Kdrama: Go Back Couple dan Familiar Wife

Udah lama tidak menulis seputar kdrama, sekali ini langsung bahas 2 drama yang tema nya sama. Genre nya jelas ini ada fantasinya, temanya tentang kesempatan kedua dalam kehidupan rumahtangga karena pernikahan itu gak otomatis happy ending. Tulisan ini akan banyak spoiler di sana sini, tapi saya tidak akan tuliskan terlalu detail.

Saya nonton Go Back Couple dulu baru nonton Familiar Wife. Berdasarkan tahun releasenya juga film Go Back Couple itu Oktober 2017, sedangkan Familiar Wife releasenya September 2018.

Kesamaan dari 2 drama ini adalah:

  • menikah muda setelah berkenalan beberapa waktu
  • digambarkan istri yang tadinya cantik setelah menikah jadi tidak terlihat cantik lagi
  • sudah punya anak dari pernikahannya
  • tidak ada komunikasi yang baik, baik istri dan suami merasa lelah tiap bertemu (suami lelah dengan pekerjaan, istri lelah mengurus anak dan rumah).
  • masing-masing ingin dimengerti tanpa berusaha mengerti atau mendengarkan penjelasan pasangannya
  • sangat struggle dalam urusan finansial untuk kebutuhan keluarga.
  • mereka merasa sudah memilih orang yang salah untuk jadi pasangannya.

Singkatnya, di film ini digambarkan pernikahan pasangan muda dengan anak yang masih kecil-kecil. Buat yang sudah menikah dan punya anak masih kecil dan keuangan keluarga yang kejar setoran buat bayar tagihan, pasti bisa relate dengan emosi yang ada. Gimana masing-masing merasa lelah karena mungkin kaget kehidupan pernikahan tidak seperti di film-film yang bilang setelah menikah mereka akan hidup bahagia selamanya.

Cerita Go Back Couple

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Confession_Couple

Pasangan di Go Back Couple ini digambarkan seumuran, mereka sudah menikah 14 tahun dan punya 1 anak masih balita. Si istri tidak bekerja dan ya gak sempatlah buat dandan. Suaminya sibuk kerja dan tidak pernah menceritakan permasalahan yang dia hadapi di kantor. Istri tidak tahu apa masalah suami dan suami gengsi buat cerita permasalahan di kantor.

Buat si istri, suami tidak pernah ada ketika dia membutuhkannya, misalnya waktu anak mereka sakit dan masuk rumah sakit, si istri berusaha telpon suami tapi gak diangkat juga. Suami kesal karena istrinya terkesan menuntut saja, padahal dia kerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Akhirnya ya dalam kemarahan terucaplah kata pisah. Cerita kesempatan ke-2 dimulai ketika mereka melepaskan cincin kawinnya setelah resmi mencatatkan perceraian di kantor catatan sipil.

Cerita Familiar Wife

sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Familiar_Wife

Pasangan di Familiar Wife baru menikah 5 tahun dan sudah punya 2 anak balita. Istrinya digambarkan usianya lebih muda beberapa tahun dari suami. Berbeda dengan pasangan pertama, pasangan ke-2 ini istrinya bekerja juga di sebuah spa. Anak-anaknya diantarkan ke penitipan anak supaya si istri bisa bekerja juga. Ibunya si istri juga ada gejala alzheimer, tapi hal ini tidak diceritakan ke suaminya, padahal mereka tinggal 1 kota. Jadi istrinya bekerja juga, urus anak dan rumah juga. Sementara suaminya ya kerja, tapi tidak ambil bagian dengan urusan rumahtangga dan terutama bagian kalau anak nangis malam-malam ya urusan istri.

Singkat cerita, dengan keajaiban dari drama Korea, mereka kembali ke titik di mana mereka bisa membuat pilihan yang berbeda untuk pasangan hidupnya.

Kesempatan Memilih yang Berbeda

Go Back Couple kembali ke masa di mana mereka masih kuliah. Sebelumnya mereka sudah berumur 38 tahun dan kembali ke masa di mana mereka masih berumur 20 tahun. Mereka seperti kembali mengulang kehidupan mereka tapi bisa membuat pilihan yang berbeda, termasuk bisa saja memilih cinta pertamanya untuk menjadi pasangannya. Bedanya, ketika mereka memilih untuk tidak memilih satu sama lain, karena mereka 1 kampus dan punya teman yang sama, mereka jadi lebih mengenal satu sama lain (mereka punya memori yang di bawa dari umur 38 tahun itu). Tentunya mereka juga jadi sudah lebih dewasa dan tanpa sadar menceritakan apa yang dulu bikin kesal. Misalnya si istri kesal waktu suaminya tidak menghibur dia ketika ibunya meninggal. Padahal suaminya berusaha mendistract si istri biar tidak terlalu sedih. Jadi bedanya, ketika mereka bukan pasangan, mereka malah lebih terbuka untuk mengungkapkan isi hatinya.

Drama Familiar Wife, yang kembali ke masa lalu awalnya dari sudut pandang si suami. Jadi suatu hari setelah dia merasa ‘lelah’ dengan kemarahan istrinya, dia dapat koin ajaib yang bisa membawa dia kembali ke hari pertama di mana dia bertemu dengan istrinya di tahun 2006. Pertemuan pertama ini menentukan kelanjutan pilihannya. Setelah dia memilih untuk menghindari pertemuan dengan istrinya, ceritanya kembali ke masa tahun 2018 dan tentunya si suami ini malah menikah dengan cinta pertamanya (sesuai harapannya waktu dia merasa kesal dengan istrinya). Di saat dia menyadari kalau pilihannya kali ini lebih seperti harapannya, ternyata si istri pertama jadi pegawai baru di kantornya, dan jadilah dia bertemu setiap hari dan tanpa sadar jadi lebih kenal dengan si istri daripada sebelumnya. Di ceritakan sang suami yang membuat pilihan ini memiliki memori utuh dari kehidupan versi sebelumnya sedangkan si istri pertama belum menikah dan tentunya masih menjadi wanita yang menyenangkan karena hidupnya belum terlalu stress kali ya hehehe.

Ceritanya tentu tidak berakhir di situ, lambat laun istri yang disangka ideal ternyata tidak ideal dan terlalu mengatur karena punya uang banyak. Si mantan istri yang sekarang jadi rekan kerja malah terlihat makin manis karena kelakuannya ya seperti masa mereka masih pacaran yang ramah dan ceria. Dari interaksi sebagai rekan kerja, si suami jadi tau beberapa hal baru tentang istrinya. Karena cerita familiar wife ini 16 episode (dibanding Go Back Couple yang 12 episode), akhirnya ada twist baru lagi untuk memberi happy ending tanpa ada cerita perceraian. Tentu saja dengan koin ajaib yang kali mereka sama-sama kembali ke hari pertama pertemuan mereka. Aduh panjang ya ceritanya hehehe. Nonton aja deh sendiri sebelum saya spoiler abis-abisan.

Kesimpulan?

Langsung ke kesimpulan aja gimana? Kalau ditanya film mana yang lebih bagus? saya lebih suka Go Back Couple. Kenapa? karena di Go Back Couple, mereka kembali ke hari setelah mereka mengurus perceraian mereka. Secara status berkas sudah masuk tapi masih bisa dibatalkan. Mereka juga kembali ke anaknya dan sekarang sudah lebih mengenal satu sama lain dan tau kesalahan mereka di mana. Sedangkan di familiar wife, ada 2 kali perubahan jalan cerita, dan perubahannya permanen dan tidak membawa tokohnya kembali ke titik awal. Walaupun akhirnya mereka menikah dan punya 2 anak juga, tapi jadinya ketika mereka menikah yang ke-2 kalinya mereka sudah lebih dewasa secara umur dan pemikiran, dan juga sudah lebih mapan secara finansial karena pengalaman kerja lebih banyak (dan istrinya juga sekarang bukan sekedar kerja di spa, tapi kerja di bank dengan posisi yang malah lebih baik dari suaminya).

Percakapan yang berkesan

Dalam 2 drama ini ada banyak hal yang bisa dipelajari terutama kalau kita ada dalam posisi mereka. Tapi yang paling menarik buat saya misalnya percakapan di Go Back Couple antara bapak dan ibu si suami. Bapak dan ibunya tentunya sudah lebih lama menikah dari mereka, digambarkan masih ada saja kesalahpahaman diantara mereka, tapi ya mereka tidak langsung minta pisah juga. Sekali ketika lagi marah ibuya bilang: “Masa yang kayak gitu aja harus aku bilang lagi sih?” terus bapaknya akan jawab: “Ya iyalah, kalau kau gak bilang, gimana aku bisa tahu, emangnya aku bisa baca isi kepalamu tanpa kau bilang?”. Seringkali, setelah kita menikah atau mengenal orang bertahun-tahun, kita berharap mereka bisa langsung tahu apa isi hati kita tanpa kita perlu menyebutkannya. Padahal, apa sih susahnya mengungkapkan apa isi hati kita daripada tebak-tebak buah manggis? Cerita di Go Back Couple juga ributnya karena masing-masing gengsi, gak mau kasih tau apa kesulitan yang dialami ke pasangannya tapi berharap dimengerti. Lah gimana mau ngerti kalau gak tau masalahnya apa, ya nggak?

Nah kalau dalam drama Familiar Wife, digambarkan setelah kesempatan ke-3, si suami jadi lebih mengerti bagaimana menghadapi istri yang sedang marah dan tidak membuat tambah marah (dan hal ini berlaku juga untuk istri ketika suami marah) . Termasuk bagian ikut turun tangan dan bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah termasuk urusan anak.

Penutup

Jadi jelas ya kesimpulannya, kalau pernikahan itu gak otomatis hidup bahagia selamanya, tapi kita harus tetap menjaga komunikasi, menceritakan apa yang kita rasakan dan bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam rumahtangga bersama. Karena ketika kita menikah, hidup kita sudah menjadi bagian dari pasangan kita dan berbagi hidup itu bukan berbagi yang indahnya saja tapi juga berbagi duka.

Tentang MLM (Multi Level Marketing)

Catatan: Saya tidak anti MLM, tapi ini sekedar opini berdasarkan pengalaman kenapa saya tidak tertarik bergabung dengan MLM (multi level marketing).

sumber dari internet

Siapa yang tidak pernah mengalami dihubungi teman yang sudah lama tidak ada kabar atau ditambahkan jadi teman di sosial media hanya karena ada beberapa teman yang sama lalu kemudian ditawari produk MLM?

Sewaktu kuliah, saya pernah ikutan MLM. Waktu itu saya pakai produknya, awalnya ikutan supaya dapat potongan harga saja. Tapi tentunya, upline tidak pernah membiarkan downline tidak aktif untuk mencari bawahan lagi. Terus ya sempat juga saya jalani walau setengah hati. Tapi usaha untuk menawarkan produk, membujuk ikutan gabung dan kemudian harus membeli supaya tutup poin ternyata tidak semudah itu. Walaupun waktu diajak bergabung dengan harga murah dan sejuta keuntungan lainnya, tapi pada akhirnya banyak juga modal ekstra yang perlu dikeluarkan.

Beberapa hal yang membuat saya berhenti ikutan MLM adalah:

  • Ada terlalu banyak seminar yang katanya perlu diikuti, dan seminar ini tentunya tidak gratis. Kita bahkan disarankan membelikan untuk teman kita yang bisa diprospek untuk menjadi anggota juga.
  • Seringkali untuk mengejar mendapat bonus, akhirnya saya belanja benda-benda yang sedang promosi dengan harapan bisa menjualnya lagi kalaupun tidak saya pakai. Tentunya godaan ini karena ada nilai bonus yang dinominalkan sekian rupiah dan angkanya tentu lebih dari modal yang perlu kita tambahkan supaya tutup poin. Tapi kenyataanya barang-barang tersebut akhirnya terus menumpuk dan tidak berhasil saya jual (emang saya kurang pinter kali ya jualannya).
  • banyak produk yang tadinya saya tidak butuh jadi terasa butuh, dibeli mumpung diskon dan demi kejar poin. Akhirnya saya merasa ini sih namanya menguntungkan produsen saja pada akhirnya. Keuntungan yang ada terasa “semu”.
  • Saya tahu ada banyak yang sudah mendapat penghasilan tetap setiap bulan seperti gaji bulanan, tapi menurut saya untuk sampai ke tahap itu tetap saja butuh waktu dan modal yang lumayan. Mengatur “anak buah” juga dan meyakinkan mereka untuk kejar poin dan merekrut teman-teman baru setiap saat.
  • Misalnya untuk dapat penghasilan yang lumayan itu butuh di tingkat 7 saja, kalau setiap tingkat butuh kaki 2 maka dibutuhkan orang sebanyak 2pangkat 7 – 1 = 127 orang. Atau katakanlah sampai level 6 saja dibutuhkan sekitar 63 orang yang aktif berbelanja dan semuanya tutup poin. Bayangkan kalau setiap orang hanya butuh belanja 1 juta rupiah saja, berapa duit terlibat di dalamnya? Yang jelas yang paling diuntungkan itu yang punya usaha MLM tersebut.
  • Teorinya kita hanya perlu mengatur 2 (atau lebih) bawahan langsung kita saja, prakteknya kalau memang mau dapat target, kita harus mengatur seluruh bawahan. Kita harus tetap menyemangati (memaksa) mereka untuk berbelanja.
  • Untuk sampai ke level di atas 5 itu tidak semudah teorinya. Padahal bonus level 5 itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan kita. Akhirnya dilemanya setiap bulan antara menjual produk dan mencari keuntungan dari jual produk dan membujuk teman supaya bergabung. Pada akhirnya kerja MLM ini bukan “cuma” selingan tapi jadi kehidupan kita yang mana setiap melihat teman yang terpikir adalah menawarkan produk dan mengajak bergabung.
  • Kadang-kadang produk yang dijual di supermarket sebenarnya lebih murah dan lebih cocok untuk saya, tapi demi kejar poin saya bela-belain pake produk MLM nya.
LevelJumlah orang dengan minimal 2 kaki
11
23
37
415
531
663
7127
8255
9511
101023
112047
124095
138191
1416383

Kalau ada yang sudah berhasil ikut MLM sampai di atas level 7 dan bertahan sampai bertahun-tahun, saya ucapkan selamat. Tapi kalau ada yang masih di bawah dan merasakan apa yang saya sebut di atas, pikirkan kembali apakah sudah siap untuk menjadi sales tetap dari produk MLM yang kamu jual. Hanya sedikit yang bisa sampai ke level atas dengan jumlah orang yang terlibat. Apakah semua produk yang kamu beli untuk tutup poin itu memang sudah paling cocok buat kamu, atau sebenarnya ada rasa keterpaksaan buat membelinya.

Saya tidak bilang MLM itu jelek atau tidak akan berhasil. Saya cuma mau bilang, MLM itu sama saja dengan bisnis apapun. Butuh totalitas juga menjalaninya kalau mau berhasil mendapatkan penghasilan yang stabil. Jadi jangan pernah bergabung dengan MLM karena berpikir ini passive income, cuma nawarin produk dapat bonus ini itu. Jualan MLM itu lebih sulit daripada buka warung kopi! Kalau buka warung, pembeli yang datang ke kita. Kalau produk yang kita jual memang barang yang dicari banyak orang, kita gak perlu ngiklan karena sudah ada yang mengiklankan buat kita. Kalau lokasi warung kita strategis seperti di kantin kampus, yakinlah setiap hari pasti ada yang beli, apalagi kalau tidak ada saingannya. Keuntungan berjualan di warung jelas, semakin banyak laku semakin banyak hasilnya, tapi kita harus keluar modal juga buat stok, tapi kalau hari libur mungkin penjualan menurun.

Kalau mau bergabung dengan MLM, pastikan produk yang dijual ini banyak dipakai orang. Jaman sekarang ada banyak sekali jenis MLM yang menjual multivitamin, suplemen diet, kosmetik, alat kecantikan ataupun alat dan produk rumah tangga. Bahkan dulu sepertinya ada yang model jualan pulsa dengan MLM. Kalau sekarang saya butuh membeli sesuatu produk yang dijual oleh MLM, saya memilih untuk membujuk penjualnya memberi diskon daripada gabung jadi anggota, biasanya sih berhasil hehehe.

lebih lanjut tentang MLM…

Pengalaman Belanja di Tokopedia

Jaman sekarang ini belanja online sudah jadi hal biasa. Penyedia jasa untuk berbelanja online ini juga ada banyak, kita tinggal pilih saja. Dari sekian banyak yang ada, saya baru sekali ini mencoba belanja online di Tokopedia, di pesan dari sini untuk di kirim ke alamat Indonesia.

Kenapa milih Tokopedia? gak ada alasan khusus sih, namanya juga pengen nyoba aja hehehe. Ceritanya saya lagi nitip bawain kopi Aroma ke temen yang lagi pulang ke Indonesia untuk di bawakan ke Chiang Mai. Tapi si Kopi Aroma Bandung ini tidak dijual bebas di toko/swalayan, tokonya cuma ada di Bandung dan mereka tidak melayani penjualan secara online. Satu-satunya cara ya akhirnya mencari dari toko online.

Waktu mulai pencarian, ada banyak sekali toko online, akhirnya saya memilih toko online yang lokasinya di Bandung dan rating/jumlah pesananya paling tinggi. Kenapa saya pilih yang di Bandung? karena kopi aromanya dari Bandung, harapannya sih biar stoknya juga lebih murah.

Karena ini kali pertama memesan di Tokopedia, saya belum punya user-id. Untungnya, pendaftarannya sangat mudah, saya bisa login menggunakan Facebook saja.

Berikutnya ya cari barang, masukkan ke dalam keranjang belanja dan bayar. Untuk pembayaran ada banyak pilihan, untuk kami yang jauh bisa melalui internet banking dan proses pembayaran dengan internet bankingnya juga cukup mudah.

Ada notifikasi dalam setiap langkahnya

Berikutnya setelah pembayaran, saya mendapatkan notifikasi mulai dari menunggu konfirmasi, pesanan di proses, sedang dikirim, sampai akhirnya sampai tujuan. Saya memesan tanggal 12, diproses dan dikirim tanggal 13, hari ini sebelum jam 12 siang sudah sampai ke tujuan. Sempat kuatir telat sampai, karena tulisannya paket akan sampai 2 – 4 hari sejak dikirim, ternyata cukup cepat juga.

dipesan tanggal 12, selesai tanggal 15

Setelah barang diterima, kita diminta untuk memberi informasi kalau transaksi sudah selesai. Kalau ada komplain tentang barang yang dikirim, kita bisa mengadu ke Tokopedianya sebelum transaksinya selesai. Dengan adanya jaminan dari pihak Tokopedia ini, kita tidak perlu kuatir sudah transfer tapi barang tidak diterima.

kalau tidak kita klik selesai, nantinya akan ada proses otomatis untuk menutup transaksi

Di Thailand sendiri, kami sudah pernah mencoba memesan di shopee dan lazada lokal sini dan semua baik-baik saja transaksinya.

Saya pernah baca pengalaman teman saya berbelanja langsung ke “toko di medsos”, sudah transfer duit tapi barang tidak kunjung datang. Waktu di komplain, penjualnya menghilang atau selalu menghapus komentar kalau kita tulis di wall mereka.

Kalau dibanding-bandingkan harganya, memang toko di medsos kadang harganya bisa terlihat murah banget, tapi dengan adanya kemungkinan penipuan, lebih baik berbelanja di platform yang ada jaminan seperti Tokopedia ini.

Review Buku: Catatan Harian Menantu Sinting

Ini salah satu buku genre MetroPop yang tidak sengaja saja temukan di ipusnas. Setelah selesai baca, saya baru tahu kalau buku ini awalnya juga dimulai dari wattpad. Saya tertarik membacanya karena kisahnya tentang wanita Batak menikah dengan orang Batak dan pernah tinggal serumah dengan mertua perempuannya yang pastinya orang Batak juga. Setelah mereka pisah rumah, mertuanya masih rajin juga datang ke rumah mereka, jadilah kerunyaman menantu dan mertua berkelanjutan, apalagi dengan penantian 8 tahun menunggu punya anak, jadilah mertuanya tambah bikin kesel dengan tuntutan supaya cepat-cepat punya anak dan segala mitos seputar orang hamil.

Penulisnya juga orang Batak

Saya tidak kenal sih dengan penulisnya, dan kurang tahu juga apakan ini berdasarkan kisah nyata. Tapi ya, mungkin buat yang tinggal sama mertua bisa merasakan beberapa hal terjadi juga. Saya walau Batak tidak menikah dengan pria Batak dan tidak pernah tinggal dengan mertua, kebetulan mertua saya juga baik-baik saja. Walau kami agak lama punya anak, mertua saya gak jadi mengesalkan nyuruh cepat-cepat punya anak. Di satu titik sebelum 50 halaman membacanya, saya merasa banyak bagian cerita yang kurang lucu karena terlalu berlebihan.

Secara umum ceritanya lucu, dialog-dialog ala Batak dengan bantuan footnote yang banyak cukuplah buat pembaca non batak mengerti, walaupun saya yakin kelucuannya akan terasa berkurang ketika harus mengecek maksud dari kata ‘apa’ yang terlalu banyak digunakan mertua si Minar. Tapi bagian yang bikin saya agak malas-malasan menyelesaikan buku ini adalah terlalu banyak bagian vulgar yang sebenarnya bisa saja dihilangkan tanpa mengurangi kesan kalau mertua si Minar ini sungguh luar biasa nyentrik dan cepat menghabiskan stok sabar menantu. Setelah selesai membaca, waktu saya mencari tahu lebih lanjut tentang buku ini, ternyata ada rating 21+, jadi ya… salah saya sendiri gak cari tahu tentang bukunya sebelum membaca ya. Buku ini cuma 231 halaman, tapi butuh beberapa hari menyelesaikannya. Beda dengan buku Resign! dan Kupilih Jalan Terindah Hidupku yang buat saya lebih bikin penasaran dan bisa selesai dalam waktu 1 hari 1 buku.

Daftar isi

Kalau dilihat dari daftar isinya, sebenarnya judulnya bukan menantu sinting, tapi mertua yang bikin menantu sinting. Tapi ya, saya bisa mengerti kalau lebih sopan judulnya menantunya yang sinting daripada mertuanya.

Beberapa bagian dalam buku ini juga memberikan gambaran kelakuan orang Batak, misalnya pentingnya anak laki-laki buat orang Batak, penamaan yang berubah setelah mempunyai anak atau cucu, beberapa perubahan cara menyebut nama kalau terlalu susah di lidah menjadi ucok dan butet. Penjelasan tentang sapaan di keluarga Batak juga ada di buku ini. Untuk orang yang bukan Batak, selesai membaca buku ini kemungkinan bertambah kadar kebatakannya dengan huruf e tajam di sana sini.

Sebenarnya saya kurang suka menulis kritik, tapi ya mungkin ini namanya opini ya. Walaupun banyak yang memberikan pujian lucu dan kocak, tapi buat saya buku ini kurang direkomendasikan, apalagi kalau gak biasa dengan istilah Batak. Saya menuliskan ini siapa tahu ada yang berharap banyak dari buku ini dan ternyata gak sesuai dengan harapan. Hal-hal yang bikin saya kurang cocok itu antara lain:

  • saya gak menemukan si Minar ini boru apa. Padahal di dalam cerita, ada nama lengkap Sahat dan Mamaknya. Mungkin saya yang kelewat?, gak penting? ya pentinglah biar tau Minar ini asli Batak atau pura-pura Batak (hahaha apaan sih komentar gak penting juga).
  • Terlalu banyak generalisasi tentang orang Batak di buku ini. Saya kuatir kalau ada orang non batak mau nikah dengan orang Batak jadi keburu salah paham dan ambil asumsi yang salah. Misalnya nih ya tentang orang Batak makan daging anjing, ya… walaupun itu fakta, tapi saya gak pernah melihat ada orang Batak yang tiap lihat anjing hidup langsung menetes air liurnya dan pengen masak langsung itu anjing. Kalau udah terhidang aja kali di meja makan baru di makan.
  • Mertua si Minar ini ceritanya tinggal di Jakarta, kayaknya sejauh saya mengenal orang-orang Batak yang tinggal di Jakarta ataupun Bandung, mereka udah lebih modern dan ngomongnya udah gak Batak kali. Entahlah ya, kalau ternyata saya aja yang udah kurang banyak bergaul dengan orang batak. Tapi saudara-saudara saya yang Batak ada banyak banget tinggal di Jakarta, dan mereka udah gak kentara lagi loh bataknya kalau ngomong bahasa Indonesia.

Tapi ya sekali lagi, namanya juga review saya ini sifatnya opini, apa yang kurang pas buat saya bisa jadi lebih dari cukup buat yang lain. Kalau mau mencoba melihat sedikit isi dari buku ini sebelum repot-repot minjam di ipusnas ataupun membelinya, bisa baca sebagian isinya di wattpadnya. Untuk membacanya bisa dari browser tanpa harus login kok.

Sepertinya cukup dulu baca buku genre MetroPop nya, mau cari buku anak-anak dululah di ipusnas. Kalau ada yang punya rekomendasi, tuliskan di komentar ya.

Kesadaran Penggunaan Plastik di Chiang Mai

Sejak bulan Agustus ini, saya mulai merasakan kalau kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik semakin digiatkan di Chiang Mai. Mungkin buat sebagian orang hal ini sudah mereka mulai sejak bertahun-tahun sebelumnya, tapi sebagian besar orang masih tidak merasa perlu repot mengurangi penggunaan plastik (termasuk saya).

Saya lihat kampanye mengenai kesadaran lingkungan ini memang harus berupa kebijakan pemerintah, karena kalau dari kelompok perorangan efeknya sangat kecil dibandingkan masalah sampah yang sudah ada sekarang ini.

Waktu berbelanja di makro saya menemukan ada sedotan yang ramah lingkungan 100 persen akan terurai, ada juga sedotan kertas, tapi waktu dibandingkan harganya, sedotan plastik biasa harganya memang jauh lebih murah. Tidak heran kalau sebagian besar rakyat kecil akan tetap memilih menggunakan sedotan biasa.

Di toko besar seperti Robinson, mereka memberikan pilihan: kalau kita belanja tanpa menggunakan kantong belanja, kita diberikan 10 point membership – yang nantinya kalau dikumpulkan bisa menjadi kupon potongan harga ataupun lucky draw.

Pengumuman mulai 1 Agustus, belanja di Robinson tidak memberikan kantong plastik lagi

Hari ini waktu saya belanja ke minimarket 7 Eleven, untuk pertama kalinya saya ditanya: mau pakai plastik atau tidak? tapi karena tadi saya cuma bawa tas kecil dan belum membiasakan diri bawa kantong belanja sendiri, saya masih mengiyakan menggunakan plastik. Di 7 Eleven, saya tidak harus membayar untuk plastiknya, tapi saya jadi ingat waktu kami ke Hong Kong tahun lalu, kalau menggunakan kantong plastik harus bayar. Tadinya saya berniat beli di 7 itu sekalian, tapi saya tidak lihat mereka menjualnya (atau mungkin udah habis diborong orang yang belanja sebelum saya).

Sebenarnya, ada banyak cara untuk membantu mengurangi menambah sampah plastik, salah satunya dengan membawa kantong belanja sendiri. Tapi ya selama kita tidak harus bayar biaya kantong plastik, ada kemungkinan saya akan tetap lupa bawa kantong plastik sendiri (ini salah satu contoh harusnya dibikin aturannya).

Saya ingat, di Indonesia pernah diberlakukan aturan kalau kita harus membayar kantong plastiknya, tapi pada akhirnya aturan itu mungkin bikin orang malas belanja ke situ dan akhirnya minimarket itu mengalah dan tetap menyediakan kantong plastik secara gratis.

Selain masalah kantong belanja, salah satu yang bisa mengurangi penggunaan sampah plastik adalah membawa botol minuman sendiri daripada membeli minuman kemasan botol. Dulu saya ingat juga, ada 1 tempat jualan es kopi yang memberikan stamp untuk orang yang membeli kopi dengan membawa gelas sendiri, dan akan memberikan gratis 1 gelas setelah membeli 10 gelas. Tapi ya saya juga bukan orang yang bawa-bawa gelas kopi sendiri. Tapi biasanya gelas plastik es kopi yang saya beli waktu sampai di rumah tidak langsung saya buang, tapi saya cuci dan siapa tau bisa digunakan lagi.

Pelajaran hari ini adalah:

  • saya harus melatih diri bawa-bawa tas belanja sendiri kalau mau ke minimarket/belanja.
  • saya ga perlu beli es kopi lagi supaya ga nambah sampah plastik kecuali saya lagi bawa tumbler sendiri
  • meneruskan kebiasaan bawa botol minuman sendiri
  • kalau beli lauk, perlukah saya bawa rantang/lock n’lock? hahaha ntar tukang jualannya masukin ke plastik sebelum masukin ke rantang pula
  • oh ya, walau agak lebih mahal dari sedotan biasa, akhirnya saya membeli sedotan plastik yang ramah lingkungan, klaimnya terurai dalam 180 hari (nanti bisa dicoba dibuktikan). Udah punya sedotan bambu sebenernya, tapi rasanya kurang sip memakainya haha.

Masih banyak sebenarnya yang bisa dilakukan, tapi yang penting mulai dari diri sendiri walau sekecil apapun. Nantinya semoga ada kebijakan dari pemerintah masing-masing negara untuk mengurangi penggunaan plastik secara menyeluruh. Kira-kira mana yang lebih efektif: menyuruh kita membayar lebih untuk penggunaan plastik, atau memberikan reward kalau kita tidak menggunakan plastik? Silakan tuliskan pendapat kamu mengenai tips mengurangi penggunaan plastik dari diri sendiri.

Aplikasi Wattpad untuk Hobi Menulis dan Baca

Apa sih Wattpad? Wattpad ini sejenis social media untuk orang-orang yang mencari bahan bacaan ataupun suka menuliskan cerita. Bedanya dengan social media lain apa? Biasanya orang membuka wattpad dengan 2 tujuan: mencari bacaan atau menuliskan cerita.

Bacaan jenis apa? cerita seperti apa? Bisa apa saja. Cerita pendek, cerita bersambung, kumpulan cerita, ataupun artikel nonfiksi. Banyak penulis pemula yang memulai menulis di wattpad dalam bentuk cerita bersambung. Biasanya tulisan yang sudah diterbitkan di wattpad bisa di baca oleh pengguna wattpad lainnya. Kalau ternyata banyak yang suka mengikuti ceritanya, bisa jadi di saat tulisan selesai sudah ada penerbit yang bersedia menerbitkannya. Novel Metropop Resign! yang saya tuliskan kemarin juga salah satu buku yang awalnya dituliskan di wattpad.

Beberapa contoh kategori cerita, masih banyak kategori lainnya

Biasanya cerita-cerita yang belum selesai itu bisa kita komentari. Kalau kita mengikuti suatu cerita, kita bisa set supaya mendapatkan notifikasi ketika penulis menambahkan bagian baru dari ceritanya. Tapi banyak juga cerita yang tak kunjung selesai dan pembaca hanya bisa kecewa.

Saya tahu mengenai aplikasi ini sudah lama. Dulu cuma iseng mencoba membaca cerita yang direkomendasikan oleh aplikasi. Cerita kita bisa direkomendasikan kalau mendapat banyak respon dari pengguna lain berupa jumlah pembaca, ataupun menambahkan cerita kita ke daftar bacaan mereka. Untungnya cerita yang saya ikuti itu akhirnya selesai juga dan kabarnya dijadikan buku dengan menambahkan 1 bab baru setelah bab yang diterbitkan di wattpad. Setelah bukunya diterbitkan dalam bentuk fisik, tulisan di wattpadnya juga dihapus.

Daftar buku yang kita baca

Kebanyakan cerita bisa dibaca dengan gratis, tapi ada juga cerita yang untuk membacanya kita harus membayar. Saya belum pernah mencoba membaca cerita yang harus bayar jadi kurang tahu detailnya. Tapi kalau dilihat dari jumlah pembacanya, wow banget ada yang sampai dibaca 3 juta pengguna lainnya.

Cerita yang banyak dibaca orang bisa direkomendasikan ke pengguna lain

Salah satu contoh cerita nonfiksi yang saya temukan ketika iseng mencari hari ini ternyata buku tentang belajar bahasa Korea. Menurut penulisnya, dia hanya mengumpulkan tulisannya dari berbagai sumber dan kredit tetap ke penulis asli. Mungkin ini kira-kira sama dengan yang saya lakukan menulis seri belajar bahasa Thai di blog ini. Hmmm apa saya juga ikutan memindahkan sebagian ke wattpad ya hehehe.

Wattpad ini bisa diakses melalui browser dan ada aplikasinya juga untuk android dan iphone. Kalau kita sudah install aplikasi ini di HP kita, kita bisa mendownload cerita yang ingin kita baca ataupun menuliskan cerita kita secara offline juga.

Apakah wattpad ini hanya untuk orang yang suka menulis? kalau menurut saya wattpad ini justru lebih banyak pembacanya daripada penulis. Tapi ya cerita di wattpad ini banyak juga fanfiction dari cerita film atau buku yang ada. Kalau suka membaca berbagai cerita dan punya banyak waktu untuk itu, bisa juga coba cari-cari bacaan di wattpad. Kalau gak puas dengan akhir sebuah cerita juga bisa saja menuliskan versi cerita sendiri di wattpad hehehe.

Tapi seperti halnya dengan media sosial lainnya, tulisan yang kita tulis di wattpad ini bisa jadi suatu hari akan hilang kalau layanannya ditutup dan kita tidak punya salinannya. Dengan alasan ini, untuk sekarang saya memilih menulis di blog ini saja dulu. Mungkin kapan-kapan kalau sudah mulai bisa menulis fiksi bisa mencoba untuk menulis di sana.

Oh ya, kalau kamu rajin menulis di wattpad, bisa tulis di komentar supaya bisa dikunjungi.

Baca buku: Resign!

Gara-gara baca buku jadi bolos nulis, ini sih jelas alasan yang dicari-cari, padahal penyakit malas nulis datang lagi karena keseringan bolos. Harus mulai rutin lagi nulis biar gak kebawa malasnya. Hari ini saya akan menuliskan tentang buku yang sebenarnya saya baca sebelum buku Kupilih Jalan Terindah Hidupku.

Buku Resign! di aplikasi ipusnas

Terakhir kali baca buku kategori MetroPop itu rasanya sebelum ke Chiang Mai, baca buku karya teman kuliah, udah lama banget ya. Nah beberapa hari lalu baca review buku ini dari salah satu anggota grup KLIP dan jadi teringat mencari di aplikasi ipusnas dan ketemu. Langsung deh pinjam dan baca 1 hari selesai.

Daftar isinya agak salah nih di aplikasinya

Buat yang mencari bacaan untuk berhenti dari nonton kdrama, buku ini boleh dicoba dibaca. Kisahnya mengambil tempat di sebuah kantor konsultan di Jakarta. Jangan bayangkan akan ada pembahasan detail tentang apa yang mereka kerjakan, yang ditunjukkan lebih ke tingkat tekanan batin dari para anak buah menghadapi tuntunan deadline pekerjaan plus bos yang sering meminta review berkali-kali sampai sempurna.

Kelakuan bos yang bikin anak buah tertekan batin ini sebenarnya membuat anak buah pengen resign saja. Tapi urusan resign ini gak mudah, karena si bos punya radar kalau ada anak buah minta ijin dengan berbagai alasan apapun pasti bos tau dan menggagalkan proses interview mereka. Merekapun bikin kompetisi berlomba untuk duluan resign.

Ceritanya dibumbui dengan kisah cinta ala-ala kdrama. Kenapa saya bilang ala kdrama? karena seperti di kdrama ada klise di mana dari 2 tokoh yang seperti kucing dan anjing ternyata malah jadian. Prosesnya lebih cepet sih dari drama, gak nunggu 16 episode haha.

Oke daripada jadi spoiler, lebih baik berhenti memberitahu resensi ceritanya. Buku dengan 288 halaman ini dituliskan awalnya di media wattpad. Wattpad itu apalagi? Ini kapan-kapan deh dituliskannya ya. Kalau mau tau bisa langsung klik aja buat baca penjelasannya.

Kalau melihat dari jumlah pembaca di aplikasi ipusnas saja sudah lebih dari 1000 orang, saya yakin yang beli buku ini juga cukup banyak. Buku ini mungkin ceritanya terlalu spesifik dengan masa ini, tapi ya genre metropop umumnya seperti itu, berbeda dengan genre fantasi seperti Harry Potter, Narnia ataupun kisah detektif Agatha Christie yang ceritanya masih tetap menarik dibaca walau sudah lama terbitnya. Eh mau ngomong apa sih saya sebenarnya? Maksudnya ya kalau mau bacaan hiburan lumayanlah buku ini. Tapi kalau dibacanya 20 tahun mendatang, saya gak yakin masih bakal ada taxi online nggak hehe.

Ada istilah di buku ini yang baru buat saya, seperti halnya kacung kampret yang disingkat dengan cungpret, atau singkatan MT untuk Makan Teman. Dulunya saya tau istilah kacung ataupun makan teman, tapi ya gak disingkat begitu. Dialog dalam buku ini juga banyak menggunakan bahasa Inggris, dan memang jaman sekarang sudah biasa dalam percakapan sehari-hari bercampur memakai bahasa asing. Penggunaan taxi online dan memesan makanan juga menunjukkan ceritanya berlangsung di masa setelah ada taxi online.

Daya tarik buku ini buat saya sih dialog-dialognya yang lucu. Gaya bahasa anak buah yang pengen melawan bos tapi harus menahan diri, ataupun gaya bahasa gossip dengan teman kantor di saat makan siang ataupun menggunakan media online chat.

Saya pernah kerja di kantor, tapi kantor saya tekanannya gak kayak di buku ini, bos nya juga baik-baik hehehe. Tapi ya gaya bercerita penulis bisa diikuti dan cukup membuat saya menyelesaikan bukunya dengan cepat. Untuk pekerja kantoran yang sering lembur mungkin bisa lebih membayangkan situasinya dan akan ikut-ikutan sebel dengan tokoh bos nya.

Jadi kesimpulannya, bukunya direkomendasikan gak nih untuk dibaca? ya kalau mencari bacaan ringan untuk dibaca sambil nunggu atau di perjalanan di tengah kemacetan, daripada bengong lumayanlah buku ini bisa dicoba baca. Kalau mau lihat apakah bakal suka atau nggak, bisa baca dari aplikasi ipusnas.

Oh ya, sekedar pemberitahuan, aplikasi ipusnas ini isinya banyak sekali. Buku-buku dari jaman Lupus, Olga Sepatu Roda, Lima Sekawan, Agatha Christie juga ada. Tapi sayangnya, aplikasi ini masih agak bermasalah dan sering ketutup sendiri. Tips nya sih cuma sabar aja dan coba instal ulang aplikasinya hahaha. Kemarin malah pernah servernya yang bermasalah dan saya ga bisa download buku sama sekali. Ya namanya juga gratisan ya, jadi sabar aja dan semoga aplikasinya diperbaiki oleh ipusnas untuk meningkatkan minat baca masyarakat.