Setelah bertahun-tahun tinggal di Chiang Mai, orang-orang Indonesia di Chiang Mai tetap merasa 17 Agustus itu spesial. Hari ini, walaupun bukan hari libur di Thailand, sebagian dari kami mengusahakan untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia ke-75.
Bersyukur juga Thailand sudah bebas transmisi lokal dan cukup aman, jadi berani untuk berkumpul-kumpul begini. Setelah sekian lama di Thailand, untuk pertama kalinya berkumpul 17 Agustus-an di Chiang Mai lengkap dengan bendera merah putih.
Sudah 83 hari tidak ada transmisi lokal di Thailand. Kehidupan dalam negeri sudah terasa sibuk kembali seperti dahulu kala. Perasaan sudah aman karena penambahan kasus baru sejauh ini ditemukan di karantina wajib untuk orang-orang yang baru masuk dari luar negeri saja. Akan tetapi, walaupun sudah merasa aman, di mana ada banyak orang berkumpul, masih ada kewajiban untuk menggunakan masker.
Melihat dari kasus yang terjadi di Vietnam dan New Zealand, setelah sekian lama aman, tiba-tiba terjadi kasus baru yang masih misteri asalnya dari mana. Vietnam sampai akhir Juli 2020, berhasil menjaga tidak ada korban jiwa dari Covid-19 ini. Lalu setelah secara mendadak ada kasus baru, sampai hari ini, menurut situs worldometers sudah ada 24 pasien meninggal karena Covid-19.
New Zealand lain lagi kasusnya, setelah 102 bebas dari transmisi lokal, tiba-tiba ada penambahan kasus baru yang dimulai dari sebuah keluarga, dan sampai hari ini sudah ada 69 kasus aktif di New Zealand. Kota Auckland yang tadinya kehidupan mulai normal, kembali ditutup perbatasannya dari kota-kota sekitarnya untuk mengisolasi penyebaran Covid-19.
Biasanya, ketika memilih drama untuk ditonton, saya memang melihat pemeran utama dan mengira-ngira jalan cerita dari judulnya. Kalau agak rajin, membaca resume cerita dan melihat trailernya. Tapi sebenarnya yang membuat drama cukup berkesan itu bukan hanya pemeran utama. Pemeran pendukung yang biasa jadi orang-orang di sekitar pemeran utama juga menentukan sebuah drama bisa semakin menarik atau tidak.
Tulisan kali ini, khusus membahas para pemain pendukung yang masuk kategori ahjumma dan ahjussi. Singkatnya sih mereka masuk golongan paruh baya dan bukan pemeran utama, walaupun mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengan tokoh utama. Dari sekian banyak yang berkesan, saya hanya akan menuliskan 2 tokoh ahjumma yang menurut saya aktingnya selalu keren.
Walau sudah sering melihat aksi mereka, saya baru mencari tahu namanya sebelum menulis tulisan ini. Nasib pemeran pendukung ya, namanya tidak diingat seperti halnya pemeran utama. Tapi melalui tulisan ini, saya ingin mengacungkan jempol untuk akting mereka yang membuat drama di mana mereka terlibat di dalamnya menjadi lebih berkesan buat saya.
Pandemi Covid-19 masih belum ada tanda-tanda berakhir. Kegiatan belajar di rumah yang tadinya dipikir hanya beberapa minggu saja, ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menjadi salah satu yang paling sibuk di masa pandemi ini untuk mempersiapkan supaya pendidikan tetap berjalan. Salah satunya dengan mempersiapkan modul belajar yang bisa dipergunakan sekolah-sekolah.
Saat ini untuk tahun ajaran 2020/2021 sepertinya masih belum tahu kapan bisa mulai kelas tatap muka. Walaupun sudah ada beberapa keputusan yang memperbolehkan sekolah di buka di berbagai zona, tapi tetap saja pelaksanaannya masih butuh persiapan. Menunggu bisa sekolah tatap muka lagi, program belajar dari rumah tetap harus berlangsung.
Mulai dari guru, orang tua dan siswa semua sibuk dengan kegiatan belajar di rumah. Ada berbagai keluhan dari siswa yang merasa stress karena seharian harus di rumah mengerjakan tugas-tugas dan tidak bisa bermain dengan teman. Ada keluhan orang tua yang juga masih harus bekerja sambil mendampingi anak belajar, lalu masih harus merekam video atau foto anaknya melakukan kegiatan untuk dikirimkan ke guru. Ada keluhan guru yang harus mempersiapkan materi dan tumpukan pekerjaan murid yang harus diperiksa.
Hari ini mau nulis topik tantangan KLIP tentang merdeka finansial. Kalau dari hasil googling, ada berbagai definisi dan tips sehubungan dengan financial freedom ataupun financial independence. Tapi, saya juga punya definisi sendiri tentang kemerdekaan finansial ini.
Seperti halnya kemerdekaan menjadi diri sendiri, kemerdekaan finansial juga ada batasannya. Jadi merdeka itu bukan berarti bebas tanpa batas, tapi justru keleluasaan dalam keterbatasan. Keterbatasan karena uang bukan dari daun-daun yang tinggal petik di pohon.
Merdeka finansial menurut saya bukan ketika kita punya uang yang sudah tidak bisa dihitung lagi karena punya investasi yang sangat besar sehingga dalam setiap detiknya nilainya sudah berubah dan selalu bertambah. Karena walaupun mungkin ada saja orang-orang yang seperti ini, saya tidak pernah bercita-cita seperti itu.
Sesekali nulis cerita masak-masak di sini. Sebenarnya dari dulu udah sering banget bikin aneka olahan muffin banana ataupun banana bread. Nah, lama-lama setiap masak udah ga pake resep lagi. Tapi juga sebenarnya udah jarang aja masak muffin, hehehe.
Nah hari ini, lagi agak rajin, lagi ga punya pisang, tapi ngat masih punya apel di kulkas. Anak-anak tidak mau disuruh makan apel fresh. Jadi keidean masukin apelnya ke muffin aja deh.
Drama ini baru selesai tayang hari Minggu kemarin, tapi saya baru selesai nontonnya hari Senin. Awalnya drama ini hampir saya tinggalkan karena beberapa menit pertama terkesan menyeramkan. Cerita dimulai dengan sebuah dongeng ala Rapunzel, seorang anak wanita yang dikekang seorang penyihir yang merupakan ibunya dan dikurung di sebuah kastil dan dilarang mempunyai teman.
Saya memang tidak mencari tahu detail dari drama ini sebelum menontonnya, tapi mengambil asumsi dari judulnya kalau ceritanya akan membahas seputar psikologi manusia. Apalagi judul lainnya adalah Psycho but It’s Okay.
Waktu melihat bagian awalnya ada cerita penyihir, saya pikir drama ini akan menjadi drama horor. Saya memang tidak suka cerita fantasi yang mengarah ke horor, tapi ketika ceritanya berlanjut dengan pembacaan buku dongeng, saya pun jadi terpikat dengan drama ini.
Ada beberapa daya tarik dari drama ini yang membuat saya meneruskan menontonnya sampai akhir. Kalau Anda termasuk yang tidak suka horor seperti saya, ceritanya bukan cerita horor kok jadi coba teruskan saja menontonnya. Saya akan berusaha menuliskannya tanpa memberikan spoiler.