Lunch Mate, Versi Lain dari Dinner Mate

Siapa yang pernah baca buku atau nonton film terus kepikiran: “ih cerita ini kok kayaknya pernah ngalamin ya?” Atau merasa suka dengan cerita karena ada kemiripan dengan jalan cerita walaupun hanya sekelumit saja. Saya juga pernah.

Dari sekian banyak nonton drama Korea, tentunya ada cerita-cerita yang ketika menontonnya mengingatkan dengan pengalaman pribadi. Nah hari ini tantangan dari grup drakor dan literasi, kami diminta menceritakan kisah pribadi yang mirip dengan drama Korea. Kalau ga ada yang mirip gimana? ah ga mungkin ga ada yang mirip, berarti belum banyak nonton dramanya, maksa banget ya, hahaha.

Sebenarnya mungkin ada banyak yang mirip atau dimirip-miripkan, tapi ya, kan ga semua bisa diingat kalau lagi disuruh menuliskan begini, belum lagi kalau orangnya pemalu dan ga mau jadi malu-maluin. Kalau kata salah satu teman saya, “jadi harus buka aib nih di blog?” Tentu tidak, jangan pernah menuliskan rahasia di blog, karena kalau ditulis namanya sudah bukan rahasia lagi. Jangan juga menuliskan hal yang bisa dipakai untuk mempersulit dirimu di kemudian hari, karena nanti pasti jadi sulit urusannya.

Lunch Mate sekian tahun kemudian

Iya, maap, saya memang lagi agak muter-muter ini ngomongnya, biar pembaca mulai penasaran atau makin penasaran. Kalau yang kenal dengan saya, atau yang baca tulisan sebelumnya review Dinner Mate (2020), pasti sudah tahu deh kira-kiranya cerita saya bakal seperti apa.

Lanjutkan membaca “Lunch Mate, Versi Lain dari Dinner Mate”

Tumpengan ala Perantau di Chiang Mai

Hari ini, untuk pertama kalinya saya terpikir untuk mencari tahu apa sih makna tumpengan itu sebenarnya. Di Indonesia, kegiatan tumpengan ini mungkin hal yang biasa setiap kali ada syukuran ya. Nah, bertahun-tahun merantau, baru belakangan ini bertemu teman yang jago masak makanan Indonesia dan bisa bikin nasi tumpeng lengkap begini. Ayo, siapa yang pernah mencari tau lebih banyak soal tumpeng dan kenapa bentuknya kerucut?

Tumpeng Nasi Kuning lengkap dengan 7 lauknya (foto: patricia)
Lanjutkan membaca “Tumpengan ala Perantau di Chiang Mai”

Thai Chana, Aplikasi Penelusuran Kontak Thailand

Sejak tanggal 18 Mei 2020 lalu, salah satu langkah yang dilakukan pemerintah Thailand untuk mengatasi penyebaran Covid-19 adalah mengenalkan aplikasi penelusuran kontak di tempat-tempat umum seperti mall, toko, restoran, taman kota, dan tempat wisata lainnya. Aplikasi ini disebut dengan nama Thai Chana.

Kita bisa saja tidak menginstal aplikasinya, karena pada dasarnya kita bisa menscan QR Code menggunakan QR Code reader apapun yang kita punya di ponsel kita, hasil scan QR Code otomatis kita akan membuka situs untuk mencatat kalau kita check-in ke tempat tersebut. Tapi untuk kepraktisan dan kemudahan check-out, saya memilih untuk menginstal aplikasinya.

Bisa mencatat nama toko di dalam Mall

Aplikasi ini dikenalkan sebagai bagian dari tahapan melonggarkan aturan untuk kembali ke normal. Sebelumnya, semua toko dan mall ditutup dan semua orang di rumah saja. Nah, setelah semua dibuka kembali, harus ada cara untuk mengetahui siapa saja ada di satu tempat pada waktu yang sama.

Sebenarnya Joe pernah menuliskan soal protokol yang disiapkan oleh Google dan Apple, akan tetapi kebanyakan orang terlalu khawatir dengan privacy. Kebanyakan orang merasa tidak suka kalau pergerakannya selalu diketahui, padahal apa sih yang mau disembunyikan, hehehe.

Aplikasi ini tujuannya apabila didapati pasien positif Covid-19, maka semua orang yang ada di tempat yang dikunjungi oleh orang tersebut pada saat yang sama akan dihubungi untuk diperiksa juga. Pada dasarnya aplikasi ini hanya mencatat nomor telepon kita. Untuk yang tidak memiliki ponsel, akan diminta untuk mencatat nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi, ketika masuk ke tempat umum tersebut.

Reaksi awal dengan aplikasi ini, tetap saja banyak yang khawatir privasinya dilanggar. Tapi ada jaminan kalau datanya hanya disimpan selama 60 hari. Kemarin, data untuk tanggal 18 Mei 2020, sudah dihapus karena sudah 60 hari, lalu setiap hari data yang lebih dari 60 hari akan dihapus dari server.

Aplikasi ini sebenarnya mirip dengan aplikasi Foursquare, bedanya kalau Foursquare itu biasanya dilakukan buat berbagi ke teman kita di media sosial kalau kita mengunjungi tempat tertentu. Aplikasi Thai Chana ini dipakai untuk menscan QR Code dari tempat yang kita datangi, dan otomatis nomor kita beserta jam saat kita menscan akan tercatat mengunjungi toko tersebut di server.

Caranya sebenarnya hanya mempermudah kita mencatat toko apa yang kita kunjungi dan jam berapa. Bisa saja semua orang disuruh membuat catatan pergerakan masing-masing, tapi tentunya belum tentu semua membaca berita ketika ada sebuah supermarket misalnya yang dikunjunginya ternyata dikunjungi oleh pasien positif juga pada saat yang sama. Jadi dengan adanya catatan terpusat, pemerintah bisa menghubungi nomor yang tercatat berada di tempat yang sama pada saat yang sama dengan pasien positif Covid-19.

kasus Covid-19 dari orang asing yang memasuki Thailand tanpa karantina (sumber: Bangkok Post)

Contohnya ketika kemarin ada kasus tentara Mesir yang masuk ke Thailand dengan ijin khusus dan tanpa karantina 14 hari dan mengunjungi tempat umum di Rayong. Ternyata ketika sudah meninggalkan Thailand, dari hasil pemeriksaan sebelum dia berangkat, diketahui hasilnya positif. Awalnya sempat membuat banyak orang resah, bahkan sekolah di Rayong ditutup sementara untuk mencegah penularan infeksi Covid-19.

Dengan menggunakan data yang ada dari server Thai Chana, orang yang tercatat mengunjungi tempat-tempat yang dikunjungi pasien tersebut dihubungi, diperiksa dan dihimbau untuk isolasi mandiri 14 hari. Sampai hari ini, sudah lebih 6000 orang diperiksa swab Covid-19, dan sejauh ini 5200 orang hasilnya negatif, dan sisanya masih menunggu hasil. Harapan saya, semoga saja semua hasilnya tetap negatif. Kalau mau positif thinking, semoga pasien positif tersebut patuh memakai masker ketika dia ke tempat umum di Rayong.

Apakah wajib untuk menggunakan aplikasi Thai Chana ini? Saya perhatikan, beberapa minimarket tidak terlalu mewajibkan pengunjungnya untuk check-in dan check-out. Tapi sebenarnya, ini untuk kebaikan kita sendiri, jadi saya memilih untuk tetap menscan QR Code dari tempat yang saya kunjungi, dan tetap berharap tidak ada kasus transmisi lokal di Thailand.

Sampai tanggal 19 July 2020, sudah 55 hari tidak ada transmisi lokal di Thailand. Total pasien terdeteksi positif sebanyak 3.249 orang, sebanyak 3096 orang sudah sembuh, 95 orang masih dirawat dan 58 orang meninggal. Dengan tidak adanya transmisi lokal selama hampir 2 bulan, aktivitas anak-anak sudah kembali seperti dulu, bedanya: wajib memakai masker ketika di tempat umum.

Mendengar OST, Serasa Menonton Ulang

Siapa yang setelah menonton film “Frozen” (2013) tidak otomatis menyanyikan lagu “Let It Go?”, atau yang setelah menonton “Zootopia” (2016) tidak otomatis ikut menyenandungkan bagian “o…o…o…o…o,” dari lagu “Try Everything” yang menjadi original sound track (OST) dari film tersebut. Tidak hanya film Hollywood yang membuat kesan mendalam dengan OST nya, kesuksesan sebuah drama Korea juga tidak terlepas dari lagu-lagu dalam OST nya.

Joshua bersenandung “Try Everything”

Sebelum kami berlangganan Apple Music dan kemudian berpindah ke YouTube Music sebagai bagian dari YouTube Premium, saya tidak pernah ganti lagu di mobil. Selama bertahun-tahun, di mobil kami menggunakan kumpulan lagu yang sama. Hanya ada 2 keping CD: Lagu Natal (ini biasanya dari Oktober sampai Februari) dan sisanya Nursery Rhymes. Iya cuma 2 jenis itu saya sampai saya hapal lagu berikutnya sebelum lagu berikutnya dimulai.

Pada dasarnya, saya bukan pendengar musik dan tidak mengerti trend musik, hehehe. Jadi tidak pernah merasa perlu menambah koleksi lagu untuk didengarkan di mobil. Di rumah, saya jarang mendengarkan lagu dan tidak mencari juga. Tidak terpikir sama sekali untuk mencari dan mendengarkan OST dari kdrama, kan ga ngerti bahasanya.

Waktu Joe mengusulkan kami mencoba langganan ini dan itu, reaksi pertama saya:”untuk apa?” Nah, setelah akhirnya berlangganan, akhirnya ya sekalian deh jadi belajar mendengarkan musik. Akhirnya tapi musiknya itu-itu juga sih. Kalau ada anak-anak, pasang lagu yang anak-anak suka. Kalau lagi sendiri, saya ganti playlist, diantaranya ya OST dari drama yang sedang saya tonton.

Lanjutkan membaca “Mendengar OST, Serasa Menonton Ulang”

Playlist Anak-anak untuk Dikenang

Beberapa hari yang lalu, saat melihat-lihat channel apa saja yang ada di YouTube saya, saya malah jadi teringat sudah lama tidak mendengarkan lagu-lagu Badanamu. Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya, saya suka dengan lagu-lagu Badanamu ini. Selain Badanamu, ada banyak lagu-lagu dan channel yang saya jadi tahu karena anak-anak menyukainya.

Joshua, sejak kecil suka dengan lagu Mother Goose Club

Waktu ada tantangan di grup KLIP untuk menuliskan kenangan yang tidak terlupakan dengan anak-anak, saya jadi terpikir kalau kebanyakan kenangan sudah pernah saya tuliskan di blog ini. Tapi, sudah pasti ada banyak juga yang tidak dituliskan di sini. Semuanya ingin diingat, tapi tentunya ingatan manusia itu terbatas. Nah, saya jadi ingat lagi kalau saya belum pernah menuliskan lagu-lagu apa lagi selain Badanamu yang sering didengarkan bersama anak-anak.

Biasanya, awalnya kami menemukan lagu itu tidak sengaja dari rekomendasi yang ada di YouTube. Lalu kami perhatikan liriknya cukup bagus, barulah kami berikan ke anak-anak untuk ditonton. Nah selanjutnya, di mobil juga saya akan pasang lagu yang sama.

Biasanya, kalau lagi suka dengan lagu tertentu, kalau pergi liburan atau kemana-mana, akhirnya lagu itu juga yang dibawa untuk hiburan anak-anak di jalan maupun di penginapan. Akhirnya, setiap kali mendengarkan lagu tertentu, rasanya jadi menjadi membawa kenangan tersendiri untuk saya. Lagu-lagu ini sudah menjadi seperti OST dalam kehidupan kami. 

Selain lagu nursery rhymes, ada beberapa acara anak-anak yang mengenalkan membaca dan berhitung tapi dibawakan dengan nyanyian juga. Untuk acara-acara tersebut, biasanya kami berikan sebagai bagian dari screen time mereka.

Lanjutkan membaca “Playlist Anak-anak untuk Dikenang”

Dinner Mate, Lebih Indah dari Cinta Pertama

Jumpa lagi dalam obrolan Kokoriyaan. Siapa yang udah selesai menonton drama Diner Mate? Kalau belum selesai dan tidak mau terpapar spoiler, silakan kembali lagi setelah selesai menontonnya. Tapi kalau tidak keberatan dengan spoiler, yuk mari sini saya ceritakan kisah Dinner Mate yang lebih indah dari kisah standar dan menjemukan tentang cinta pertama.

Mulanya dari sering makan bareng

Ceritanya

Cerita ini bermula dengan cerita untuk mewujudkan keinginan penonton CLOY di mana Seo Dan mendapat kesempatan ke-2 berpasangan dengan Alberto Gu. Eh, gak gitu juga ding, hehehe. Tapi pemerannya kebetulan memang pemeran Seo Dan dan Alberto Gu dijadikan berpasangan sejenak. Loh kenapa sejenak? Karena Seo Ji0-hye memang jadi pemeran utama tapi Kim Jung Hyun si pemeran Mr. Gu hanya menjadi cameo di drama Dinner Mate ini.

Tokoh pria di drama ini diperankan Seo Seung-heon, berprofesi sebagai psikiater yang menggunakan makanan sebagai bagian dari terapinya. Sedangkan tokoh wanitanya berprofesi sebagai produser acara konten digital (sejenis YouTube) yang sangat mengandalkan jumlah penonton dan like dari pemirsa.

Pertemuan pertama antara tokoh wanita dan pria ini bisa dibilang awalnya tidak sengaja, tapi kemudian berlanjut menjadi takdir (eh emangnya CLOY?). Jadi si tokoh wanita terbang ke Jeju Island untuk memberi kejutan ke kekasihnya, yang diperankan si Mr.Gu. Tokoh wanita ini juga berpikir kalau si pria akan melamarnya.

Lanjutkan membaca “Dinner Mate, Lebih Indah dari Cinta Pertama”

Cerita dari Webinar Merdeka dan PANDAI dengan Computational Thinking (Bagian 2)

Tulisan hari ini mau melanjutkan cerita tentang computational thinking (CT). Kira-kira berapa orang yang sudah membaca bagian sebelumnnya dan menonton rekaman webinarnya ya. Kalau belum menonton webinarnya, saya akan mengulangi apa itu CT. CT adalah proses berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan landasan komputasinal.

Merdeka dan PANDAI dengan Computational Thinking

Tulisan kali ini saya akan menceritakan tentang pembelajaran CT dan bagaimana kalau tertarik untuk belajar lebih lanjut.

Pembelajaran Computational Thinking

Di dalam webinar dibahas cara membuat mie goreng instan plus telur mata sapi. Sekilas kalau kita ditanya bagaimana cara membuat mie goreng instan plus telur mata sapi? Mungkin kita akan bilang: ya gampang, masak mie nya, masak telurnya, hidangkan. Tapi jangan lupa, pertanyaan di dalam CT itu membutuhkan jawaban yang bisa diproses berdasarkan informasi yang diberikan sebelumnya.

Anggaplah kita sedang menyusun langkah-langkah instruksi yang perlu diikuti oleh robot yang tidak tahu apa-apa. Kita bahkan harus mendefinisikan memasak mie goreng instan itu seperti apa. Kalau kita pakai asumsi, menggoreng itu pakai minyak goreng, tapi kita juga tahu kalau indomie goreng itu direbus bukan digoreng, hehehe.

Lanjutkan membaca “Cerita dari Webinar Merdeka dan PANDAI dengan Computational Thinking (Bagian 2)”