Chiang Mai Maker Party 2019

Acara maker party ini pertama kali kami kunjungi di tahun 2017. Ceritanya ada sedikit dalam posting di sini. Tahun lalu kami mengunjungi juga tapi tidak kami tuliskan, dan tahun ini untuk ke-3 kalinya kami mengunjungi acara maker party. Biasanya selalu ada yang menarik untuk anak-anak walaupun sebenarnya acaranya bukan acara anak-anak.

Hadiah buat pemenang balapan mobil AI Racing

Apa sih maker party itu? Ini acara untuk menampilkan hasil karya para pencipta (maker). Biasanya sih kebanyakan berhubungan dengan IoT, tapi tahun lalu ada juga yang berhubungan dengan seni, bahkan saya ingat ada yang berkaitan dengan benang dan kain juga.

sumber: https://www.facebook.com/events/618117872049524/

Tahun ini topiknya AI for makers. Acara puncaknya ada balap mobil-mobilan yang mana masing-masing mobil-mobilan ini diprogram dengan AI (niru self driving cars). Begitu sampai di tempat acara, Joshua dan Jonathan langsung lihat ada mobil-mobilan remote control dan gak mau pindah dari sana sampe lama. Padahal, mobil-mobilan yang mereka mainkan itu bukan termasuk mobil-mobilan yang akan diperlombakan buat balapan, hehehe.

Lanjutkan membaca “Chiang Mai Maker Party 2019”

Honey Dispenser

Ini bukan iklan, tapi cuma mau cerita aja. Pernah gak di Facebook lihat video tentang benda-benda unik untuk keperluan sehari-hari atau di dapur. Saya sering melihatnya, dan kadang-kadang suka jadi pengen beli tapi ya ga selalu juga dibeli. Kagum dengan orang yang merancang sebuah benda untuk mempermudah mengupas buah misalnya. Nah honey dispenser ini juga masuk kategori seperti benda-benda unik tapi berguna itu, bedanya saya bukan tau dari video-video itu, melainkan dari salah seorang teman saya.

Ceritanya selama ini saya suka males minum madu karena setiap kali menuang ke sendok pasti deh belepotan atau lengket di tangan waktu menyentuh tutup madunya. Jadinya sering terasa malas memakai madu walaupun itu wadahnya yang model bisa tinggal pencet. Masalahnya setiap pegang tutupnya, pasti deh akan ada yang terasa lengket di tangan. Pernah beli madu sampai lama banget gak diminum juga, pernah juga membeli aneka jenis madu dengan kemasan yang sepertinya mudah dituang (tapi ternyata tetap terasa lengket setiap kali). Akhirnya lebih sering malas beli madu.

pake tempat madu, ga ada yang lengket di tangan

Beberapa waktu lalu, seorang teman memberi tahu soal honey dispenser ini. Awalnya saya pikir: ah bakal sama saja, tiap pakai madu bakal ada yang lengket. Saya pikir juga tempatnya terlalu kecil dan harus sering-sering diisi ulang, jadi bakal tetap repot dan sering lengket-lengket.

Ternyata setelah melihat cara kerjanya, saya berubah pikiran. Kapasitas tempat madu ini hampir 1/3 dari isi botol madu 1 literan. Isi dispenser madu ini bisa bertahan lebih dari seminggu (ya tergantung berapa banyak pemakaian madunya). Saya memakai madu sekitar 4 sendok sehari, dan baru perlu isi ulang tempat madunya 2 kali selama hampir sebulan sejak beli tempat madu ini. Dengan memakai tempat madu ini, tangan lengket kena madu itu terjadi hanya ketika mengisi tempat madunya.

cara kerja honey dispenser

Ketika mengisi madu ke tempatnya, kita pasang tutup karet di bawahnya. Untuk memakainya, tutup karet ini bisa dilepas saja. Madu tidak akan keluar karena dari sebelah dalam ada tutupan karetnya. Madu akan keluar kalau kita tekan bagian dekat tutup atas yang akan mengangkat tutup karet bagian dalam. Madu turun dari bagian bawah, dan tangan kita tidak perlu menyentuh apapun yang ada madunya. Setelah selesai, tempat madu tinggal diletakkan di gelas kecil plastik yang merupakan bagian dari honey dispensernya.

Buat kamu yang suka minum madu sesendok sehari dan tidak suka dengan efek lengket setiap memegang tutup botol madu, tempat madu seperti ini pasti akan sangat terasa berguna. Kemungkinan orang yang merancang tempat madu ini awalnya karena tidak suka dengan tangan lengket setiap kali minum madu seperti saya hehehe.

Saya beli dispenser madu ini dari Aliexpress, tapi teman saya beli dari Lazada. Saya tidak tahu apakah ada yang jual offline. Tapi lebih gampang beli online lah ya jaman sekarang ini hehehe. Harganya tidak sampai 100 rebu kalau dirupiahkan. Mahal? relatif, madu 1 liter di sini juga harganya lebih mahal dari harga honey dispensernya.

Awalnya saya berargumen: ah tinggal cuci tangan kalau lengket, malas amat sih. Tapi ternyata memang saya malas terasa lengketnya itu hahaha. Daripada beli madu lalu tidak diminum karena malas tangan lengket, lebih baik beli tempat madu begini supaya mengkonsumsi madu tanpa takut terasa lengket-lengket setiap kali (duh udah kayak iklan deh).

Katanya madu itu banyak khasiatnya dan dianjurkan minum madu 1 sendok setiap hari, tapi ya kalau saya sih seneng aja minum madu buat ganti gula untuk minum kopi ataupun dicampur ke alpukat dan susu (nyum nyum).

Hobby Jahit (10 Tahun Kemudian)

Tahun 2009, di masa lagi rajin dan punya banyak waktu luang, saya membeli mesin jahit untuk melengkapi hobi merajut. Waktu itu tertarik beli merk Elvira, karena toko yang menjual mesin jahitnya menyediakan kelas belajar gratis.

berhasil mengosongkan meja buat nempatin mesin jahit

Setiap hari ada guru yang akan membantu kita mengerjakan apa yang mau kita kerjakan. Hal yang paling menarik dari membeli mesin ini adalah: mereka menyatakan akses belajar gratis ini tidak ada batasan waktu. Kita bisa belajar selama yang kita mau.

Dulu saya sudah belajar menjahit beberapa hal termasuk quilting dengan bantuan guru di kelas jahit. Selain yang ditulis, waktu itu saya sempat jahit seprai, sarung bantal, sarung galon minuman dan taplak meja. Sejak hamil dan punya anak, saya tidak meneruskan hobi menjahit, selain kehilangan semangat, alasannya tidak punya waktu hehehe.

Setelah anak-anak agak besar, saya mulai ada waktu “libur”, anak-anak dikirim ke group homeschool buat sosialisasi. Saya teringat lagi dengan mesin jahit yang sudah lama tidak disentuh (dan butuh diservis). Minggu lalu saya bawa mesin jahitnya ke toko Elvira, dan setelah selesai servis saya tanya lagi tuh apakah masih ada fasilitas belajar jahit gratis. Dan ternyata jawabannya masih ada, dan saya masih boleh belajar gratis! Cihuy deh.

Jadilah minggu ini, saya mulai belajar menjahit lagi. Emangnya ilmu yang dulu sudah hilang semua? ya sebenarnya masih ingat, tapi saya butuh motivasi dan guru hehehe. Di kelas belajarnya itu lebih ke praktik langsung daripada teori.

Jadi pertama kita akan diminta untuk menjiplak pola yang mau kita kerjakan. Lalu polanya digunting. Lalu belajar meletakkan pola di kain (termasuk arah meletakkan pola), dan menggunting kain mengikuti pola.

Oh ya, kemarin itu jonathan tidak pergi ke group homeschool dan memilih ikut saya ke kelas jahit. Saya pikir siapa tahu Jonathan ada bakat juga, tapi ternyata semangat di awal saja hehehe. Tapi bagusnya, di sana Jonathan mendapat kesempatan berkomunikasi menggunakan bahasa Thai juga (guru-gurunya umumnya bicara dalam bahasa Thai).

Beberapa kali datang ke sana, selalu ada anak perempuan usia 11 atau 10 tahun yang juga datang untuk belajar menjahit. Jadi ibunya hanya mengantar, lalu anaknya ditinggal belajar. Ibunya pergi entah kemana hehehe.

Kadang-kadang, kalau hanya dibayangkan, sepertinya menjahit itu gampang. Tapi kalau dikerjakan, ada teknik-teknik yang kita ketahui kalau kita mengerjakannya. Saya senangnya, di kelas itu gurunya tidak menuntut kita menjahit langsung sempurna. Karena memang latihan itu tidak cukup hanya sekali. Bertanya berkali-kali untuk hal yang sudah diajarkan juga boleh, sampai kita yakin bisa kerjakan sendiri.

Anak-anak yang datang belajar di sana juga banyak dibantu oleh gurunya. Saya pikir, kalau Jonathan berminat, bisa juga nih ntar dikirim ke kelas menjahit sementara emaknya belanja misalnya.

Mesin jahit yang baru diservis ternyata mirip dengan mesin jahit yang baru beli. Bunyinya halus, semangat menjahitnya juga tinggi hehe. Dan dalam minggu ini saya berhasil menyelesaikan proyek membuat baju tidur untuk Jonathan. Bagian tersulit dari menjahit baju tidur ini adalah di bagian kerah bajunya. Kapan-kapan kalau bikin lagi harus bikin video tutorialnya.

Saya suka dengan mesin jahit saya sekarang. Walaupun bukan model paling canggih, tapi sudah cukup canggih dibanding mesin jahit mama saya dulu. Mesin jahit mama saya dulu ya masih model manual yang digoyang pakai kaki, sedangkan mesin saya sudah otomatis pakai listrik. Untuk memasukkan benang ke jarum, ada alat bantunya sehingga saya tidak perlu kesulitan melihat lubang jarum. Untuk menjahit kancing dan lubang kancing, ada kaki khusus yang diberikan sebagai aksesori ketika membeli mesinnya. Kalau mau quilting atau bordir sederhana sih udah lebih dari cukup.

Saya masih ingat, mesin jahit ini kami beli dengan harga 16900 baht. Masa itu, kurs baht ke rupiah belum semahal sekarang. Tapi dengan adanya akses belajar gratis, dan ternyata masih bisa digunakan setelah 10 tahun kemudian, rasanya saya bersyukur membeli mesin merk Elvira ini. Minimal kalau ada kerusakan, saya tahu kemana untuk reparasinya.

Joshua dan Mewarnai

Kalau sudah mulai sekali malas menulis, biasanya jadi keterusan malas nulis blog. Malasnya bertambah karena ada banyak yang pingin diceritakan, tapi gak punya energi menuliskan. Nah hari ini termasuk hari agak malas menulis. Dalam rangka mengalahkan kemalasan, baiklah menuliskan hasil mewarnai Joshua.

Sejak ikut Global Art, Joshua mulai agak rajin mewarnai di rumah. Kalau dulu, dia hanya mau menulis ABC atau 123 saja. Tapi sekarang, walau kadang harus ditemenin atau disemangati, dia mulai mau menyelesaikan 1 halaman 1 hari. Objek yang diwarnai juga bukan hanya huruf atau angka saja.

Lanjutkan membaca “Joshua dan Mewarnai”

Loy Kratong Chiang Mai 2019

Tahun ini, Loy Kratong jatuh tanggal 9 – 12 November. Acara menghanyutkan kratong di sungai area dekat rumah diadakan tanggal 11 dan 12 saja. Tahun-tahun sebelumnya, biasanya yang pergi ke sungai itu Joe dengan Jonathan saja. Tapi tahun ini, gantian saya dan Jonathan yang pergi. Joe di rumah dengan Joshua. Kami tidak membawa Joshua karena biasanya Joshua tidak suka dengan tempat berbau asap dan bunyi petasan yang mengagetkan.

Tahun ini, di area dekat rumah ada larangan menerbangkan lentera khom loy. Secara umum di Chiang Mai dibatasi area yang diijinkan menerbangkan khom loi. Beberapa group juga menghimbau lebih baik tidak menerbangkan khom loi maupun menyalakan petasan dan kembang api supaya tidak menambah polusi udara. Oh ya, biasanya bulan November, udara masih bersih, akan tetapi tahun ini entah kenapa udara nilai aqi udara sudah mulai mengindikasikan udara yang tidak sehat, bahkan sebelum Loy Kratong dimulai.

Awalnya rencananya mau menghanyutkan hasil karya Joshua, tapi eh ternyata kratongnya langsung nyungsep. Jadiya beli 1 lagi seharga 45 baht yang terbuat dari ice cream cone dan dibentuk seperti unicorn. Harga kratong ini bervariasi, ada yang jual 35 baht atau beli 3 seharga 100 baht, ada juga yang jual 50 baht berupa kratong bunga yang agak besar. Tadi karena saya gak berniat lama-lama di sana, saya beli dari tempat yang dekat dengan sungainya saja.

Setelah menghanyutkan kratongnya, eh Jonathan ketemu anak tetangga yang juga teman di tempat Taekwondo nya. Jadilah tadi bermain-main sebentar, termasuk memperhatikan ada ikan kecil di dekat tempat orang-orang menghanyutkan kratong. Biasanya, platform untuk menghanyutkan kratong di buat agak lebih tinggi dari air sungai. Tahun ini, platform untuk menghanyutkannya sedikit lebih rendah dari air sungai. Jadi kaki kita pasti basah kalau mau menghanyutkan kratongnya.

Kadang-kadang saya kagum dengan cara kerja pemerintah setempat dalam mempersiapkan festival seperti ini. Mereka bisa mengatur debit air sungai supaya agak tinggi dari biasanya, sehingga mempermudah untuk menghanyutkan kratong. Setelah festival selesai, mereka langsung bekerja cepat untuk membersihkan sampah kratongnya dari sungai dan air sungainya kembali lagi seperti biasa (tidak terlalu tinggi).

larangan menerbangkan khom loy

Saya bersyukur di daerah sini tidak diijinkan menerbangkan khom loy. Biasanya setiap tahun, ada lebih dari 3 sampah khomloy jatuh di halaman atau atap rumah. Tapi tahun ini, penduduk setempat cukup taat peraturan dan tidak menerbangkan khom loy. Saya tidak pernah menerbangkan khom loy, karena saya takut khom loy yang saya terbangkan membahayakan rumah atau orang lain.

Sebelum pulang, saya perhatikan selain berjualan kratong, ada beberapa penjual makanan dan minuman dadakan juga di sisi lain jalan. Dibandingkan tahun sebelumnya, rasanya lalu lintas cukup teratur dan tidak terlalu macet. Mungkin karena kemarin sebagian besar orang sudah menghanyutkan kratongnya, jadi hari ini tidak terlalu ramai.

Satu hal yang saya juga kagum dari acara seperti ini adalah kreativitas orang-orang dalam membuat kratong. Jadi kalau dulunya kratong itu terbuat dari pelepah pisang, daun pisang dan hiasan bunga. Sekarang ini orang-orang membuat kratong dari makanan seperti cone ice cream, roti tawar ataupun roti yang diberi warna-warni, dan ada juga yang dari kerupuk. Kemarin saya lihat di timeline FB saya, ada teman yang bikin kratong dari batu es dan dihias dengan makanan roti-roti. Jadi mungkin niatnya supaya tidak menjadi sampah di sungai ya.

Sambil jalan pulang, kami melihat-lihat ada apa lagi yang di jual. Ternyata ada yang jual ikan kecil juga untuk dilepaskan di sungai. Ikan sebungkus (beberapa ekor) seharga 35 baht, atau kalau mau beli 3 seharga 100 baht. Kata Jonathan, tahun depan dia mau melepaskan ikan-ikan supaya ga nyampah di sungai. Saya tulis di sini dan semoga ingat niat ini tahun depan. Cerita tahun lalu juga ada sedikit di tuliskan di sini.

Ibu-ibu dan Cita-Cita Anaknya

Hari ini sebenarnya hampir gak nulis, tapi daripada bolos nulis tiba-tiba terpikir topik obrolan tadi siang dengan sesama ibu-ibu lain tentang mau jadi apa anaknya besar nanti.

Iya, ini bukan anaknya yang punya mau, tapi ibunya yang pingin anaknya besar dengan profesi tertentu dan apa yang dia anggap penting untuk dilakukan sekarang ini untuk mendukung mewujudkan cita-citanya terhadap anaknya nanti.

Teringat beberapa tahun lalu, saya punya teman orang Thai. Sejak anaknya umur 2 tahun, dia sangat giat mencari sekolah, karena dia pingin anaknya menjadi dokter. Jadi menurut teman saya ini, kalau anaknya masuk sekolah tertentu di Chiang Mai, maka peluang anaknya untuk menjadi dokter akan lebih besar, dan anaknya pasti akan pintar. Teman saya ini tidak ingin anaknya masuk sekolah internasional, karena selain mahal, masuk sekolah internasional hasilnya cuma bisa berbahasa Inggris dan tidak pintar hal-hal lain (ini bukan kata saya loh, ini kata teman saya).

Sekarang ini, anaknya sudah masuk ke sekolah idaman ibunya. Apakah anaknya akan jadi dokter? nanti kita kita lihat sekian tahun lagi hehehe.

Lalu ada lagi nih, hari ini ketemu ibu-ibu lain yang anaknya umur sekitar 4 tahun. Anak ini ibunya Thai dan bapaknya bule. Sebelum anaknya sekolah di sekolah bilingual (Thai dan Inggris), anaknya ini cuma bisa berbahasa Inggris. Tapi sekarang, anaknya tidak mau lagi berbahasa Inggris dan selalu berbahasa Thai. Ibunya mulai resah dan berniat memindahkan anaknya ke sekolah Internasional supaya memaksa anaknya kembali berbahasa Inggris.

Saya komentar bilang: bukannya bagus kalau anaknya bisa lebih dari 1 bahasa? dijawabnya: gak penting bisa bahasa Thai, saya cuma pengen anak saya fasih berbahasa Inggris, karena nanti setelah lulus SMA saya mau kirim dia ke Amerika untuk sekolah pilot. Saya dalam hati bilang: emang pilot cuma bisa bahasa Inggris?

Nah pertanyaanya: kalau mau anaknya fasih berbahasa Inggris, kenapa ga tinggal di negara bapaknya aja? Ibunya bilang: enakan tinggal di Thailand, saya cinta negeri ini. Dan saya garuk-garuk kepala karena ibu ini cinta Thailand tapi gak pengen anaknya bisa bahasa Thai. Sebagai pendatang di negeri ini, saya bisa merasakan lebih betah tinggal di sini sejak lebih lancar berkomunikasi dengan bahasa lokal. Gimana sih si ibu, pengen anaknya tinggal di Thailand tapi ga merasa perlu anaknya bisa baca tulis Thai juga.

Ibu punya cita-cita anaknya jadi apa nanti memang baik. Tapi kan belum tentu anaknya punya cita-cita yang sama dengan si ibu. Untuk kasus ibu yang ingin anaknya jadi dokter dan mengupayakan supaya anaknya masuk sekolah favorit, rasanya masih lebih masuk akal. Karena toh, biasanya kalau sekolah favorit, persaingannya cukup tinggi. Memang tidak ada jaminan anaknya bakal jadi dokter, tapi dengan persaingan yang ada di sekolah – dan kalau anak itu ga jadi stress dan tetap santai saja – si anak akan lebih terlatih menghadapi persaingan masa depan di dunia kerja apapun profesinya nanti. Tapi untuk kasus ibu yang ingin anaknya fasih berbahasa Inggris dan tidak menganggap bahasa lokal itu penting rasanya agak aneh.

Saya tidak tau apakah di Indonesia ada fenomena yang menganggap bahasa Inggris lebih penting daripada bahasa lokal. Saya termasuk yang tidak bisa berbahasa daerah karena di rumah orang tua saya juga berbahasa Indonesia. Saya bersyukur dari SMP sudah belajar bahasa Inggris, walaupun tidak fasih berbicara tapi saya jadi bisa baca buku-buku teks berbahasa Inggris ketika kuliah dan bisa dipakai untuk belajar bahasa Thai di sini. Waktu saya terpaksa belajar bahasa Thai, saya tidak pernah terpikir akan bisa ngobrol panjang lebar dalam bahasa Thai. Tapi faktor bisa berbahasa Thai membuat saya lebih betah tinggal di sini.

Sejak punya anak, saya sudah tetapkan, walau kami tinggal di Thailand kami mau anak-anak harus bisa berbahasa Indonesia selain Inggris dan Thai. Alasannya supaya kalau mereka pulang atau sekedar liburan ke Indonesia mereka tidak menjadi orang asing di negeri sendiri selain supaya bisa ngobrol dengan eyangnya dan oppung yang tidak bisa bahasa Inggris.

Jonathan awalnya cukup bisa berbahasa Thai selain Indonesia, tapi karena pernah sekolah di sekolah yang hanya berbahasa Inggris, dia sempat menolak berbahasa lain selain bahasa Inggris. Sekarang ini dia mulai bisa lagi berbahasa Indonesia, tapi bahasa Thainya makin kurang terasah karena jarang dipakai. Joshua juga ikut-ikutan Jonathan, lebih banyak berbahasa Inggris (tapi tetap mengerti bahasa Indonesia). Tapi ya, mereka masih kecil dan masih banyak kesempatan untuk belajar bahasa Thai.

Joe dan saya tidak menargetkan cita-cita tertentu untuk anak-anak kami. Saat ini ada kecenderungan mereka berdua suka niru-niru papanya dengan hal yang berkaitan dengan coding dan building block. Tapi ya tetap kami gak menargetkan mereka menjadi programmer ataupun engineer. Siapa tahu mereka malah pengen jadi dokter atau malah jadi seniman.

Sekarang ini kami berusaha mengenalkan mereka dengan berbagai hal dan biarkan mereka memilih mau jadi apa nantinya. Kami tetap berharap anak-anak kami nantinya fluent dengan bahasa Indonesia dan Thai selain bahasa Inggris. Kalau sudah bisa 3 bahasa, harapannya belajar bahasa berikutnya akan lebih mudah. Bukan untuk menjadi ahli bahasa, tapi bahasa itu penting untuk komunikasi dan mencari informasi. Kalau sudah bisa komunikasi dan mengerti cara mendapatkan dan menggunakan informasi, banyak hal lebih mudah untuk dipelajari.

Tulisan ini jadi panjang seperti obrolan ngalor ngidul dengan sesama ibu-ibu tadi siang. Kira-kira menurut pembaca, apakah bahasa lokal itu penting dipelajari atau cukup bahasa Inggris saja? Dan apakah pembaca tipe ibu yang menetapkan cita-cita untuk anak atau membebaskan anak dengan cita-citanya nanti?

Kdrama: Kill Me Heal Me dan Hyde Jekyll and Me

Tulisan ini udah lama jadi draft. Dramanya juga sudah lama ditontonnya. Tapi ya, daripada gak dipublish saya coba lengkapi seingatnya dan mungkin akan ada spoiler (tanpa detail). Karena ini drama lama, saya pikir kebanyakan toh sudah pada nonton, jadi tidak apalah ada spoiler dikit-dikit hehehe.

Film Kill Me Heal Me (KMHM), tayang lebih dahulu (7 Januari – 12 Maret 2015) daripada Hyde Jekyll and Me (HJM) tayang (21 Januari – 26 Maret 2015). Jadi bisa dibilang HJM ini kalah start dari KMHM sekitar 2 minggu dengan hari dan jam penayangan yang sama di stasiun yang berbeda.

Dari ratingnya drama KMHM lebih sukses daripada HJM, padahal menurut saya ceritanya sama-sama menarik untuk ditonton walau temanya sama. Tapi memang kalau mengikuti 2 film yang temanya sama dan harus memilih jam tayang, pastilah akhirnya pemirsa akan meneruskan yang sudah duluan ditonton.

Kesamaan:

  • sama-sama membahas DID (Disassociative identity disorder) atau dikenal dengan kepribadian ganda
  • tokoh yang mengidap DID ini sama-sama anak orang kaya yang masih memegang keputusan penting di perusahaan orangtuanya
  • sama-sama menggunakan teknologi (smart watch dan cctv di rumah) untuk berusaha memonitor kondisi fital dan keep track kegiatan dirinya (antisipasi kalau kepribadian lain muncul)
  • pribadi utama digambarkan berusaha melakukan meditasi untuk mencegah kepribadian lain muncul
  • penyebab utama dari kepribadian ganda ini sama-sama trauma masa kecil, menyalahkan diri sendiri dan metode diri untuk bertahan hidup
  • tentunya ceritanya gak lengkap tanpa tokoh wanita yang menjadi trigger mulai dari awal pribadi terpecah ataupun muncul kembali dan pada akhirnya menjadi kunci untuk penyembuhan
  • pribadi alternate digambarkan duluan jatuh cinta dengan tokoh wanita, kemudian pribadi utamanya ikutan jatuh cinta juga (jadi perebutan wanita deh)
  • pribadi alternate ada yang ingin ambil alih dan menjadi pribadi utama
  • ada klise di mana tokoh wanita tinggal dengan tokoh pribadi utama (alasannya beda tapi intinya sama untuk membantu proses penyembuhan)
  • ada scene di amusement park dan ada scene kembang api.

Perbedaan:

  • KMHM punya kepribadian sampai 6, HJM hanya 3 (dan yang ditunjukkan hanya 2)
  • di KMHM pribadi utama tidak punya metode untuk berkomunikasi dengan pribadi yang lain dan masing-masing pribadi bisa muncul tanpa trigger khusus, sedangkan di HJM karena hanya ada 2 karakter yang diceritakan, digambarkan mereka punya cara berkomunikasi dan bahkan punya pembagian waktu siang untuk pribadi utama dan malam untuk pribadi alternate
  • di KMHM pribadi utama orang yang baik sedangkan salah satu pribadi alternate yang dominan digambarkan lebih agresif dan dekat dengan kekerasan. di HJM pribadi utama digambarkan egois dan dingin, tidak lebih baik daripada pribadi alternate yang suka menolong, ramah dan murah senyum
  • tokoh wanita di KMHM psikiaternya, tokoh wanita di HJM pegawai nya yang kebetulan berperan penting untuk proses menemukan psikiaternya yang diculik dan tentunya psikiaternya ini diperlukan untuk proses kesembuhannya.
  • di KMHM keluarga tokoh utama tidak aware kalau anaknya punya kepridadian ganda, sedangkan di HJM keluarga mengetahui dan dengan aktif berusaha mencari dokter untuk menyembuhkan anaknya dari DID

Kesan tentang HJM bisa di baca di posting saya sebelumnya. Intinya walau ada beberapa bagian kurang masuk akal dengan penggunaan hipnotis, tapi jalan ceritanya diselesaikan dengan tuntas dan tidak ada kesan terburu-buru.

Kesan tentang KMHM:

Jalan cerita awalnya sangat lambat dan membosankan. Saya sempat hampir berhenti di episode pertama. Tapi setelah melewati 2 episode dan muncul beberapa kepribadian ceritanya mulai terasa menarik dan bikin penasaran. Tapi beberapa episode terakhir juga kembali membosankan dan rasanya lambat sekali. Pada akhirnya, ada kesan mengakhiri cerita dengan terburu-buru.

KMHM ini lebih terasa komedinya, apalagi ketika tokoh utamanya menjadi seorang gadis remaja yang berlaku seperti fangirl. Akting Ji Sung cukup meyakinkan dan sangat berkesan ketika dia mengejar-ngejar Park Seo Joon dan berteriak Oppaaa. Sepertinya bagian komedi ini yang bikin saya bertahan menonton sampai selesai.

Penyelesaian masalah kepribadian ganda di KMHM ini agak terlalu mudah. Tidak ada metode hipnotis seperti di HJM, tapi lebih ke mengingat peristiwa di masa kecilnya, berdamai dan memaafkan masa lalu dan dengan mudah semua kepribadian alternate mengundurkan diri dan berjanji tidak akan keluar lagi.

Tahun 2015 saya belum nonton kdrama, jadi saya tidak mengikuti drama ini ketika sama-sama ditayangkan. Saya bahkan baru tahu belakangan kalau ada tema senada dengan HJM.

Saya menonton HJM lebih dahulu dari KMHM dan buat saya temanya menarik setelah sebelumnya mulai bosan dengan tema kdrama yang temanya begitu-begitu saja hehehe. HJM saya tonton tahun 2018 dan KMHM baru tahun ini. Walau temanya sama, pendekatan penyelesaian masalahnya berbeda dan punya daya tarik masing-masing.

Jadi kalau mau nonton yang mana dulu dong? ya bebas mau yang mana karena KMHM dan HJM ada di Netflix dan bisa dilewatkan kalau ada bagian yang membosankan hehehe.