Ulang Tahun Joshua ke (2×3)

Hari ini adalah ulang tahun Joshua yang ke-6. Sekarang ini Joshua sedang suka matematika, termasuk memfaktorkan bilangan, itu alasannya judul blognya seperti ini.

Walaupun memiliki banyak kosakata, Joshua sampai saat ini masih memiliki kesulitan dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan dirinya. Tapi karena Joshua memiliki banyak kelebihan lain jadi kami tidak terlalu khawatir. Di posting ini, daripada bercerita mengenai detail kepribadiannya, saya ingin bercerita mengenai hal yang baru dia pelajari dan dia sukai saat ini.

Faktor bilangan dan sifat assosiatif perkalian

Jika Joshua tertarik sesuatu, dia akan mengulangi hal tersebut berkali-kali. Contohnya: dia menghapalkan perkalian 1×1 sampai 12×12 sejak beberapa tahun lalu. Dia juga memahami bahwa multiplication adalah penjumlahan berulang. Waktu dia menyadari ini, sering bikin saya bingung, misalnya lagi menikmati kopi, dia tiba-tiba datang dan menanyakan: papa, what is 6+6+6+6+6. Karena sedang santai, kadang tidak langsung menghitung berapa kali dia mengucapkan “six”. Jadi saya harus langsung konsentrasi (atau kadang harus nanya lagi: how many sixes?), terus dia akan bilang: “correct 5 x 6 equals 30”.

Baru-baru ini dia iseng lagi memakai Microsoft Math, dia suka memasukkan bilangan dan mendapatkan faktornya. Seperti ini contohnya:

Meski sudah bisa perkalian dari 1×1 sampai 12×12, dia masih selalu menolak kalau saya ajari algoritma “long multiplication” agar dapat mengalikan bilangan yang lebih besar. Tiap kali saya mulai menjelaskan, langsung dia hapus lagi papan tulisnya. Karena memang belum saatnya dia belajar itu, ya tidak saya paksa.

Lanjutkan membaca “Ulang Tahun Joshua ke (2×3)”

Cerita Dari Kelas Belajar Gratisan

Efek pandemi yang sangat terasa buat saya adalah ada banyak sekali kelas belajar yang bisa diikuti secara gratis. Bagus? Ya tentu saja, apalagi kalau memang bisa mendapat hobi baru seperti desain Canva dan Kinemaster.

Kelas-kelas gratis itu pakai bahasa Indonesia pula, semakin mudah untuk mengerti dengan cepat. Kelas gratis ini biasanya dilengkapi dengan grup di WhatsApp ataupun Telegram.

Lanjutkan membaca “Cerita Dari Kelas Belajar Gratisan”

Merekam kehidupan: 17 tahun ngeblog bareng

Kadang rasanya hidup ini cepat sekali berlalu. Sepertinya belum lama saya menyuapi Joshua makan nasi telur dadar di Night Safari waktu Joshua masih di stroller . Momen ini saya ingat, karena Joshua dulu sedang sulit sekali makan apapun, hanya setelah jalan-jalan di night safari, dia mau makan nasi dengan telur, dan itu kami ulangi berkali-kali.

Tahun 2017

Hari ini sangat cerah, setelah polusi parah cukup lama, ada hujan besar kemarin, dan sementara ini udara sangat bagus. Jadi hari ini saya memutuskan pulang kerja lebih cepat untuk pergi ke Night Safari bareng-bareng. Kami selalu tetap memilih menu yang sama di Night Safari: nasi telur dan muu ping. Sekarang Joshua sudah besar, bisa makan sendiri.

Lanjutkan membaca “Merekam kehidupan: 17 tahun ngeblog bareng”

Mengapa Memilih Kuliah di Informatika ITB

Tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret 2021 ini sekilas terlihat gampang. Apa susahnya menjawab pertanyaan: Mengapa dulu memilih jurusan yang dipilih.

Tantangan Blogging Bulanan Komunitas MamahGajahNgeblog

Ternyata, setelah direnung-renungkan, agak sulit buat saya menuliskannya menjadi 500 kata. Karena saya sendiri tidak ingat lagi persisnya alasan sesungguhnya memilih jurusan Informatika ITB itu kenapa.

Setelah ditunda-tunda sekian lama, karena sudah akhir bulan, waktunya untuk menuliskannya. Siapa tahu ada yang pengalamannya sama dengan saya dalam memilih jurusan kuliah.

Lanjutkan membaca “Mengapa Memilih Kuliah di Informatika ITB”

Ikuti Aturan Jangan Cuma Perasaan

speed limit 90 km per hour

Setiap hari ketika menyetir, saya melewati sebuah jalanan yang memiliki rambu kecepatan maksimum 90 km per jam, dan jalan itu diawasi oleh kamera.

Di Thailand memang ada batas kecepatan maksimum. Jalanan tersebut diawasi kamera, dan jika kita melanggar batas kecepatan dan tertangkap kamera, kita akan dikirimi surat cinta ke rumah untuk membayar denda.

Lanjutkan membaca “Ikuti Aturan Jangan Cuma Perasaan”

Joshua dan Minecraft

Posting ini tentang kelucuan Joshua dan Jonathan main Minecraft bareng. Ini sekedar catatan jejak kehidupan, supaya nggak lupa di masa depan. Karena mamanya nggak main Minecraft, jadi saya yang nulis cerita perkembangan Joshua yang ini.

Joshua sekarang baru 5.5 tahun, tapi sudah bisa membaca/menulis/mengetik, berhitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian sampai 12×12), walau kemampuan komunikasinya sampai saat ini masih kurang. Joshua sekarang ini juga sangat iseng/jahil dalam banyak hal. Sekarang Jonathan sudah 10 tahun, tapi masih cukup sabar bermain dengan Joshua.

Sudah lama Joshua suka main minecraft dan pernah ditulis sekilas waktu ulang tahunnya. Walaupun tidak main setiap hari, tapi Joshua suka melihat video minecraft dan melihat Jonathan main, jadi ilmu minecraftnya makin berkembang. Dia mulai bisa membuat redstone circuit, misalnya clock generator (mekanisme yang outputnya on/off secara periodik).

Beberapa hari yang lalu, saya mengaktifkan kembali server minecraft di rumah, dan saya pindahkan datanya ke Raspberry Pi, jadi tidak akan terganggu kalau saya harus restart komputer. Modenya saya set agar siapa saja jadi operator, alias bisa melakukan apa saja. Biasanya kami main di creative mode di mode ini kami bisa sekedar membuat apa saja, tidak bisa mati.

Di mode ini kadang Joshua manis sekali, misalnya membuatkan saya Shulker Box dengan tulisan “Lunchbox” dan diisi Cookie, Bread, Cake, dan Apel. Lalu dia memberi tahu bahwa kita bisa memakan cookienya.

Tapi akhir-akhir ini Joshua sering iseng, dia membuat mode game Jonathan atau saya jadi survival lalu datang dan membunuh karakter kami. Kalau saya biarkan berdua main, lucu sekali melihat lognya di server. Joshua sudah bisa mengetik dan menggunakan autocomplete (dengan tab) jadi bisa mengetik dengan cukup cepat.

Lanjutkan membaca “Joshua dan Minecraft”

Ulang tahun pernikahan ke-14

Hari ini sudah 14 tahun kami menikah. Saya bersyukur kami masih bisa bersama dan tetap rukun, memiliki pandangan hidup yang sama. Sejauh ini tidak ada hal yang membuat kaget dalam hubungan kami. Boleh dibilang kami memiliki titik awal yang baik, jadi perjalanannya terasa ringan.

Kami memilih pasangan sendiri dan bukan karena dijodohkan orang tua, jadi kami tidak merasa terbeban terhadap orang tua. Kami memiliki waktu untuk saling mengenal jadi tidak terburu waktu. Meski kami berbeda suku, tapi tidak ada masalah karena kami berusaha untuk saling mengerti. Kami memiliki banyak kesamaan sehingga banyak topik yang bisa dibicarakan. Kami juga memutuskan menikah setelah cukup yakin dengan situasi ekonomi kami.

Dulu sebelum menikah, kami mengikuti katekisasi pra nikah di gereja. Materinya cukup banyak dari mulai masalah teologi, ekonomi, sampai kesehatan. Kami pernah menuliskan soal katekisasi dulu di sini. Dengan katekisasi itu, kami jadi merenungkan berbagai pertanyaan sebelum ada masalah.

Sebagian orang langsung menikah dan berprinsip: kita lihat nanti lah. Mungkin dari sekedar masalah tinggal di mana, sampai masalah jumlah anak. Sebagian orang bisa hidup seperti ini, sebagian mempertahankan pernikahan walau tak bahagia, dan sebagian akhirnya bercerai. Memang tidak ada jaminan bahwa jika pernikahan dimulai dengan baik akan berakhir dengan baik, tapi bagi yang belum menikah: cobalah memulai dengan baik agar perjalanannya lebih mudah.

Tidak lama setelah kami menikah, kami pindah ke Thailand. Ini menjadi tantangan baru bagi kami. Saya merasa bersyukur tidak langsung dikaruniai anak sehingga ada waktu bersama berdua saja. Ketika sudah dikaruniai anak, semuanya jadi lebih mudah.

foto tahun 2021

Sejak menikah kami membuat tradisi-tradisi kecil keluarga, seperti pergi makan sekeluarga di hari spesial. Sejak dulu kami suka honey toast icecream, tapi hari ini kami memutuskan membuat sendiri saja, mengingat beberapa minggu lalu cukup ada banyak kasus COVID di Chiang Mai, walau saat ini sudah dinyatakan bebas selama 2 minggu.

Ini foto tahun 2010

Saat ini saya merasa bahagia setiap hari bersama Risna, menghadapi hidup dengan rutinitas sederhana yang menyenangkan. Sekarang perjalanan kami berikutnya adalah mempersiapkan masa depan anak-anak sambil mempersiapkan hari tua kami. Kami berharap masa depan kami juga bisa dihadapi bersama penuh cinta.