Mini bluetooth audio receiver

Ini sekedar info buat yang belum tahu: dengan 1.69 USD (atau sekitar 25 ribu rupiah dengan kurs saat ini) kita bisa mengubah earphone menjadi earphone bluetooth. Sebenarnya benda ini sudah lama ada, dan sebelumnya sudah pernah beli, tapi hilang entah di mana (agak sulit dicari karena ukurannya relatif kecil). Benda ini juga bisa dihubungkan ke AUX di mobil yang tidak mendukung bluetooth supaya kita bisa memutar lagu dari ponsel ke sound system mobil.


Lanjutkan membaca “Mini bluetooth audio receiver”

Dual SIM + MicroSD di Ponsel Xiaomi

Kebanyakan ponsel Xiaomi sekarang memiliki slot dimana kita harus memilih antara: dua simcard, atau satu sim card dan micro SD. Sekarang ini saya memilih dual sim card dan membeli ponsel dengan storage yang cukup besar. Saat ini 128 GB masih cukup buat saya karena saya memakai fitur backup foto dari Google Photos dan One Drive (saya mengupload ke kedua layanan tersebut sekaligus).

Dulu saya pernah membaca ada orang yang mengakali masalah dual sim card dan micro SD dengan cara menggerus bagian bawah microSD dan sim card agar keduanya menjadi tipis dan bisa dipakai bersamaan. Tentunya cara ini berbahaya dan repot sekali jika perlu ganti micro SD.

Beberapa waktu yang lalu saya melihat ada adaptor agar kita bisa memakai keduanya sekaligus di aliexpress. Karena harganya hanya 0.87 USD, saya coba saja pesan. Sudah beberapa hari bendanya sampai dan baru sekarang dicoba.

Pemasangan benda ini agak ribet, tapi juga tidak terlalu sulit. Saya cuma khawatir bendanya akan nyangkut dan tidak bisa dikeluarkan. Setelah berhasil dipasang, semuanya berjalan dengan baik: kedua SIM card terdeteksi, dan Micro SD juga terdeteksi. Saya juga bisa memasang casing HP dan tidak terlalu terlihat dari luar.

Lanjutkan membaca “Dual SIM + MicroSD di Ponsel Xiaomi”

Kesan kembali memakai iOS

Selama beberapa tahun terakhir saya memakai iOS hanya untuk pentesting (dan juga ikut pelatihan iOS security di Hong Kong). Tadinya meskipun punya iPad dan iPhone, keduanya usianya cukup tua (keduanya > 5tahun). iPhone 5S sudah terasa sangat lambat, sementara iPad lebih sering dipakai untuk main oleh Joshua (dan sesekali oleh saya jika ada pentest aplikasi iPad). Sebelum iPhone 5S saya memakai iOS di iPod touch dan iPod touch 2nd generation.

Bulan Januari saya membeli iPhone XR (ini yang termurah yang mendukung prosessor A12) dan bulan ini saya membeli iPad (yang biasa bukan yang mini ataupun Pro). Pembelian iPhone tujuannya untuk pentesting (dan sudah terpakai), sementara iPad untuk membaca buku dan melihat materi Coursera (sekaligus hadiah untuk diri sendiri sudah menyelesaikan 6 Course di Coursera).

Lanjutkan membaca “Kesan kembali memakai iOS”

Buku Baru: Seri Secret Coders

Masih cerita soal buku yang di beli di Big Bad Wolf Desember lalu. Jonathan gak sengaja memilih 1 buku Secret Coders. Sebenarnya beli buku ini awalnya tertarik karena judulnya saja, dan saya malah gak tau isinya berupa komik. Ceritanya mengenai seorang anak usia 12 tahun yang pindah sekolah dan menemukan beberapa misteri yang ternyata bisa dipecahkan dengan pemrograman. Buku ini sejenis pengenalan pemrograman juga buat Jonathan.

Buku yang kami beli di BBW itu hanya buku nomor 2. Waktu kami kembali ke BBW lagi untuk mencari nomor lainnya, kami gak berhasil menemukannya. Akhirnya karena Jonathan sudah baca buku ke-2 itu berkali-kali, kami memutuskan untuk memnbeli buku lainnya dari Amazon.

Lanjutkan membaca “Buku Baru: Seri Secret Coders”

Seri Buku Murderous Math

Murderous Math adalah seri buku edukasi matematika yang kami beli di Big Bad Wolf book sale. Isi bukunya adalah cerita ngalor ngidul kocak dengan banyak fakta matematika disisipkan di dalamnya. Buku ini juga memiliki banyak ilustrasi yang menarik.

Membahas Fibonacci

Pembahasan matematikanya dalam berbagai serinya cukup luas, dari mulai konsep bilangan (termasuk juga basis bilangan), geometri (konsep pengukuran, pythagoras, 2 dimensi dan 3 dimensi), uang, probabilitas dsb.

Saya tidak tahu apakah anak-anak yang tidak suka matematika akan suka buku ini atau tidak, tapi Jonathan (usia 8 tahun) sudah menyelesaikan membaca kesepuluh buku yang kami beli dan dia sangat menyukainya dan bahkan sering dibaca ulang. Saya yakin jonathan belum mengerti semuanya, tapi itu tidak membuat dia berhenti membaca bukunya karena lucu. Contohnya di dalam salah satu buku ada konsep mengenai persamaan kuadrat. Materi ini terlalu berat untuk anak umur 8 tahun.

Lanjutkan membaca “Seri Buku Murderous Math”

Ralph Breaks the Internet

Sudah lama gak nonton ke bioskop, film ini release tahun 2018 tapi baru bisa nonton film ini sekarang di rumah. Ceritanya masih seputar persahabatan Ralph dan princess Vanellope. Untuk baca plotnya bisa liat di sini. Film ini merupakan sequel dari film Wreck-It Ralph. Tapi kalaupun belum nonton film pertamanya, kita bisa menonton film ini tanpa merasa ada yang kurang. Film pertama kesimpulannya terciptanya persahabatan antara Ralph tokoh permainan arcade Wreck-It Ralph dan Vanellope tokoh pembalap dari game arcade Sugar Rush. Cerita film ke-2 ini cukup menarik menjelaskan mengenai internet. Pertama digambarkan mereka menginstal WiFI di Arcade Center, dan disitulah asal mula Ralph dan Vanellope bisa menjelajahi dunia Internet.

poster Ralph Breaks the Internet, sumber dari internet

Penggambaran Internet yang cukup menarik adalah adanya Mr. KnowsMore untuk tempat bertanya banyak hal. Ada e-bay tempat orang-orang berbelanja dengan sistem lelang dan harus membayar dengan kartu kredit, ada TubeBuzz dimana orang-orang berusaha mendapatkan heart sebanyak-banyaknya dan bisa di monetize. Selain itu ada juga keliatan gedung-gedung dengan lambang Amazon, Google, Pinterest, dan Instagram.

Selain menggambarkan apa saja yang ada di internet, termasuk bagaimana sebuat video viral untuk sesaat dan kemudian digantikan oleh yang lain, ada juga penggambaran bagaimana agen-agen bekerja untuk mengundang orang lain mengklik video yang dipromosikan dengan harapan mendapatkan heart (atau like). Jumlah heart itu bisa dikonversi menjadi sejumlah uang yang bisa dipakai untuk membeli benda beneran. Misi Ralph dan Vanellope adalah membeli spare part untuk Gamenya Vanellope dari e-bay, dan untuk mendapatkan uang untuk membelinya mereka berusaha membuat video yang bisa menghasilkan uang.

Selain bagian menghasilkan uang dari konten video, di film ini juga digambarkan adanya virus yang bisa menginfeksi internet. Namanya virus, tentu saja membuat internet sempat kacau. Virusnya digambarkan karena adanya insecurities dari Ralph yang kemudian insecuritiesnya diduplikasi. Cara film ini menceritakannya tentu saja lebih menarik daripada apa yang saya tuliskan di sini, jadi jangan pikir film ini film teknikal ya, ini film anak-anak hehehe.

Bagian lain yang menarik dari film ini adalah ketika Ralph membaca komen-komen yang ada tentang videonya. Lalu ada yang bilang begini: Rule no 1 di Internet: jangan pernah baca bagian komen. Ya walaupun begitu banyak orang yang memberikan like, di internet akan selalu ada orang yang tidak suka dengan apa yang kita share dan memberi komentar yang negatif. Kalau saya sih menerapkan prinsip lebih baik gak komen daripada ngasih komentar negatif. Godaan untuk menuliskan hal-hal berupa kritik negatif sering ada sih, tapi kalau memang ada hal yang perlu dikritik, lebih baik menyampaikan langsung daripada komentar yang di set publik lalu mengundang orang lain menambah komentar negatif lainnya. Oops jadi curcol, oke balik lagi ke cerita film ya.

Satu hal yang bikin saya terhibur ketika melihat princess dari film-film Disney juga ada di film ini. Cinderella, Rapunzel, Mulan, Elsa, Anna, Snow White dan beberapa tokoh lain yang saya tidak kenal. Awalnya saya pikir putri-putri ini cuma sekedar supaya film ini menarik penonton yang udah menonton film-film Disney sebelumnya, tapi ternyata mereka cukup punya peranan. Lucu ketika melihat mereka berganti baju dengan kaos biasa dan tanpa gaun, lalu bilang ah kenapa baru tau sekarang mengenai baju begini yang sangat nyaman. Saya juga merasa lucu ketika mereka tidak percaya Vanellope seorang putri lalu memberikan beberapa pertanyaan untuk meyakinkan kalau dia putri.

Vanellope: Hi.
[The Princessess all assume attack postions, each with holding an item, specific to their character, as a weapon]
Vanellope: Woah, woah, ladies! I’m a…princess too!
Pocahontas: What kind of a princess are you?
Vanellope: Uh…
Rapunzel: Do you have magic hair?
Vanellope: No.
Elsa: Magic hands?
Vanellope: No.
Cinderella: Do animals talk to you?
Vanellope: No.
Snow White: Were you poisoned?
Vanellope: No.
Aurora, Tiana: Cursed?
Vanellope: No!
Rapunzel, Belle: Kidnapped or enslaved? 
Vanellope: No! Are you guys okay? Should I call the police?
Rapunzel: Do people assume all your problems got solved because a big strong man showed up?
Vanellope: Yes! What is up with that?
Pocahontas, Merida, Rapunzel, Elsa, Aurora, Moana: She is a princess!
[Snow White pokes her head in and sings a few happy notes]

percakapan Vanellope dengan putri-putri Disney

Selain percakapannya putri ini, ada banyak bagian lain yang cukup menarik. Tapi dari keseluruhan film ini yang paling saya suka adalah persahabatan antara Ralph dan Vanellope. Mereka tidak memaksakan bersahabat itu harus selalu bersama-sama, dan walaupun tidak berada di arcade yang sama, mereka tetap menjalin komunikasi dan bertukar cerita secara rutin. Saya jadi agak merenung, mengingat teman-teman yang dulu terasa sangat dekat tapi sekarang saya bahkan gak tahu kabarnya karena walaupun mereka punya akses ke Internet, tapi saya merasa setelah gak ngobrol sekian lama jadi gak tau juga mau mulai bertanya dari mana. Kalau saya nanya kebanyakan ntar saya disangka interogasi lagi hehehe.

Anyway, film ini hiburan menarik untuk mengisi akhir pekan di tonton dengan anak-anak. Kalau anaknya sudah agak besar, setelah nonton bisa dilanjutkan pelajaran pengenalan internet dan bagaimana supaya tetap aman di Internet hehehe.

FreeBSD di Laptop

Sudah sebulan saya memakai FreeBSD di Laptop Thinkpad X230 dan sepertinya sebentar lagi akan saya ganti menjadi Linux. Secara umum FreeBSD di laptop sudah cukup baik, tapi ada banyak juga kelemahan FreeBSD untuk dipakai sehari-hari.

Ada banyak hal yang menurut saya bagus di FreeBSD: Filesystem ZFS sangat mudah digunakan dan untuk kasus laptop, fitur kompresinya berguna untuk menghemat disk space. Berbagai konfigurasi di FreeBSD sangat mudah dilakukan (mengingatkan pada Linux, terutama sebelum adanya systemd).

Untuk kasus programming: tergantung apa yang ingin Anda lakukan, supportnya bisa benar-benar bagus sampai tidak bisa sama sekali. Contohnya: NodeJS versi terbaru bisa dijalankan dengan mudah (walau tidak dijamin juga masalah modul-modul yang mengandung native code), tapi JDK terbaru (JDK 11) belum diporting ke FreeBSD. Bahkan terakhir yang diporting adalah JDK 9.

Lanjutkan membaca “FreeBSD di Laptop”