa sih di hati, dan saya ingat hari-hari itu. Hari-hari di mana teman-teman yang bantuin kalau lagi gak enak body karena sesama anak kost jauh dari orangtua dan keluarga.

Kamu sangat berarti
Istimewa di hati
S’lamanya rasa ini
Jika tua nanti
Kita t’lah hidup masing-masing
Ingatlah hari ini


Ketika kesepian menyerang diriku
Gak enak badan resah tak menentu
Ku tahu satu cara sembuhkan diriku
Ingat teman-temanku
Don’t you worry just be happy

Project Pop, Ingatlah Hari Ini

Jadi kalau kamu belum pernah dengerin lagu Project Pop, dan lagi nyari lagu Indonesia buat didengerin dan nambah semangat, coba deh dengerin lagu mereka. Selain enak didengar, liriknya lucu dan menghibur karena mereka awalnya idenya memang bikin grup parodi tapi cukup kreatif.

Waktu mendengarkan lebih lanjut, eh ada lagu Gara-gara Kahitna, loh kok jadi nyambung dengan pencarian lagu sebelumnya yah. Lirik lagu ini juga lucu, dan musiknya mirip-mirip musik Kahitna.

Setahun kemarin aku enggak ngerti
Gaya merayuku tak sebebas merpati
Ketika ku dengarkan lagu karangan Yovie
Kini aku tahu cara menyatakan cinta
Ku bilang bukan ku ingin mengganggumu
Ijinkan lah aku menyayangimu


Gara-gara Kahitna
Kita pun punya cerita cinta
Gara-gara Kahitna
Bergolak rasa di dada
Tadinya oh tadinya
Aku hampir hampir insomnia
Gara-gara Kahitna
Kau jadi kasih tercinta

Project Pop, Gara-gara Kahitna

Setelah bertahun-tahun gak mengikuti soal Project Pop, saya nemu mereka baru ngeluarin single baru tahun 2017 dan 2018. Walapun baru dengar sekali, saya langsung suka denger lagu mereka. Tahun 2017 single Kalahkan Dengan Cinta, dan 2018 judulnya Coconut.

Nah gak tau deh kenapa mereka bikin judul gak nyambung kayak Coconut, tapi lagunya enak di dengar dan seperti liriknya bilang, lagunya lagu gembira hehehe. Memang ya kalau orang kreatif, apa aja dari ga nyambung bisa disambungin.

Coconut
Buah kelapa
Coconut
Yang aku suka
Coconut
Lagu gembira
Coconut
Mari berdansa
Kamu yang ganteng diujung sana
Kenapa kamu cemberut aja
Coba sini tengok-tengok saya
Kata orang saya mirip Raisa
Hai kamu yang cantik dan manis
Sini ku hibur pakai Bahasa Inggris
Are you smiling atau meringis
But I gonna say I love you may
Coconut
Buah kelapa
Coconut
Yang aku suka
Coconut
Lagu gembira
Coconut
Mari berdansa
Kamu yang single maupun yang double
Kids jaman now or kids jaman old
Hilangkanlah duka sedih di hati
Project pop sudah hadir di sini
Coconut
Buah kelapa
Coconut
Yang aku suka
Coconut
Lagu gembira
Coconut
Mari berdansa
Apapun yang kau rasakan
Dalam hatimu saat ini
Jangan sensi macak orang sakit gigi
Walau kamu sendirian
Asal hati nggak kesepian
Jangan ragu…

Project Pop, Coconut

Kalau mau dengerin lagu-lagu yang saya sebutkan (atau lagu-lagu Project Pop lainnya, saya lihat kebanyakan ada di YouTube juga, tapi lebih baik lagi kalau beli ya, kan mendukung karya anak bangsa. Saya belum beli sih, tapi kan udah langganan Apple Music hehehe. Mudah-mudahan Project Pop ada album baru deh, biar nambah koleksi di playlist.

catatan: tulisan ini opini pribadi dan saya gak dibayar sama sekali oleh Apple Music ataupun Project Pop.

Nyobain Apple Music di Thailand

Sejak gak kerja lagi, saya jarang sekali mendengarkan musik. Udah gak pernah tau lagu apa yang baru atau enak di dengar. Joe juga ga terlalu dengerin musik, tapi ya kayaknya dia di kantor karena semua orang pake earphone jadinya juga masihlah nemu 1 atau 2 lagu yang enak didengar.

Oh ya, dari nonton film juga kadang-kadang jadi nemu lagu-lagu enak seperti soundtrack Frozen, Plane, Sing, beberapa lagu anak-anak semuanya pernah dibeli dari itunes. Nah karena kemaren nonton kdrama Phantom jadi inget lagi dulu pernah beli CD Audio Phantom of the Opera abis nonton filmnya (masa itu belum musim beli musik dari iTunes), tapi sekarang ga nemu lagi cd nya di mana. Nah Joe jadi kepikiran untuk mencarinya di Apple Music.

Di Thailand kebetulan promosi mencoba Apple Music itu gratis selama 3 bulan. Nah ya, walaupun waktu daftar harus masukin kartu kredit, tapi bener-bener free of charge selama 3 bulan pertama. Kalau mau dibatalkan setelah 3 bulan juga bisa hehehe. Biasanya sih kalau memang menarik, layanan begini akan kami pakai terus seperti halnya Netflix, ini salah satu usaha untuk hidup legal.

Kembali ke soal dengerin musik, sekarang ini satu-satunya kesempatan saya buat mendengarkan musik itu kalau lagi di mobil. Salah satu bukti kami tidak terlalu mencari musik terbaru adalah: di mobil kami cd musiknya cuma ada 2, musik lagu anak-anak dan musik lagu natal. CD musik itu udah ada sejak Jonathan masih kecil hahahah. Sekarang ini cd nya sudah mulai susah dibaca dan kalau dipasang mulai melompat-lompat nyanyiannya. Oh ya, mobil kami belum ada slot usb buat music playernya, jadi ya makanya dulu burn CD sendiri. Nah, karena CD nya mulai gak bagus, akhirnya sekarang beralih pasang music dari HP aja pake kabel AUX.

Bulan lalu, saya streaming dari YouTube tiap kali pasang musik, akibatnya paket data kritis di akhir bulan hahaha. Nah terus masalah berikutnya, kalau di HP itu, tiap pindah dari aplikasi youtube, lagunya berhenti. Setelah saya komplain masalah ini, Joe bilang: loh kenapa gak pake Apple Music aja? Nah loh, saya kan gak pernah tau soal Apple Music ini kalau gak dikasih tau hahaha. Dengan agak ragu-ragu saya tanya: tapi kan aku gak pake iPhone, emang Apple Music bisa di Android? Hahaha aduh, bener-bener deh mulai gaptek ya jadinya kalau ga banyak mau. Apple Music ini sifatnya ya kayak aplikasi music bawaannya Android juga, bisa tetap jalan di background, bahkan ketika buka aplikasi Google Map atau Pokemon Go, ya tetep denger lagunya, malah jadi denger suara double.

Udah kepanjangan intronya. Singkat cerita, Apple Music itu ada aplikasinya untuk Android juga. Nah, untuk loginnya saya pake aja loginnya Joe biar librarynya juga bareng, tinggal bikin playlist terpisah aja. Berdasarkan pemakaian 2 hari ini saya kesenangan membrowse musik-musik yang ada. Musiknya bisa di dengar streaming ataupun didownload. Bisa menambahkan beberapa playlist tentunya dan kalau gak tau mau nyari lagu apa, ada juga channel sejenis Radio yang playlistnya udah mereka siapin. Ada daftar lagu yang populer sepanjang minggu ini, ada juga top 100 music global dan lokal. Banyak pilihan deh kalau gak tau mau milih apa.

Berikutnya tentunya yang saya lakukan adalah:

  • cari musik Indonesia yang baru maupun yang dulu sering di dengar.
  • dengerin lagu-lagu Thailand juga (nah ini kurang familiar sebenarnya)
  • cari lagu yang sama dengan yang ada dengan playlist di CD mobil yang mulai rusak.
  • gak kalah penting, cari musik ost drama Korea dong!

Terus melengkapi kesenangan hati adalah, banyak lagu yang dilengkapi dengan liriknya, jadi bisa sing along kalau mau, atau kalau mau rajin bisa untuk belajar baca Korea ataupun Thai. Sekarang sih masih ngumpulin playlist aja dulu hehehe. Supaya lebih berguna, bangun pagi sekarang bikin playlist lagu yang semangat tinggi biar lebih semangat nyiapin sarapan dan siap-siap kegiatan harian.

Oh ya, kalau saya lihat harga berlangganan Apple Music ini berbeda di Thailand, Indonesia dan Amerika. Di Asia harganya lebih murah, paling murah itu harga mahasiswa/pelajar. Kalau kata Joe sih, misalnya memang berguna menghibur ya nanti bisa dipertimbangkan bayar. Kalau gak bayar lagi soalnya nantinya file-file yang di download tidak akan bisa diakses juga.

Mungkin akan ada yang nanya, kenapa gak makai Spotify atau Google Music? Saya sih alasannya sederhana: karena Joe udah daftar Apple Music aja sih dan lagu-lagu yang pernah kami beli dulu semuanya ada di library Apple Music juga. Lagipula Goggle Music belum masuk ke Thailand. Kelemahan Apple Music ini tentunya ada juga, beberapa lagu tidak bisa diakses dari region Thailand. Sejauh ini sih cukuplah, kita lihat saja berapa lama saya bertahan mendengarkan musik setiap hari.

Update 23 April 2019

Ternyata kalau saya dan Joe berbarengan menyalakan Apple Musicnya akan ada peringatan lebih dari 1 device mengakses musik dan menyarankan untuk upgrade ke family plan. Sekarang ini karena lagi masa trial bisa dicoba dengan buka account trial 1 lagi, atau ya udah gantian aja makeya, toh Joe pas jam kerja juga gak terus menerus dengerin musik dan saya di rumah juga ga pasang musik sepanjang hari.