Layanan Grab Car sebenarnya sudah ada cukup lama di Chiang Mai, seperti halnya di Indonesia, layanan taksi online ini juga membuat banyak protes dari angkutan taksi merah (rot daeng) dan tuktuk. Tapi belakangan ini saya perhatikan ada banyak layanan baru selain layanan Grab Car.
Hari ini kami mencoba untuk memesan makanan dari restoran Korea dekat rumah melalui layanan Grab Food. Sebelum ada Grab Food, layanan delivery makanan sudah ada Food Panda dan Meals on Wheels. Kami pernah mau memesan menggunakan Meals on Wheels, tapi entah kenapa harga makanannya lebih mahal daripada harga menu makan di restorannya. Untuk layanan Food Panda, saya belum pernah mencoba karena belum instal aplikasinya dan malas daftar haha. Untuk harga makanan di Grab Food, harganya sama dengan harga menu yang pernah saya foto hehehe.
Untuk layanan Grab Food, saya bisa memakai aplikasi yang sama dengan memesan Grab Car. Saya perhatikan, jumlah restorannya cukup banyak, jam buka nya juga cukup jelas, dan yang paling penting memang restoran yang kami sering datangi itu ada di daftar. Rejeki lagi, ternyata hari ini lagi ada promosi free delivery kalau pemesanan di atas 80 baht. Oh ya, hari ini kebetulan ada teman lagi ajak anak-anak main bareng di rumah, jadi pesan makanannya tentunya bisa agak lebih banyak hehehe.
Setelah pesan-pesan, masukkan kode promosi untuk pengiriman gratis, bisa santai nunggu makanan datang sambil biarin aja anak-anak main. Emang enak ya kalau tau mau milih menu apa dan restoran itu bisa dipesan online. Gak terasa kurang dari 30 menit makanan sudah tiba di rumah.
Layanan antar makanan ini ada plus minusnya. Plusnya kita gak perlu keluar rumah, bisa pilih makanan tidak berlebihan, bisa pesan lebih awal sebelum jam makan yang biasanya sibuk, ngasih makan anak-anak juga lebih santai. Minusnya: ada banyak bungkusan makanannya yang akhirnya jadi sampah plastik (tidak ramah lingkungan), kita harus cuci piring selesai makan (ah ini sih gak seberapa dibandingkan kalau anak rewel di restoran), kadang-kadang waktu tunggunya kalau terlambat pesan bisa jadi tambah lama dan kalau ternyata yang di pesan kurang banyak, gak bisa nambah pesanan hehehe.
Iseng-iseng liat aplikasi Grab, ternyata sekarang ada banyak pilihan transportasi selain Grab Car. Ada Grab Bike (ojek), Grab Rod daeng (taksi merah khas thailand), Grab TukTuk (ini sejenis bajaj di Jakarta), dan bisa sewa Van segala kalau rombongan besar.
Saya tidak tahu kapan ada kesempatan mencoba segala transportasi yang lain, selama ini saya hanya memakai Grab Car kalau mobil lagi masuk bengkel saja. Kapan-kapan kalau ada kesempatan atau kebutuhan menggunakan jasanya akan saya tuliskan.
Ini cerita lanjutan dari hasil pemeriksaan mata minggu lalu. Salah satu hal yang bikin malas pakai kacamata itu karena frame kacamata sebelumnya itu dari bahan plastik dan terasa berat. Pandangan mata juga terasa terbatas. Pakai kacamata sebelumnya kalau kelamaan juga mulai bikin pusing.
Karena kacamata sebelumnya juga sudah mulai terasa tidak nyaman untuk membaca ataupun bekerja di depan komputer akhirnya bikin kacamata lagi. Dari hasil pemeriksaan, memang ada plus yang bertambah sedikit dibanding sebelumnya. Kacamata yang lama masih cukup nyaman dipakai kalau lagi keluar rumah/ menyetir. Jadi ya biar sekalian ada cadangan juga 1 kacamata di mobil.
Butuh waktu 1 minggu proses memesan kacamatanya, hari ini kacamatanya selesai dan sudah saya pakai langsung. Berdasarkan pengalaman dengan frame sebelumnya, kali ini saya memilih jenis yang tanpa frame dan bahan gagangnya dari titanium yang super ringan. Model begini ternyata cukup nyaman dan tidak terasa ada pembatasan dalam ruang pandang, tapi harus lebih berhati-hati dalam menyimpannya supaya tidak gampang jatuh atau tak sengaja tertimpa sesuatu yang berat misalnya. Kacamata tanpa bingkai ini sekilas terlihat lebih gampang pecah atau patah juga hehehe, jadi kurang tepat kalau punya kebiasaan meletakkan kacamata sembarangan ataupun membawa kacamata sampai tertidur.
Dari pengalaman 2 kali bikin kacamata, saya bisa ambil kesimpulan kalau mau pakai kacamata yang ringan jangan pilih bahan plastik. Kalau tidak suka ada pembatasan dalam ruang pandang, pilihlah kacamata tanpa bingkai/ frameless.
Kacamata sekarang ini juga sudah menjadi bagian dari fashion untuk sebagian orang. Jenis tanpa bingkai ini menurut saya kalau mau pakai baju warna apa juga pasti cocok hehehe. Kalau sudah bertahun-tahun memakai kacamata, mau frame seperti apapun akhirnya pasti dipakai asal bisa melihat. Tapi kalau mata belum terasa buram, biasanya bakal malas memakainya. Joe juga malas makai kacamata karena dia hanya butuh kacamata untuk menyetir di malam hari saja.
Setelah mencoba memakai kacamata beberapa jam sejak diambil dari optik, saya cukup merasa nyaman dan yakin akan lebih rajin memakainya. Dipikir-pikir harusnya saya memilih jenis frameless sejak awal, karena keluhan berat ataupun pandangan terbatas tidak ada lagi dengan kacamata frameless.
Mungkin akan ada yang bertanya kenapa ga pakai lensa kontak saja supaya ga ada berat bertengger di hidung sama sekali. Nah untuk ini saya kurang cocok. Repot rasanya urusan lepas dan pasang lensa kontak. Selain itu, mata saya sering berair dan ada kebiasaan mengusap mata. Jadi saya tidak berani menambah kerepotan dengan lensa kontak.
Memilih kacamata itu akhirnya dikembalikan dengan kebiasaan masing-masing dan isi dompet hehehe, jadi sebelum membeli kacamata terutama untuk yang sudah sampai tua baru butuh kacamata, tanyakan diri sendiri sudah siap dengan ada yang bertengger di hidung sepanjang hari dan dengan berat seberapa. Kalau perlu, coba beberapa jenis frame di beberapa optik. Jangan terburu-buru dalam memilih dan jangan mau diburu-buru. Oh ya sebaiknya untuk pertama kali, periksakan kesehatan mata ke dokter spesialis mata sebelum akhirnya dirujuk ke optik oleh dokternya. Kalau sudah dibeli, pakailah setiap hari. Kalau dari awal jarang dipakai, kemungkinan keterusan malas memakainya lalu akhirnya perlu ganti kacamata lagi deh.
Sebenarnya saya sudah tahu lama mengenai aplikasi ini. Tapi baru kepikiran lagi untuk menggunakan aplikasi ini. Aplikasi ini intinya seperti flashcard yang isinya bisa kita atur sendiri. Kelebihan dari aplikasi ini gratis dan sudah ada banyak orang yang upload flashcard mereka ke internet yang bisa kita gunakan juga. Selain untuk android, aplikasi ini juga tersedia di pc windows maupun mac.
Dulu, saya pernah memakai aplikasi ini untuk belajar bahasa Thai. Tapi karena terlalu banyak flashcard yang saya pilih, akhirnya malah saya bingung mau belajar pakai yang mana. Kali ini saya berencana menggunakannya untuk belajar bahasa Korea dan menemukan ada yang sudah membuat flashcard dari kursus First Step Korean di Coursera yang pernah saya ikuti.
Selain untuk belajar bahasa Korea, saya jadi ingat siapa tahu ada pembaca seri belajar bahasa Thai di blog ini yang mulai ingin latihan membaca bahasa Thai, ada banyak juga flashcards yang tersedia termasuk untuk kata-kata sederhana dari buku Manee. Kelebihan dari flashcard ini, kita bisa menambahkan gambar maupun suara ke dalamnya.
Oh ya, selain untuk belajar bahasa, aplikasi ini bisa untuk apa saja yang ingin kita pelajari menggunakan flashcard. Bahkan kalau ingin membuat flashcard matematika untuk anak kita belajar, atau untuk tanya jawab persiapan ujian juga bisa saja, asal kita rajin membuat pertanyaan dan jawabannya.
Untuk mencari aplikasinya bisa langsung lihat di web dengan kata kunci Anki. Gambar-gambar yang akan saya tampilkan di sini merupakan rekaman layar dari Anki di android : Ankidroid Flashcards.
Pertama kali diinstal, aplikasinya tentunya kosong. Kita bisa menambahkan kumpulan flashcards yang disebut deck dengan mencari di situs AnkiWeb. Waktu kita memilih use shared decks dari dalam aplikasi, otomatis kita akan diarahkan ke halaman ankiweb dan kita bisa mencari kata kunci yang kita inginkan.
Berikut ini contoh isi dari deck First Step Korean. Kita bisa melihat daftar pertanyaan dan jawaban (yang nantinya bisa kita ubah juga)
Sekarang ini kebanyakan flashcard yang ada, jawabannya menggunakan bahasa Inggris. Kalau misalnya kita ingin bikin bahasa Indonesianya, deck dari Anki kita ini bisa kita ubah dan tambahkan bahasa Indonesia sesuai kebutuhan.
Silakan eksplorasi lebih lanjut untuk pemakaian Anki untuk berbagai flashcard lainya. Beberapa deck yang dishare tidak dilengkapi dengan suara, tapi banyak juga yang cukup bagus dan bisa digunakan untuk berlatih.
Setiap harinya, akan ada statistik penggunaan dari aplikasi ini untuk melihat berapa lama kita belajar dan dari kebiasaan kita memakainya aplikasi akan membuat seperti prakiraan tingkat kerajinan kita.
Aplikasi flashcard seperti ini sangat praktis dan bisa dipakai ketika kita sedang menunggu antrian atau bahkan diperjalanan (asal bukan kita yang nyetir ya hehehe). Semoga berguna untuk yang udah penasaran pengen berlatih kemampuan bahasa barunya.
Hari ini saya akan mengenalkan satu hal lagi yang menjadi penentu nada membaca silabel dalam bahasa Thai yaitu tone mark atau dalam bahasa Thai disebut wannayuk (วรรณยุกตร์). Sebelumnya mari kita cek apa saja yang perlu diketahui untuk sampai ke titik ini.
Kita tahu ada 3 bunyi dari konsonan akhir yang disebut silabel mati dan ada 5 bunyi dari konsonan akhir yang disebut silabel hidup. Tidak semua konsonan bisa dipakai sebagai konsonan akhir dari sebuah silabel dan lagi-lagi konsonan akhir ini mengubah cara membaca nada sebuah silabel.
Kita tahu ada 7 vokal yang berubah bentuk ketika silabel mempunya konsonan akhir. Untungnya perubahan bentuk vokal ini tidak menambah hapalan penentu nada
Nah yang terakhir, ada 4 tonemark yang perlu diketahui sebagai penentu nada.
Awalnya saya pikir: aduh kenapa sih gak disederhanakan saja, kalau mau ada 5 nada dari sebuah silabel dan ada 4 tonemark, gimana kalau tiap ada tonemark tersebut otomatis nadanya tertentu dan bagian tidak ada tonemark artinya nada tengah. Akan lebih mudah menghapalkannya kalau 4 tonemark ini memberikan aturan yang sama tanpa perduli kelas konsonan, jenis vokal atau ada tidaknya konsonan akhir. Tapi ternyata tidak semudah itu, karena 4 tonemark ini memberikan bunyi yang berbeda tergantung dari kelas konsonannya juga. Berita baiknya, kalau ada tonemark kita hanya perlu mengetahui kelas konsonan awal silabelnya saja dan tidak lagi harus memikirkan vokal dan konsonan akhirnya.
Jadi kira-kira kalau tidak ada tonemark lebih banyak yang harus di hapal, dan kalau ada tonemark kita hanya perlu perhatikan kelas konsonan awalnya saja.
Berikut ini 4 tonemark dalam bahasa Thai:
่
mái-èek
้
mái-thoo
๊
mái-trii
๋
mái-jàt-tà~waa
Penulisan tonemark ini letaknya di atas konsonan awal. Untuk silabel yang memakai vokal dengan penulisan di atas konsonan, maka tonemark ini letaknya lebih atas lagi dari vokal. Untuk jelasnya kita lihat contoh-contohnya.
Sebelum tambah bingung, mari kita lihat aturan membaca sebuah silabel dengan adanya tonemark berdasarkan konsonan awal:
kelas konsonan
่
้
๊
๋
Rendah
Nada turun
Nada tinggi
Tengah
Nada rendah
Nada turun
Nada tinggi
Nada naik
Tinggi
Nada rendah
Nada turun
Kalau diperhatikan lebih dekat, cara membaca silabel berawalan konsonan tengah dan tinggi mempunyai aturan yang sama. Untuk kelas rendah dan kelas tinggi pemakaian mái-trii dan mái-jàt-tà~waa tidak ada. Jadi sebenarnya lebih sedikit hal yang perlu diingat dengan adanya tonemark ini.
Contoh Konsonan Rendah dengan mai eek (nada turun)
Kalau diperhatikan, kata ไหม้ tone mark ditulis di atas konsonan kedua ม yang merupakan konsonan rendah. Tapi untuk kata ini konsonan awalnya adalah ห kelas konsonan tinggi sehingga aturan membaca silabelnya mengikuti aturan kelas konsonan tinggi dengan mai too.
Contoh membaca sebuah kata dengan beberapa silabel
Sekarang kita ambil contoh kata สวัสดีครับ dan analisa bunyi tiap silabelnya.
สะ konsonan tinggi dengan vokal pendek dibaca sa dengan nada rendah
หฺวัส konsonan tinggi dengan vokal dan konsonan akhir mati, dibaca wat dengan nada rendah
ดี konsonan tengah dengan vokal panjang, dibaca dii dengan nada tengah
ครับ konsonan rendah dengan vokal pendek dan akhir konsonan mati, dibaca krap dengan nada tinggi.
Sehingga kata sa-wat-dii-krap di baca dengan nada rendah-rendah-tengah-tinggi.
Sepertinya sebelum tambah lagi yang harus dihapal, saya cukupkan dulu contoh-contohnya. Nanti lama-lama setelah terbiasa dan juga mengerti artinya, kita akan secara otomatis membaca sebuah silabel tanpa perlu terus menerus menganalisa aturannya untuk membuat nadanya.
Apakah aturan penulisan bahasa Thai sudah lengkap? tentu saja belum, masih ada beberapa hal lain yang belum saya tuliskan. Tapi kalau sudah bisa mengingat semua yang saya tuliskan, sudah bisalah mulai melatih membaca tulisan Thai berupa cerita pendek hehehe.
Hari ini saya sedang terlalu banyak yang ingin dituliskan seputar relationship, pasangan dan pernikahan. Tapi karena seringkali hal-hal yang ingin dituliskan itu sudah pernah ditulis, supaya ga terlalu banyak pengulangan akhirnya saya melakukan pencarian ke tulisan-tulisan kami yang lama.
Tanpa sengaja saya jadi menemukan tulisan-tulisan lama yang dituliskan Joe dan saya. Tulisan terbaik hasil blogwalking malam ini jatuh ke tulisan tentang memahami kehidupan. Tulisan ini tulisan Joe di tahun 2008, pandangan tentang hubungan antar manusia (relationship). Sebenarnya hampir keseluruhan tulisan pengen saya kutip kembali, tapi dari semua paragraph, bagian ini kira-kira mendasari semuanya:
Hal yang membuat hidup indah adalah karena kita bisa berbagi dengan banyak orang. Tapi ada hal yang membuat hidup kadang nggak enak dijalani, yaitu karena kita harus berhubungan dengan banyak orang. Menurutku manusia itu pada dasarnya jahat, tapi sebagian besar bisa menampakkan hanya sisi baiknya saja ke orang lain. Pemahamanku yang pertama mengenai manusia adalah: berhati-hatilah pada orang lain.
YN
Jadi pada dasarnya orang lain itu bikin hidup ini indah tapi juga bisa gak enak. Mungkin akan banyak yang tidak setuju tentang bagian: manusia itu pada dasarnya jahat. Tapi dasarnya jahat bukan berarti jahat banget, kita juga selalu berusaha menunjukkan sisi baik kita. Makanya peringatannya berhati-hati aja sama orang sambil menikmati keindahan berbagi hidup. Ah kalimatnya jadi rumit yah, tapi ya kira-kira begitulah. Manusia membutuhkan manusia lainya – baik ataupun jahat.
Tulisan berikut yang juga nemu dari hasil blogwalking malam ini mengenai pasangan hidup yang ditulis Joe di tahun 2014. Tulisan ini sebenarnya lebih kurang sama dengan yang akan saya tuliskan, tapi saya minta Joe yang nulis karena dia biasanya lebih bagus struktur nulisnya. Kesimpulan dari tulisan itu mengenai pasangan ideal juga sebenarnya hasil diskusi berdua.
Bagi saya, pasangan hidup saya adalah semuanya: sahabat, orang yang sepadan untuk saya ajak diskusi, orang yang terdekat bagi saya, orang yang bisa saya percaya sepenuhnya, dalam hal keuangan, rahasia dan semuanya. Secara singkat: saya berbagi hidup dengan orang tersebut.
YN
Tulisan di blog ini hanya sepersekian dari obrolan kami setiap harinya. Kami itu ngobrolin dari A sampai Z, mulai cerita perkembangan anak, gadget yang baru release, game yang menarik buat dimainkan, masalah di kantor, sampai cerita yang terjadi di belahan bumi lain juga bisa jadi topik obrolan, dan sejauh ini kami selalu punya pandangan yang sama (adakalanya di mulai dengan berbeda pandangan tapi berakhir dengan yang satu ikut yang lain hahaha).
Tulisan terakhir yang saya baca malam ini dan pingin saya bagikan ulang adalah tulisan tentang menikah dan usia. Kalau ini tulisan saya di tahun 2007, waktu itu baru 2 bulan menikah tapi tulisannya masih berlaku sampai sekarang. Bagian yang ini saya kutip sebagai berikut:
Kembali ke para remaja 20 tahunan yang sudah memikirkan menikah, mungkin mereka kebanyakan nonton sinetron yang selalu happy ending, atau mungkin mereka hanya membaca cerita serial cantik ataupun dongeng pengantar tidur di mana ceritanya selalu berakhir bahagia. Apakah mereka pernah membaca tentang “bagaimana mengelola keuangan”, sedangkan mungkin saja mereka selalu mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari orangtua mereka tanpa mencari. Atau.. “peran suami dan istri dalam rumahtangga”, atau..”masalah-masalah yang mungkin timbul dalam keluarga” atau “cara berargumen yang baik”. Semua judul itu fiktif, tapi..setidaknya semua itu sudah harus terpikirkan sebelum menikah (selain masalah bagaimana membesarkan anak dsb).
RN
Untuk bagian ini, tulisannya bisa diedit untuk semua yang sedang mempersiapkan diri untuk menikah, sudahkan Anda mempersiapkan diri untuk mengetahui kalau menikah itu bukan happy endingnya kisah fairy tale. Menikah itu titik awal, jadi belajarlah mengenai judul-judul fiktif yang saya sebutkan diatas, mungkin sekarang sudah banyak buku-buku soal mengelola keuangan rumahtangga, peran suami istri dalam keluarga, masalah yang mungkin timbul dalam pernikahan dan juga cara berargumen dengan pasangan Anda.
Hal yang perlu disadari oleh orang-orang yang akan menikah adalah pesta pernikahan itu bukanlah segalanya, jadi jangan sampai berhutang demi pesta yang terlihat wah. Lebih penting kehidupan setelah pernikahan (marriage) daripada hari pesta pernikahan (wedding) itu sendiri. Jangan karena pesta yang cuma beberapa jam, kehidupan pernikahan jadi serasa seperti neraka.
Sekarang ini persiapan pernikahan lebih banyak memperhatikan foto prewedding, gedung pesta, cetak undangan yang indah dan bulan madu impian. Semua itu membutuhkan biaya!. Kehidupan pernikahan nantinya juga lebih banyak biayanya loh, apalagi kalau sudah punya anak. Jadi jangan sampai memulai kehidupan rumahtangga dengan hutang ataupun langsung mengakhiri hidup karena calon pasangan gak menyanggupi mahar, padahal kan harusnya bisa menunda pernikahan sampai duit cukup, atau ya meyakinkan keluarga kalau mereka itu bukan sedang jual anak maka harus pasang harga.
Tulisan kali ini saya akhiri dengan salah satu kutipan di diktat kuliah, lupa persisnya buku mana dan oleh siapa tapi kira-kira sebagai berikut: Hidup ini adalah kesediaan menerima akibat dari pilihan.
Joshua sekarang ini sudah 4 tahun 1 bulan. Kemampuan bicara Joshua sebenarnya cukup normal dalam arti dia bisa mengucapkan kalimat dengan jelas, bahkan bisa membaca. Tapi kemauan dia berkomunikasi kadang-kadang masih agak kurang untuk anak seusianya. Walau kami di rumah ngobrol dengan bahasa Indonesia, Joshua memilih untuk berbicara dengan bahasa Inggris. Akhirnya daripada dia tidak mau berkomunikasi, kami pun mengikuti kemauannya dengan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.
Joshua senang belajar tapi tidak suka diajak ngobrol. Baru belakangan ini dia mulai ada kemajuan yang cukup banyak dalam hal berkomunikasi. Kalau dulu, dia tidak selalu mau menjawab kalau ditanya sesuatu. Sekarang ini dia sudah mulai lengkap dalam tanya jawab. Dia juga mulai suka menirukan kata-kata dalam bahasa Thai atau bahasa Indonesia yang dia dengar. Tapi kalau dia yang memulai percakapan, dia akan selalu menggunakan bahasa Inggris.
Kadang-kadang kalimat Joshua banyak yang menirukan dari game yang dia mainkan, tapi kadang kami kaget dengan kemampuan dia mengingat sesuatu. Misalnya beberapa waktu lalu, dia tahu kami menonton serial TV Elementary. Hari minggu kemarin, waktu saya dan Joe lagi nonton Elementary dia turun dari atas dan bertanya: “Are you watching Elementary?” padahal dia baru datang sebentar banget. Jadi sepertinya dia mengenali tokohnya dan ingat kami pernah nonton sebelumnya.
Lalu contoh lain, papanya lagi ngikutin serial Stranger Things di Netflix. Biasanya kalau kami lagi nonton, Joshua bisa cuek aja gitu mainan lego atau apalah yang ada dan gak tertarik untuk ikut nonton. Eh kemarin dia malah nangis ngeliatnya pas ada kejar-kejaran. Terus pas papanya mau nonton episode berikutnya dia bilang: “I dont want to see Stranger Things, I want to see Paw Patrol”. Nah loh, kalimatnya panjang amat ya buat yang jarang ngomong hehehe.
Sekarang Joshua juga sudah bisa memberi tahu maunya dengan jelas: “Papa let’s go up and play upstairs”. Dia paling senang main di kamar kerja papanya. Tadi sore, saya ajak turun dengan iming-iming ipad dia jawab gini: “No, I don’t want to play ipad, I want to play domino upstairs”. Terus saya bilang: “Mama mau masak di bawah, Joshua bawa aja mainannya turun”. Dia jawab: “I want to play up here”. Saya bilang lagi: “Ya udah kamu main di atas sendiri ya, mama turun”. Dia larang sambil duduk depan pintu dan bilang: “Mama don’t go, mama upstairs.”
Saya baru menggunakan kacamata sejak awal tahun 2018. Karena tidak biasa dan tidak selalu merasa butuh, saya hanya memakainya saat membaca. Belakangan ini rasanya tidak nyaman kalau tidak menggunakannya, tapi ketika dipakai rasanya mulai kurang nyaman juga terutama kalau pencahayaannya berlebihan ataupun kurang. Jadi serba salah ya rasanya.
Hari Sabtu akhir Juni lalu, setelah menunda beberapa kali akhirnya kami punya kesempatan ke dokter mata. Sebenarnya kalau untuk alasan ganti kacamata saja, bisa saja langsung ke banyak toko kacamata, ini yang saya lakukan ketika pertama kali bikin kacamata. Tapi karena dari cerita Joe ada teman yang harus operasi mata karena tidak aware sebelumnya dan saya baca anjuran memeriksa mata secara rutin di atas umur 30, maka saya pikir sekalian periksa deh. Ini pengalaman pertama periksa mata ke dokter spesialis mata.
Pemeriksaan awal kita diminta untuk membaca angka di papan yang berjarak sekitar sekian meter. Mata diperiksa gantian mata kanan dan kiri. Saya juga boleh menggunakan kacamata yang saya pakai sekarang ini.
Pemeriksaan berikutnya, mata kanan dan kiri diperiksa tekanannya dengan air puff tonometry. Pemeriksaan tekanan pada mata ini awalnya bikin saya kaget, karena tiba-tiba ada seperti udara disemprotkan ke mata. Tapi waktu periksa mata kiri saya sudah tidak kaget lagi. Hasil pemeriksaan awal dikonsultasikan oleh dokter spesialis.
Hasil pemeriksaan tekanan mata, ternyata mata kanan saya tekanannya di atas normal sedangkan mata kiri masih batas wajar. Untuk meyakinkannya, di dalam ruang dokter saya diperiksa lagi dengan alat tonometry yang lebih tinggi akurasinya. Sebelum di cek dengan alat berikut ini saya di berikan anastesi dulu matanya. Rasanya cuma agak lengket dikit tapi kurang dari 30 menit efek anastesi nya sudah hilang. Hasil pemeriksaan dengan alat yang lebih canggih ini juga hasilnya masih sama, mata kanan tekanannya lebih tinggi dari batas normal.
Lalu pertanyaan berikutnya oleh dokter kapan terakhir kali saya periksa mata dan apakah di keluarga saya ada yang punya penyakit glaukoma. Kondisi tekanan pada bola mata yang tinggi ini disebut ocular hypertension merupakan salah satu indikasi yang perlu diwaspadai sebagai kemungkinan mengarah menjadi glaukoma.
Apa sih glaukoma itu? Perasaan pernah dengar tapi gak pernah benar-benar cari tau. Ternyata glaukoma itu kerusakan saraf mata yang diakibatkan tekanan tinggi pada bola mata dan kalau tidak diobati bisa mengakibatkan kebutaan. Gejala glaukoma ini sering tidak terdeteksi kalau kita tidak pernah memeriksakan kesehatan mata sebelumnya dan baru disadari ketika mulai mengalami kehilangan penglihatan. Kalau sudah sampai terjadi pengurangan kemampuan melihat, mata kita tidak bisa dikembalikan untuk bisa melihat seperti semula lagi. Penyakit ini berbeda dengan rabun yang bisa diatasi dengan kacamata.
rumahsakitnya punya gadget keren nih buat periksa mata
Berikutnya, saya disarankan untuk diperiksa lebih lanjut dengan alat yang ada di rumah sakit. Saya diberikan nomor telepon rumah sakitnya untuk membuat janji memeriksa ketebalan kornea (OCT Test) dan Test lapang pandang (Visual Field Test). Kedua test ini diperlukan sebelum mengambil kesimpulan tindakan perawatan yang perlu dilakukan.
Setelah menelpon rumahsakit, saya disuruh datang hari kamis pagi jam 9. Rasanya cukup lama menunggu hari Kamis tiba. Hari Kamis pagi, saya diantar Joe ke rumah sakit dan Joe lanjut ke kantor. Untungnya gak lama menunggu saya dipanggil untuk diperiksa, jadi gak sampai lama resah sendirian hehehe.
Pemeriksan OCT berlangsung sangat cepat, gak sampai 5 menit rasanya. Berikutnya pemeriksan Visual Field Test yang cukup lama. Masing-masing mata diminta melihat 1 titik kuning dan kalau melihat ada cahaya blinking kita diminta memencet tombol. Pemeriksaan 1 mata berlangsung sekitar 10 menit. Jadi untuk 2 mata pemeriksaan 20 menit. Hasilnya pegel mata pegel pinggang karena kebetulan posisi mesinnya agak lebih tinggi dan kaki saya agak menggantung. Boleh berkedip selama pemeriksaan, tapi kalau fokus mata berpindah dari titik kuning, pemeriksaan harus diulang dari awal. Untungnya saya bisa lulus periksa tanpa mengulang. Kebayang kalau udah 9 menit tau-tau harus ulang dari awal hahaha. Mata agak berair karena kelamaan berusaha ingat fokus di 1 titik.
alat memeriksa test lapang pandang
alat memeriksa test lapang pandang
Setelah pemeriksaan selesai, saya dikasih lembaran hasil pemeriksaan untuk dikonsultasikan ke dokter klinik yang merujuk ke rumah sakit. Jadi saya gak bisa langsung tahu hasilnya saat itu juga. Biaya untuk 2 test tersebut plus administrasi rumahsakit sekitar 2200 Baht. Lumayan mahal ya, tapi lebih penting mengetahui kondisi kesehatan mata daripada mikirin duit kan.
Sore harinya, saya ke klinik mata lagi untuk konsultasi hasil pemeriksaan dari rumah sakit. Hati agak deg deg an dikit tapi ya optimis matanya masih bisa lihat. Worst case, kalau memang harus diobati ya diobati untuk mencegah kebutaan. Best case, matanya masih sehat dan gak perlu diobati apa-apa, tapi ya dijaga jangan dipaksa memakainya.
Seperti biasa, setelah mendaftarkan diri di klinik dilakukan pemeriksaan membaca angka dan air puff tonometry. Hasil pembacaan air puff tonometry hari Kamis sore, kanan dan kiri sama-sama dalam batas normal. Hati mulai tenang dan optimis matanya masih sehat.
Setelah mengantri sekitar 20 menit menunggu giliran ketemu dokter, saya bisa semakin lega karena berdasarkan hasil pemeriksaan dari rumah sakit, semuanya masih normal. Ketebalan kornea normal, test lapang pandang juga normal dan hasilnya tidak ada vission loss.
Lega rasanya, tapi saya jadi bertanya-tanya, apa kira-kira penyebab pemeriksaan hari Sabtu sebelumnya bisa lebih tinggi dari normal. Kalau penjelasan dokter bilang, mata kita ini tekanannya seperti gelombang, ada titik rendah dan titik tinggi. Kemungkinan hari Sabtu lalu itu tekanan mata kanan saya sedang ada di titik tinggi, sedangkan di hari Kamis bisa jadi lagi di titik rendah. Lalu saya tanya lagi: apakah ini ada hubungannya dengan tekanan darah? kalau kata dokter sih nggak, walaupun menurut yang saya baca kalau tekanan darah terlalu tinggi bisa juga mengakibatkan gangguan penglihatan. Tapi ya dokter lebih tau lah ya.
Terus berikutnya gimana? ya sudah saya disarankan untuk datang periksa lagi tahun depan. Menurut dokter, pemeriksaan setiap tahun itu cukup baik, minimal dalam 4 tahun ke depan sebaiknya diperiksa. Apabila dalam waktu 5 tahun pemeriksaan mata saya hasilnya tidak ada gejala tekanan tinggi seperti hari Sabtu lalu, maka saya tidak perlu kuatir akan terkena glaukoma.
Glaukoma ini biasanya penyakit keturunan, tapi ada kalanya juga infeksi, penyumbatan pembuluh darah, peradangan atau terpapar zat kimia bisa menjadi penyebab penyakit ini. Semakin tua, resiko terkena glaukoma juga semakin meningkat.
Pelajaran dari ke dokter mata kali ini adalah: periksa mata secara rutin itu penting untuk mendeteksi apabila ada penyakit sejak awal. Menjaga kesehatan mata juga lebih baik dari pada mengobati. Kalau mata sudah lelah ya jangan dipaksa juga. Oh ya, kalau memang sudah harus dibantu dengan kacamata untuk membaca, mata jangan dipaksakan bekerja tanpa kacamata, karena itu juga bisa mengakibatkan kerusakan lebih parah lagi.