Drama “The Greatest Love” ini merupakan drama terbaik di tahun 2011. Saya baru menontonnya di tahun 2020 karena tentu saja tahun 2011 saya belum menjadi penonton Kdrama.
Selesai menonton drama ini, saya pikir bisa sekalian nih mereview drama dan menghubungkannya dengan topik tulisan kokoriyaan 26 bersama teman-teman di grup drakor dan literasi tentang artis multitalenta atau serba bisa.
Ceritanya
Drama ini berkisah tentang seorang wanita Gu Ae-jung (diperankan oleh Gong Hyo-jin) yang pernah menjadi idol dan merupakan anggota paling tenar dari girl band yang dia ikuti. Tapi karena satu dan lain hal, grup mereka bubar dan karena dia yang meminta grupnya bubar, maka pemirsa jadi membenci dia. Biasa banget ya, dari yang dicintai dan paling populer jadi yang paling dihujat oleh pemirsa.
Drama ini baru selesai tayang hari Minggu kemarin, tapi saya baru selesai nontonnya hari Senin. Awalnya drama ini hampir saya tinggalkan karena beberapa menit pertama terkesan menyeramkan. Cerita dimulai dengan sebuah dongeng ala Rapunzel, seorang anak wanita yang dikekang seorang penyihir yang merupakan ibunya dan dikurung di sebuah kastil dan dilarang mempunyai teman.
Saya memang tidak mencari tahu detail dari drama ini sebelum menontonnya, tapi mengambil asumsi dari judulnya kalau ceritanya akan membahas seputar psikologi manusia. Apalagi judul lainnya adalah Psycho but It’s Okay.
Waktu melihat bagian awalnya ada cerita penyihir, saya pikir drama ini akan menjadi drama horor. Saya memang tidak suka cerita fantasi yang mengarah ke horor, tapi ketika ceritanya berlanjut dengan pembacaan buku dongeng, saya pun jadi terpikat dengan drama ini.
Ada beberapa daya tarik dari drama ini yang membuat saya meneruskan menontonnya sampai akhir. Kalau Anda termasuk yang tidak suka horor seperti saya, ceritanya bukan cerita horor kok jadi coba teruskan saja menontonnya. Saya akan berusaha menuliskannya tanpa memberikan spoiler.
“What, nonton ulang? Kurang kerjaan bener deh. Ngapain nonton ulang 16 episode atau lebih? Nonton ulang film yang 2 jam sih masih bisa dimengerti, lah ini nonton ulang drama? Emang udah selesai semua drama yang lain ditonton makanya nonton ulang?” Mungkin begitulah komentar orang yang prinsipnya nonton itu tidak mau diulang, sama seperti baca buku cukup sekali, tapi tidak demikian dengan saya.
Saya terkadang lebih memilih menonton ulang daripada kelamaan mencari tontonan baru. Bukan hanya drama Korea, serial Amerika juga ada kok yang saya tonton ulang. Alasannya bisa bermacam-macam. Waktu nonton ulang, saya sering mendapatkan informasi baru yang sebelumnya tidak diperhatikan waktu nonton pertama.
Hari ini kembali lagi dengan topik seputar kokoriyaan dari tantangan menulis di grup drakor dan literasi. Topik hari ini merupakan topik ke-8: Makanan Korea yang sudah dicoba/favorit. Topik seputar makanan ini sudah jelas merupakan efek tidak langsung dari akibat menonton drama Korea yang selalu banyak menunjukkan kegiatan masak ataupun makan bersama yang selalu terlihat sangat menggugah selera.
Di Chiang Mai ada beberapa restoran Korea, tapi saya selalu ke restoran yang sama setiap ingin makan makanan Korea. Alasannya sederhana, karena dekat dari rumah dan orangnya ramah. Waktu pertama kali ke restoran Korea, saya tidak tahu ukuran porsi makanannya.
Untungnya, pemilik restoran yang orang Korea asli mengerti ketidaktahuan kami dan mengingatkan kalau pesanan kami terlalu banyak dan tidak akan bisa dihabiskan dengan jumlah orang yang datang. Ketika makanan datang, dia juga menjelaskan bagaimana harus menikmati makanan Korea. Oh ya, waktu itu saya belum jadi pemirsa drama Korea, jadi ya nama makanannya pun selalu lupa, cuma ingat gambarnya, hehehe.
Sebenarnya saya sudah pernah menuliskan tentang makanan Korea yang pernah saya cicipi. Saya juga sudah pernah menuliskan perbandingan mi instan ramyun Korea dengan mi Instan lainnya yang bisa saya beli di Chiang Mai. Keisengan mencoba menu hanya bisa dilakukan kalau pergi ramai-ramai karena porsinya besar. Tapi hanya ada satu jenis makanan yang paling sering saya pesan kalau pergi sendiri/berdua dengan Joe saja.
Seperti halnya film/drama produksi manapun, tidak semua saya suka untuk ditonton. Ini salah satu penyebab terkadang kelamaan browsing Netflix, dan akhirnya berjam-jam berlalu dan tidak jadi nonton. Untuk memilih yang ingin ditonton itu perlu lama, tapi memutuskan tidak menonton itu cepat karena sudah ada garis besarnya dan alasan kenapa tidak mau menontonya.
Setiap bulan ada entah berapa judul baru yang ditayangkan, belum lagi kumpulan semua serial yang sudah ada di Netflix sejak dulu, tapi ya tetap saja walaupun sudah menonton banyak, masih banyak yang belum dan tidak akan saya tonton.
Kalau yang belum ditonton artinya sudah masuk rencana ditonton, tapi masih nanti-nantilah atau mungkin ga jadi-jadi juga ya ga masalah. Kalau yang tidak akan nonton ini ya memang tidak pengen nonton walaupun kabarnya keren banget, bagus banget dan semua orang membicarakannya. Nah drama itu masuk kategori ga akan ditonton tentu karena ada alasannya.
Melodrama
Hidup ini sudah susah, jangan ditambah lagi dengan kesedihan dari tontonan. Nonton itu yang akhirnya bahagia saja. Cerita melodrama juga umumnya berjalan sangat lambat, udah lambat banyakan nangisnya pula, aduh mana tahan nonton 16 episode penuh tangisan.
Saya hanya menonton melodrama kalau saya tidak sengaja menontonnya alias sudah terjebak dan ceritanya memang bagus. Tapi kalau udah tahu dan masih sengaja nonton itu tidak akan terjadi.
Kalau melodrama yang dimainkan aktor favorit gimana? Lihat dulu semelodrama apa ceritanya, apakah ceritanya cukup cepat dan menarik atau tidak. Apa ada faktor lain yang menarik untuk ditonton selain fakta melodramanya. Nah kalau dilihat dari daftar drakor yang sudah saya tonton sebelumnya, bisa lihat gak mana yang masuk kategori melodrama?
Setting kerajaan jaman dahulu (Saeguk)
Alasan saya tidak suka melihatnya karena aktornya jadi terlihat aneh. Yang cewe sih biasanya cantik tetap cantik, pakai baju tradisional dan hiasan kepala malah makin cantiklah, tapi cowonya jadi terlihat sangat berbeda dan jadi jelek hahaha.
Mereka umumnya pakai rambut palsu, baik itu dibiarkan gondrong dan kotor seperti tidak pernah keramas, atau disanggul diatas. Aneh sekali kan melihat lelaki sanggulan.
Dari dulu berencana bikin daftar drama yang sudah ditonton, biar ingat mana yang sudah direview dan mana yang belum. Nah kali ini mumpung ingat, baiklah saya coba mulai mendaftarkan dramanya.
Berhubung waktu mulai menonton ada yang ditonton agak random (dan waktu itu belum bisa bedakan siapa pemainnya), kemungkinan ada yang terlupakan udah ditonton, bahkan kadang-kadang ingat judulnya sudah ditonton, gak ingat akhir ceritanya gimana. Saya ingatnya cuma berakhir bahagia dengan baik atau akhir yang tidak masuk akal dan mengecewakan dan terburu-buru.
Buat saya, kadang-kadang menentukan memulai nonton Kdrama itu juga tergantung banyak hal, antara lain:
tergantung mood pas baca ringkasan ceritanya
rekomendasi Netflix berdasarkan yang sudah saya tonton sebelumnya
direkomendasikan teman
asal milih berdasarkan klip yang dilihat sekilas
drama yang sedang ramai dibicarakan dan cukup menarik episode pertamanya
rasa penasaran dengan drama yang mendapatkan baeksang award
drama yang pemerannya dari drama yang sudah ditonton sebelumnya
Awalnya, seperti kebanyakan orang yang tidak bisa membedakan wajah-wajah aktor dan aktris Korea, saya juga tidak bisa membedakan mereka. Lalu, setelah menonton beberapa judul drama, akhirnya mulai mengenali namanya.
Belakangan, setelah mengenal namanya dan aktingnya cukup berkesan di drama sebelumnya, saya akan mencoba mencari dramanya yang lain. Dan sekarang, saya jadi mulai bisa mengelompokkan drama yang sudah saya tonton berdasarkan para pemainnya.
Daftar ini bukan urutan dalam menontonnya, tapi hanya sekedar catatan dan bagaimana akhirnya ketemu dengan drama-drama tersebut. Saya akan memberikan tautan ke tulisan saya kalau drama tersebut sudah pernah saya tulis reviewnya. Tulisan ini kalau ingat akan saya tambahkan tautan kalau suatu saat dramanya saya review.
Review terbanyak itu dari serial Ghost/Phantom (2012), karena Joe ikut nonton dan dia menuliskan tentang sudut pandang hackingnya. Ini satu-satunya drakor yang ditonton Joe dan bukan saya yang ngasih usulan hehe.
Drama Hospital Playlist (2020) ini baru berakhir akhir Mei 2020 lalu. Ceritanya berkisah tentang 5 orang dokter yang saling mengenal sejak sama-sama kuliah kedokteran. Persahabatan mereka dimulai dengan hobi mereka membentuk grup band dan juga karaoke-an.
Setelah lulus dan menjadi dokter spesialis (dengan keahlian yang berbeda-beda), 20 tahun kemudian mereka bekerja di rumah sakit yang sama.
Persahabatan 20 Tahun Kemudian
Awalnya, saya pikir Hospital Playlist ini seperti cerita dokter-dokter di kisah Kdrama The Doctors (2016), Doctor Romantic (2016), atau cerita yang berfokus pada kisah dokter dalam menyelamatkan pasiennya. Ternyata saya salah! Cerita kehidupan dokter itu ga cuma berpusat pada masalah pasien saja.