Cara Hentikan Berita Bohong

Ada cara yang paling mudah untuk menghentikan peredaran berita bohong alias hoaks, caranya dengan tidak melakukan apapun terhadap berita itu alias stop ikutan menyebarkan berita bohongnya. Tapi ya memang klik share itu sangat mudah daripada harus baca dulu dan cari tahu apakah sebuah berita itu benar atau tidak.

Banyak teman saya suka mengeluh dengan beredarnya beberapa berita yang gak masuk akal di media sosial dan grup chat WA nya. Saya sendiri tidak mengalami karena saya sudah banyak menyaring teman-teman yang rajin share tanpa membaca dari jaman pemilu 5 tahun lalu.

Sebenarnya, kadang-kadang mungkin niatnya baik ya menyebarkan berita yang dia pikir benar, tapi kalau niat baik ya jangan tanggung, jangan sampe malah jadi ikutan menyebarkan berita bohongnya.

Kalau memang tidak tahan untuk tidak menyebarkan berita yang kita anggap menarik, berikut ini yang bisa dilakukan:

  1. Cara terbaik untuk tidak menyebarkan hoaks adalah dengan tidak terlalu cepat membagikan berita.
  2. Jangan cuma baca judul, bacalah keseluruhan berita dan cek juga di media lain apakah ada pemberitaan yang melengkapi berita tersebut atau media lain hanya mengutip berita yang sama dengan yang kita baca berulang-ulang. Saya lihat sekarang ini ada kecenderungan situs berita online mengulang berita dalam artikelnya jadi 10 judul yang berbeda dengan perbedaan isi maksimum sekitar 5 kalimat dari berita lainnya.
  3. Kalau ragu dan ingin mempertanyakan isi berita tapi tidak bisa mengkonfirmasi langsung, jangan bertanya di grup besar ataupun di timeline media sosial sambil membagikan link berita, karena cara ini bisa secara tidak langsung membagikan berita yang tidak benar. Bahayanya kalau ada yang tidak membaca dan cuma baca judul lalu membagikan lagi ke grup lain, jadilah semakin meluas penyebaran berita yang tidak benar tersebut. Bertanyalah ke orang yang kira-kira lebih mengerti duduk persoalannya. Misalnya berita VPN tidak aman untuk transaksi perbankan, saya tentunya langsung bertanya ke Joe dan jawabannya jadi super teknis deh, padahal cuma mau bilang: VPN nya aman, yang gak aman itu menginstal aplikasi yang gak jelas sumbernya.
  4. Kalau menerima forward berita dari teman/keluarga/grup WA yang kita tahu tidak benar, ya kita coba kasih tau kalau berita itu tidak benar. Kalau temannya nggak mau dengar penjelasan kita, ya udah deh mau diapain lagi, tapi ya semoga di grup jadi ada yang ngerti juga.
  5. Kalau kita udah terlanjur menyebarkan berita yang ternyata salah kemudian baru tau kalau itu salah, ya kita koreksi sendiri dengan mengirimkan berita yang benarnya. Harapannya semoga teman yang udah keburu menyebarkan juga membaca klarifikasi kita dan juga mengklarifikasi berita yang tidak benar tersebut.

Saya termasuk orang yang jarang membagikan link kecuali link tulisan saya hahaha. Tulisan saya yang berupa opini biasanya saya baca dulu beberapa kali sebelum publish. Joe juga membantu saya membaca tulisan saya, siapa tau saya ada salah informasi.

Tidak menyebarkan berita yang tidak kita ketahui kebenarannya ini sejalan dengan prinsip Diam itu Emas. Memang susah sekali menahan diri untuk tidak beropini atau bertanya-tanya terhadap berita yang kita baca. Tapi kalaupun mau bertanya ya lebih baik bertanya ke orang yang tepat atau terkadang dengan mencari tau di Google, kita bisa dapat jawabannya.

Yuk kita lebih selektif dalam membagikan berita. Jangan sampai kita jadi ikutan membagikan berita yang tidak benar.

Naik Tuktuk di Chiang Mai

Kemarin baca berita kalau di Jakarta sekarang ada Grab Bajaj. Terus jadi kepikiran dengan Tuktuk di Chiang Mai. Selama tinggal di sini rasanya naik Tuktuk itu kurang dari 5 kali. Saya gak suka naik tuktuk, soalnya sama seperti Bajaj, mesinnya suaranya berisik. Di sini supir tuktuk juga suka ngebut dan nyalip-nyalip gitu jalannya. Kalau gak terpaksa rasanya gak ingin naik tuktuk.

Ketika sedang ngobrolin GrabBajaj yang berlanjut ke ngomongin tuktuk, Jonathan nguping dan bilang gini: emang tuktuk itu apa sih? . Jonathan ternyata lupa kalau dia sudah pernah naik tuktuk, tapi memang terakhir naik tuktuk itu sebelum ada Joshua jadi bisa dimengerti kalau Jonathan gak ingat hahaha. Siapa sangka kalau setelah ngobrolin Tuktuk kemarin, hari ini saya perlu naik tuktuk. Tapi Jonathan gak mau diajakin naik tuktuk, soalnya udaranya tadi siang panas banget.

Kursi komputer di belakang tuktuk

Ceritanya kursi komputer Joe rusak setelah kurang lebih 5 tahun, kemarin nyari di mall kursi yang ada itu kursi untuk main game dan harganya lumayan mahal. Jadi tadi nyarinya yang di dekat rumah saja (dekat tapi gak deket banget). Harganya lumayan beda banyak dari harga yang di mall, tapi tokonya tidak ada jasa pengantaran kalau cuma beli 1 kursi. Nah mobil kami jelas-jelas gak muat bawa kursi komputer di bagasinya. Pemilik toko yang usulin pakai tuktuk saja. Karena saya pikir toh tidak jauh, ya bisalah pakai tuktuk diangkut. Jadilah tadi kursi komputernya diikat di belakang tuktuk, dan saya duduk di bagian penumpang untuk memberi tahu arah ke rumah.

Di Chiang Mai, Tuktuk dan Songtew merupakan taksi tanpa argo tanpa AC yang ongkosnya tentunya lebih murah daripada taksi biasa. Selain membawa penumpang, mereka juga biasanya jadi pilihan untuk membawa barang yang tidak bisa dibawa di bagasi mobil kecil. Biayanya tentunya lebih murah daripada harus menyewa mobil pick up misalnya. Saya juga pernah melihat orang pindah rumah menggunakan jasa Songtew atau tuktuk. Sepertinya karena sering membawa orang yang membawa barang-barang besar, supir tuktuk tadi juga langsung cekatan mengeluarkan tali dan langsung tau bagaimana mengikat kursi di belakang tuktuknya tanpa kuatir kursi itu akan jatuh.

Foto di dalam tuktuk

Karena jarang naik tuktuk, saya lupa ternyata di Thailand, supir tuktuk juga wajib mencantumkan identitasnya seperti halnya yang ada di taxi. Saya perhatikan, bagian atas tuktuk dilapisi dengan foil, sepertinya upaya untuk mengurangi panas di dalam tuktuk. Sofa penumpang dan jarak ke depan juga cukup luas. Kalau misalnya terpaksa, ayah, ibu dan 2 anak masih bisalah duduk bareng di tuktuk, dengan catatan tuktuknya jangan ngebut. Hari ini saya merasa beruntung, karena supir tuktuknya menyetirnya tidak ngebut dan sangat hati-hati, mungkin juga karena dia takut kursi yang diikat di belakang tuktuknya jatuh. Image tuktuk yang ada selama ini tergantikan dengan pengalaman baik hari ini. Kapan-kapan kalau iseng mau ikutan wisata naik tuktuk keliling Chaing Mai ah hehehehe.

Waffle Instan

Beberapa waktu lalu beli waffle maker, nyobain bikin pakai resep sendiri tapi kok ya gak berhasil. Nyoba pakai tepung pancake instan juga kurang sip. Waktu belanja beberapa waktu lalu melihat ada tepung waffle instan juga ternyata. Jadi ya dengan niat mencoba marilah kita masak.

Di dalam kotak ada 2 kemasan masing-masing 200 gram. Di belakang kotak ada petunjuk untuk menanbahkan 1 telur dan 120ml air untuk 200 gram tepung instan. Kalau tepung pancake instan instruksinya tambahkan susu dan telur, mungkin memang beda campuran tepungnya. Aduk-aduk sebentar, setelah rata ya masak di atas waffle maker yang sudah dipanaskan.

Awalnya saya suka gak sabar pengen lihat sudah selesai belum, padahal lampu indikator waffle makernya juga belum mati. Lama-lama jadi tau kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memasaknya. Adonan 200 gram tepung waffle instan ini hasilnya kira-kira 3 kali masak alias 6 lembar waffle. Cukuplah untuk cemilan anak-anak. Kalau lebih banyak dari itu nanti jadi cemilan papa mamanya hehehe.

Baru selesai masak, saya letkakan di meja. Belum disuruh eh tau-tau udah ada yang ambil. Tadinya saya pikir adonannya akan kurang manis, jadi mau saya olesin nutella lagi, eh tapi ternyata manisnya udah cukup dan Joshua nyemil 2 hahaha.

diam-diam nyomot habis 2 hahahaha

Sebenarnya masih penasaran pengen bikin adonan sendiri, tapi kalau harus menakar sendiri emang lebih ribet, jadi ya kalau untuk cemilan sesekali boleh juga sedia tepung waffle instan di rumah. Telur biasanya kan selalu ada juga. Lain kali mau cobain makan wafflenya pake es krim, pasti lebih nikmat lagi hahaha.

Waffle maker yang saya beli ini hasilnya juga terlalu tipis dan garisnya tidak tipis kalau dibandingkan dengan waffle maker yang bulat. Tapi ya kemaren nyoba beli waffle makernya juga karena murah hehehe. Kabarnya waffle ini bisa dicampur dengan berbagai buah ataupun sayuran di blender ke adonannya untuk menyelipkan nutrisi sayuran ke anak-anak. Tapi saya belum coba, kapan-kapan kalau sudah dicoba akan saya ceritakan lagi.

Girls Talk

Hari ini saya bertemu dengan grup merajut lokal. Saya bertemu dengan lebih banyak lagi teman baru. Ada 10 wanita berkumpul membawa rajutan masing-masing, sambil ngopi ataupun nyemil. Dipikir-pikir, selama saya punya hobi merajut, baru kali ini saya punya kesempatan merajut bersama seperti ini.

Walaupun saya tergolong anggota baru, mereka yang umumnya lebih tua dari saya sangat ramah dan sudah seperti kenal lama saja (sepertinya ada yang lebih muda, tapi anggaplah saya paling muda hahaha), sambil merajut tentunya sambil berkenalan dan ngobrol. Obrolannya juga seru. Hobi yang sama bisa membuat topik apa saja jadi terasa nyambung.

Topik utama yang membuat semua berseru kagum atau mata berbinar-binar: benang dan perlengkapan merajut! Ya namanya juga grup merajut, tentunya benang itu bahan baku utama selain jarum rajut. Setiap ada jenis benang baru atau toko benang lokal yang tidak semahal toko benang import, semua langsung pengen tahu di mana persisnya. Dalam hati saya jadi teringat dengan masa awal saya mulai berhobi merajut ini dan berpikir: jadi kira-kira beginilah kelakuan saya waktu itu setiap lihat benang hahaha.

Ada anggota yang sering travelling, dan setiap bepergian tak lupa berburu benang. Jadi dia punya banyak sekali koleksi benang. Aduh benangnya bagus-bagus dan lembut. Untungnya sekarang saya sudah tobat untuk tidak berbelanja benang kalau memang belum habis yang sudah ada. Semoga tetap bertahan seperti sekarang dan tidak tergoda kalau keseringan liat benang bagus.

Topik-topik obrolan lainnya juga sangat beragam, mulai dari ngomongin anak milenial, cerita jaman sebelum ada internet yang terasa seperti jaman dulu kala (padahal belum selama itu), bertukar info soal dokter atau tips sehat, dan juga problem yang semua wanita akan alami: gangguan hormonal dan menopause. Saya jadi tersadar, sebelumnya saya gak pernah menghadiri grup yang terdiri dari wanita semua seperti ini. Kalaupun ada ikutan grup di facebook atau mailing list, tentunya berbeda dengan grup yang bertemu langsung seperti ini. Sambil ngobrol, tangan tetap bisa bekerja, jadi bukan sekedar nongkrong tanpa hasil.

Grup merajut ini anggotanya dari berbagai negara. Ada yang dari Brazil, Jepang, Myanmar, Korea, Canada, England, Perancis dan tentunya saya dari Indonesia. Kadang-kadang obrolannya berganti sendiri dari berbahasa Inggris ke bahasa Thai. Sepertinya karena sudah cukup lama tinggal di Thailand, kosa katanya lebih cepat menemukan kata dalam bahasa Thai daripada bahasa Inggris. Padahal semua ngakunya tidak lancar dalam berbahasa Thai.

Kalau melihat dari kecepatan mereka merajut, sepertinya saya yang paling lambat menyelesaikan rajutan. Tapi kali ini saya mau menikmati saja merajutnya, namanya juga hobi, harus dinikmati bukan untuk berlomba atau kejar setoran toh. Proyek yang kemarin sudah selesai, waktunya menentukan mau bikin apa selanjutnya. Memilih proyek rajutan ini terkadang bisa lama, seringnya malah terjebak browsing berlama-lama dan tidak juga memutuskan mau bikin apa. Sepertinya saya akan pakai jurus yang sama dengan sebelumnya: minta masukan dari temen-temen di grup dan langsung dikerjakan saja hehehe.

Buku: People Can’t Drive You Crazy If You Don’t Give Them the Keys

cover buku

Kesan pertama saya: panjang banget ya judulnya. Padahal buku ini cuma 210 halaman. Dari judulnya saja udah kebayang kan isinya kalau buku ini kategori selfhelp.

Saya mendapat buku ini ketika ada teman yang memberitahu kalau buku ini sedang ada promosi gratisan versi kindle-nya. jadi saya pikir, ya cobalah dibaca, apakah ada tips-tips menghindari orang-orang yang kadang bikin kita merasa lepas kontrol karena gak bisa mengatasi emosi.

Buku ini juga bisa dibaca gratis kalau berlangganan kindle unlimited. Ada versi audible nya juga buat didengarkan.

Kuncinya ada di kamu

Banyak yang merasa semakin lama dunia ini semakin gila dan banyak orang yang bikin kita kehilangan kesabaran dan ikutan gila. Sebenarnya sejak tinggal di Chiang Mai, bisa dibilang saya secara ga langsung mempraktikkan judul buku ini dengan tidak mudah bereaksi kalau ada hal yang bikin frustasi. Walupun kadang-kadang kayaknya menghadapi anak balita rasanya lebih bikin emosi daripada orang dewasa yang banyak tingkah.

daftar isi buku

Dari daftar isi buku ini, semakin kebayang isi bukunya seperti apa. Contoh-contoh yang diberikan cukup menarik dan ada juga yang memang pernah terjadi dengan saya.

Contoh yang paling nyata saya praktikkan adalah: kita tidak bisa mengendalikan orang lain, tapi kita bisa mengendalikan apa yang respon kita terhadap suatu keadaan. Kita juga harus bisa menerima ada hal-hal yang diluar kendali kita, dan kalau memang ada orang super ngeselin sebaiknya dihindari saja daripada kita berusaha keras membuat dia gak ngeselin tapi tanpa hasil.

Kita tidak bisa mengubah orang lain, tapi kita bisa mengubah reaksi kita

Ada contoh mengenai berurusan dengan keluarga. Kalau cuma kenalan atau orang lain bahkan teman di facebook, kita bisa dengan mudah hindari berhubungan dengan mereka dengan cara memutuskan hubungan pertemanan atau gak usah ajakin ngobrol. Nah bagaimana dengan keluarga ? kita ga mungkin kan memutuskan hubungan dengan keluarga kita.

Untuk hal ini akhirnya kembali ke mengubah perspektif kita dan berusaha meminimalisasi ketemu/ kontak biar gak sering rusuh hehehe. Kalaupun tahu akan bertemu, kita perlu mempersiapkan mental kita untuk tidak cepat bereaksi dan menerima kalau kadang-kadang kita akan menerima komentar-komentar yang belum tentu sesuai dengan prinsip kita (ini sih lebih gampang teori daripada praktik ya).

Banyak contoh-contoh dalam buku ini yang bikin saya mengangguk-angguk setuju. Tapi saya juga belum bisa 100 persen melakukannya terutama kalau lagi lelah dan menghadapi anak bertingkah. Tapi ya kuncinya mungkin jangan tidur larut biar besoknya punya energi menghadapi anak hehehe.

7 Kunci memiliki hubungan baik dengan orang lain

Di akhir buku ini disebutkan 7 kunci untuk memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, bisa dilihat dari daftar isinya. Diakhir buku juga ada kesimpulan bagaimana 12 tips untuk memiliki melakukan 7 kunci itu.

12 tips untuk memiliki hubungan yang sehat

Saya coba tuliskan lagi 12 tips untuk memiliki hubungan yang sehat:

  • pisahkan kebiasaan gila dari orangnya, kemungkinan kita juga punya (hindari kegilaanya bukan orangnya)
  • percayalah perubahan selalu mungkin dilakukan
  • jangan merasa bertanggung jawab atas pilihan orang lain (yang mungkin saja salah)
  • jangan bergantung pada orang lain
  • jangan berharap orang lain berubah, lebih memungkinkan untuk mengubah diri sendiri
  • kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa mengubah bagaimana respon kita atas apa yang telah terjadi di masa lalu
  • percaya selalu ada harapan untuk masa depan
  • jangan mau jadi korban dengan membiarkan orang lain mengendalikan hidup kita
  • perubahan itu butuh waktu (belajar sabar)
  • semua sukses butuh usaha dan selalu ada risiko gagalnya
  • selalu persiapkan diri kalau tahu akan ketemu orang yang sering bikin kita emosi, pilih kata yang baik untuk hasil yang lebih baik
  • pilih untuk berpikir lalu merespon daripada langsung bereaksi menghadapi kegilaan yang ada

Saya tidak tahu apakah buku ini sudah ada versi terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia atau belum, tapi bahasa Inggrisnya cukup mudah dicerna dan tidak banyak istilah yang sulit seperti buku-buku selfhelp lain. Kalaupun tidak baca bukunya, semoga dari tulisan ini ada hal yang bisa dipakai untuk membantu kita menghadapi orang-orang yang bikin kita jadi ‘gila’.

Review dan Rating

Kenapa saya suka menulis review/opini tentang sebuah produk/layanan? Karena sebelun membeli sesuatu, menonton film, membaca buku atau mencoba sesuatu saya suka mencari tahu apa pendapat orang lain terlebih dahulu. Review yang saya tuliskan sudah tentu bersifat opini pribadi, karena saya tidak selalu bisa membandingkan produk tersebut dengan produk sejenis. Dengan membaca review dari orang lain saya mendapat gambaran dari yang mau saya beli, jadi saya menulis review juga untuk membantu orang lain yang mencari informasi mengenai produk tertentu.

Saya juga sering memperhatikan berapa bintang peringkat yang paling banyak diberikan orang-orang. Khusus untuk layanan restoran/penginapan saya juga sering membaca bagian komentar negatifnya. Hal ini tentunya untuk mencari tahu apakah kemungkinan terburuk yang dihadapi kalau membeli produk tersebut. Namanya opini, tiap orang bisa jadi memiliki pendapat yang berbeda-beda untuk sebuah produk, tapi kalau kebanyakan orang kasih bintang 5 tapi ada juga yang kasih bintang 1, saya simpulkan mungkin dia lagi kurang beruntung saja, atau memang punya standar lebih tinggi dari orang kebanyakan.

Berbeda dengan kebiasaan mencari tahu review yang kurang bintang, saya malah jarang menuliskan sesuatu yang menurut saya tidak saya sukai. Tapi sejauh ini, saya tidak pernah menemukan produk yang bikin saya ingin mereview kejelekan sebuah produk habis-habisan sih. Kalaupun ada produk yang biasa-biasa saja, biasanya ya paling kasih bintang pertengahan dengan komentar apa yang bikin bintangnya berkurang.

Bagaimana dengan memilih film yang ingin ditonton? Nah kalau ini sih biasanya saya membaca reviewnya setelah selesai menonton, karena biasanya review film itu lebih seru dibaca kalau ada spoilernya hehehe. Jadi apa yang membuat saya memutuskan menonton sebuah film? ya biasanya liat trailernya, lalu baca ringkasan ceritanya, lihat siapa yang main, dan kalau itu film seri seperti kdrama saya tonton episode pertamanya.

Teman saya bilang: jangan menilai sebuah film seri dari 1 episode, tapi buat saya kalau episode 1 tidak membuat saya tertarik menonton lanjutannya, ya mending nonton serial lain hehehe. Ada juga kalau beberapa menit pertama sudah bikin saya tak tahan menontonnya karena jalan cerita yang terlalu lambat, ya udah saya berhenti menontonnya. Kalau ada sedikit rasa penasaran, saya akan tonton episode terakhirnya dulu sebelum akhirnya kembali ke depan. Saya memang gak terlalu terganggu dengan spoiler, karena buat saya yang penting itu jalan ceritanya bukan akhir ceritanya saja.

Kalau baca buku lain lagi yang menentukan. Biasanya saya baca buku kalau judulnya menarik dan banyak review dari orang-orang. Pernah juga saya baca bukunya supaya gak ketinggalan kalau temen lagi ngobrol. Duluuuuu saya gak tertarik dengan Harry Potter. Tapi karena teman-teman saya kalau ngumpul sibuk membahas Harry Potter, saya jadi mencoba baca. Walaupun bacanya tersendat-sendat karena waktu itu saya belum terbiasa baca buku dalam bahasa Inggris, akhirnya saya selesai juga membacanya dan jadi mengerti kalau teman saya lagi seru ngobrol. Ternyata setelahnya, pas ketemu sama Joe jadi bisa melanjutkan membaca buku Harry Potter bareng waktu buku berikutnya keluar hehehhe.

Selain film dan buku, yang sering saya baca reviewnya itu aplikasi. Biasanya sebelum menginstal sebuah aplikasi di handphone, saya suka baca reviewnya juga untuk melihat kalau mencoba versi gratisnya apakah akan sangat terganggu dengan iklannya atau tidak. Beberapa aplikasi bisa tetap dipakai tanpa bayar, beberapa aplikasi meminta kita memasukkan informasi kartu kredit untuk mendapatkan masa percobaan gratis dalam periode tertentu. Untuk aplikasi yang meminta informasi pembayaran di awal biasanya tidak jadi saya pakai dan saya cari aplikasi sejenis.

Hampir kelupaan, duluuuu saya suka membaca review gadget. Masa di mana smart phone terlihat sangat smart dengan variasi harga yang bisa sangat terasa, penting untuk membaca rincian spesifikasi mana yang paling optimal dengan harga terjangkau. Sekarang ini saya sudah gak terlalu baca lagi karena biasanya sudah tau mau gadget apa dan budget berapa. Selain itu biasanya hal begini saya serahkan sama Joe, saya tinggal pakai hehehe.

Untuk review tempat wisata ataupun penginapan, kami tidak terlalu sering juga jalan-jalan kecuali di Chiang Mai, jadi yang saya tulis lebih ke cerita jalan-jalannya bukan reviewnya hehehe.

Kadang-kadang mereview sesuatu ini terkesan mempromosikan sesuatu tanpa dibayar. Memang kalau banyak yang memberi review positif tentunya banyak yang akan memilih produk tersebut, tapi tentunya sebuah produk dapat banyak review positif karena memang cukup baik, bukan karena orang lain ikut-ikutan saja. Saya sih gak keberatan mempromosikan produk yang saya rasa berguna tanpa dibayar, sukur-sukur produk itu akan semakin baik dikemudian hari dan harganya juga bisa semakin terjangkau.

Nostalgia di Sekolah Dasar

Hari ini saya sedang melatih diri untuk mencoba mengingat seberapa ingatan saya sekarang tentang masa kecil saya. Kalau mengingat secara spesifik, rasanya kok sulit, tapi ada beberapa hal yang saya ingat secara random.

Saya gak pernah diberi uang jajan dari kecil. Waktu SD kelas 1, lokasi sekolah itu dekat dari rumah jadi saya bisa jalan kaki. Orang tua saya gak pernah memberi saya uang jajan. Saya juga ga punya kebiasaan jajan. Ada sih warung-warung di depan sekolah, ada juga yang jual mainan, tapi saya tidak pernah punya keinginan untuk membeli apa-apa.

Nah tapi seperti pernah saya tulis sebelumnya, waktu SD kelas 1, tanpa saya mengerti beberapa teman menyerahkan uang jajannya 100 rupiah sehari ke saya karena mereka menyontek PR dari saya. Saya sudah gak ingat lagi PR jaman SD itu kayak apa ya? rasanya saya gak pernah juga berlama-lama ngerjain PR. Biasanya bahkan pulang sekolah saya tinggal main-main saja. Uang yang diberi teman saya itu ya saya kumpulin aja. Kalau sudah banyak saya tukar dengan lembaran uang 1000-an ke mama saya. Uangnya saya kumpulkan di dompet di rumah.

Setelah kelas 3 SD, saya diberikan ongkos becak atau bemo untuk sekolah karena kami pindah rumah agak jauh dari sekolah. Saya ingat kelas 3 SD itu saya masuk sekolah jam 1 siang sampai jam 5 siang. Iya saya sekolahnya SD Negeri Inpres yang bangkunya gak cukup untuk semua kelas masuk bersamaan. Jadi kelas 1 itu masuk sekolah jam 10 – 12, kelas 2 masuk jam 7.45 – 12, kelas 3 – 5 masuk siang jam 1- 5, lalu kelas 6 SD masuk pagi lagi.

Kelas tertentu saya bisa sharing becak dengan kakak saya, sisanya ya saya kadang jalan kaki setengah jalan supaya bayar angkotnya lebih murah dan sisanya saya kantongi. Ada kalanya juga saya naik sepeda ke sekolah. Saya gak ingat umur berapa saya bisa mahir naik sepeda, tapi saya ingat sering naik sepeda itu kelas 4 atau 5 SD.

Saya ingat, kadang-kadang ada les tambahan dari gurunya untuk acara sekolah, misalnya menari atau les tambahan ketika kelas 6 SD. Les tambahan ini wajib. Jadi sekolah pagi sampai jam 1, semua disuruh pulang dulu lalu datang lagi jam 3- 5. Saya ingat kadang-kadang saya bermain sepeda cukup jauh juga dengan teman-teman saya sepulang dari les tambahan. Tapi kalau sekarang ditanya daerah mana dulu sepedaanya, saya gak ingat lagi hehehe.

Ada memor yang juga saya ingat banget, waktu itu datang dokter untuk vaksinasi gratis. Saya yang sebenarnya takut bilang ke guru kalau menurut orangtua saya, saya sudah dapat imunisasi lengkap, jadi saya gak perlu lagi disuntik. Ada beberapa teman yang juga gak ikut imunisasi lagi, dan kami mengetawai teman-teman yang nangis ketika disuntik (padahal sendirinya kabur hahahha).

Memori paling berkesan waktu kelas 6 SD itu ketika saya masuk TV untuk acara cerdas cermat, walaupun kami kalah dan cuma dapat juara 3. Nah tapi hadiahnya dipakai sama kepala sekolahnya dan gak dikasihin ke kami huhuhuhu. Saya ingat banget kalau saya ajak 2 teman saya yang ikutan tim cerdas cermat untuk menghadap kepala sekolah meminta hadiah yang diberikan, tapi ya waktu itu saya belum bisa menang argumen lawan kepala sekolah hehehehe.

Gimana dengan teman-teman masa SD, masih ada yang ingat? Yang saya ingat paling teman yang masuk ke SMP yang sama. Teman yang ikut cerdas cermat bahkan sampai SMA masih ketemu lagi walau cuma 1 orang yang sekelas sama saya. Sekarang masih kontak? masih sama 1 orang, yang 1 lagi nggak tau kabarnya. Ada beberapa nama teman-teman SD yang masih saya ingat, tapi waktu saya coba cari di FB saya tidak menemukannya.

Salah satu hal yang juga lucu kalau diingat, waktu SD itu pertemanan bisa dari deket banget lalu jadi musuhan (eskete), terus nanti baikan lagi dan jadi deket banget lagi. Penyebab musuhannya apa? saya ga ingat lagi. Namanya juga anak-anak ya, hal-hal kecil aja bisa bikin ribut.

Setelah menulis beberapa kenangan SD ini, ada banyak kenangan lain muncul di kepala, misalnya kenangan masak air sampai gosong di ruang guru, berantem sama temen 1 kelompok karena masalah pinjam tip-ex, jadi mata-mata di kelas yang suka disuruh guru mencatat siapa yang ribut ketika guru perlu keluar ruangan sebentar. Di suruh membantu ibu guru nulis di papan tulis (padahal tulisan saya gak bagus-bagus amat). Bikin guru berantem karena saya sebel dijadiin kurir bolak balik buat menyampaikan pesan mereka ke guru lain (ini sebenarnya dasar aja gurunya hubungannya udah ga bagus, terus ngapain juga saya harus mondar mandir menyampaikan pesan dengan awalan: kata bu A bla bla bla).

Ternyata memori itu bekerjanya butuh dipancing ya, kalau udah ingat 1 hal, bisa jadi kemana-mana hahahhaa. Sepertinya tulisan random ini harus diakhiri sebelum tambah random lagi :). Menyenangkan juga mengingat-ingat masa kecil, siapa tau nanti ada teman SDN 060855 nyasar ke blog ini dan ingat saya hehehe.