Buku ini merupakan salah satu buku yang dibeli waktu mudik ke Indonesia kemarin. Buku terjemahan dari komik Korea mengenai jurus berhemat dari keluarga Bindae. Sudah banyak seri dari buku ini yang ditejemahkan dan bisa dibeli di Gramedia, tapi saya cuma beli 1 karena pengen coba liat isinya seperti apa. Buku ini termasuk dalam buku belajar mengelola uang, sehingga komiknya dikategorikan sebagai educomics.
Ada banyak tips mengenai hidup berhemat yang bisa dilihat di dalam buku ini. Sebagian besar sudah saya tahu, tapi sebagian lagi saya baru tahu dan belum coba. Beberapa tips spesifik untuk kondisi di Korea, tapi bisa diadaptasi idenya untuk berhemat.
Cerita berhemat ini mengambil setting dalam sebuah keluarga, bagaimana orangtua yang hemat mengatasi anaknya yang sangat hobi makan dan tetap bisa hemat. Ada 10 cerita dalam buku ini, ceritanya tidak harus dibaca dari depan ke belakang, tapi setiap cerita akan diakhiri dengan tips-tips atau rangkuman dari cara berhemat yang diceritakan sebelumnya.
Metode menghemat yang diceritakan dalam buku ke-28 ini bukan sesuatu hal yang baru, tapi bisa jadi sudah dilakukan oleh orangtua kita dari dulu. Saya akan mencoba menuliskan secara ringkas metode berhemat apa yang saya dapatkan dari buku ini yang bisa kita aplikasikan di jaman sekarang ini.
Dari cerita pertama, metode berhemat yang dikenalkan adalah menggunakan baking soda untuk berbagai hal, mulai dari membersihkan tumit dari kulit mati, menghilangkan noda, membuka pipa yang mampat, menghilangkan bau bahkan bisa untuk membersihkan sayuran. Trik menggunakan baking soda ini bukan hal yang baru lagi, saya sudah sering membacanya dan juga sudah mempraktekkan sebagian besar.
Cerita mengenai penggalian barang antik mengajarkan kita untuk memperhatikan nilai suatu barang sebelum membuangnya. Tidak semua barang punya nilai yang jadi mahal, tapi bisa jadi barang yang menumpuk di rumah orangtua kita bertahun-tahun ditumpuk debu ternyata masih punya nilai bahkan dicari-cari oleh kolektor jaman sekarang ini. Beberapa contoh yang bisa saja mempunya nilai lebih adalah: koin, perangko, lego seri tertentu, komik, boneka barbie. Di akhir cerita juga diberikan tips mengenai kebiasaan yang perlu diperhatikan untuk diubah kalau kita sudah merasa berhemat tapi tetap merasa selalu kekurangan uang.
Berhemat itu teorinya memang dari yang sudah ada, beberapa orang mungkin berpikir bagaimana bisa menabung kalau pendapatan selama ini selalu kurang. Supaya bisa menabung ya berhemat, berhemat bukan saja mengurangi pengeluaran, tapi juga memikirkan bagaimana menghasilkan pemasukan dari apa yang sudah ada dan tidak kita gunakan lagi. Salah satunya ya dengan cara melihat apakah ada barang antik yang mungkin buat kita tidak begitu berharga tapi buat orang lain bernilai tinggi. Bisa juga dengan cara memperbaiki apa yang rusak daripada selalu membeli baru.
Di Thailand sini sih kami bisa berhemat dengan cara membeli mainan bekas yang masih bagus, atau dengan menjual kembali mainan atau baju-baju yang sudah tidak dipakai lagi. Cara menjual kembali ini berguna untuk kita dan orang yang membeli. Kita senang karena rumah jadi tidak menumpuk barang dan dapat sedikit uang, pembeli senang karena tidak harus membeli dengan harga toko yang pastinya lebih mahal daripada harga barang bekas.
Pernah dengar pepatah: rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya? Nah di buku ini ada diberikan daftar yang bisa kita gunakan untuk mengukur sudah sehemat mana kita. Ada 4 kategori yang diberikan:
- Pintu kekayaan tertutup rapat: kategori ini untuk orang yang selalu mengandalkan uang dari orang tua dan tidak pernah mau berusaha berhemat
- Mengetuk pintu kekayaan: kategori ini untuk orang yang sudah tau bagaimana berhemat tapi belum punya keinginan kuat untuk berhemat dan masih kurang melaksanakan cara berhemat yang diketahui
- Pintu kekayaan sedang terbuka: kategori ini untuk orang yang sudah tahu cara berhemat dan mulai melaksanakannya tapi masih perlu lebih giat berusaha lagi
- Pintu kekayaan terbuka lebar: aktivitas hidup hemat dan kemampuan gaya berhemat membuat pintu kekayaan terbuka lebar.
Mungkin akan ada yang merasa: ah masak dengan berhemat bisa kaya, kalau mau kaya ya harus kerja keras biar penghasilan tambah banyak. Tapi kalau menurut saya, berapapun penghasilan, pengeluaran itu akan menyesuaikan dengan penghasilan. Kalau gak terbiasa hidup hemat, waktu penghasilan sedikit mungkin cukup, tapi waktu penghasilan banyak tetap saja gak bisa ada tabungan karena selalu dihabiskan lagi.
Mungkin ada yang akan bertanya lagi: kenapa harus jadi kaya, kita kan cukup dengan hidup berkecukupan. Yah kalau menurut saya kaya itu kan sebutan lain untuk orang yang punya kebebasan finansial, kalau butuh sesuatu yang memang harus dibeli, bisa dengan mudah membelinya tanpa harus mikir lagi uangnya darimana. Kalau kita biasa berhemat, kita jadi tau mana yang memang benar-benar perlu untuk dibeli, dan otomatis kalau memang sesuatu itu benar-benar dibutuhkan, kita bisa beli tanpa berhutang.
Tips lain yang juga sangat berguna dari buku ini adalah tips berbelanja di supermarket. Bagaimana mengatasi godaan diskon, godaan membeli barang karena harga murah padahal kita gak butuh, godaan promosi beli 1 gratis 1 dan godaan karena melihat isi troli orang lain. Saya baru tahu dari buku ini kenapa desain troli itu dibuat besar dan bolong-bolong hehehehe.
Tips lainnya juga ada untuk orang yang suka mendatangi konser-konser budaya. Tapi tips ini mungkin spesifik Korea di mana ada hari-hari di mana ada promosi tiket gratis. Di Thailand sendiri ada juga beberapa tiket wisata yang suka dijual lebih murah daripada datang langsung ke tempatnya, tapi tiket seperti itu ada masa berlakunya.
Tiket promosi ini murah kalau memang kita sudah pasti akan pergi, tapi kalau kita beli lalu tidak terpakai, malah jadi pemborosan. Untuk hal pembelian tiket, yang pernah kami praktekkan itu mencari informasi diskon sebelum berangkat ke tempat wisata. Banyak tempat wisata yang memberikan kupon diskon di internet, atau bisa membeli melalui aplikasi travel tertentu. Sekali lagi promosi seperti ini jadi hemat kalau memang kita sudah akan pergi ke tempatnya. Beberapa tempat di sini juga bisa lebih murah kalau bayar dengan harga Thai, untuk itu saya merasa kemampuan bisa berbahasa Thai sudah membuat kami banyak berhemat hahaha.
Dalam buku ini ada juga tips untuk melihat kita masuk kategori belanja seperti apa. Buku ini membagi 4 grup tipe belanja:
- Grup tanpa berpikir: grup ini akan belanja seenaknya dan cenderung cepat menghabiskan uang tanpa sisa. Ibaratnya berapapun penghasilan, setiap bulannya ya habis.
- Grup standar: grup ini belanja sesuai dengan standar. Ada kalanya berhemat tapi masih sering juga dompetnya kosong karena belanja spontan. Kurang membuat perencanaan belanja
- Grup penuh arti: grup ini hanya membeli barang yang dibutuhkan saja, tapi masih ada kebiasaan konsumtif sedikit.
- Grup pertahanan kuat: grup ini jagoan belanja yang menjaga dompet dengan ketat. Sebelum membeli barang masih berpikir berkali-kali, jadi tidak ada uang keluar sia-sia.
Saya ingat, ajaran orangtua saya masuk kategori 4, banyak yang perlu beli yang paling perlu. Dalam prakteknya tapi saya masih sering gagal dan jatuh dalam grup 3 dan bahkan 2.
Tips yang juga sangat berguna dalam buku ini adalah bagaimana mengurangi biaya makan dengan menghabiskan makanan atau bahan makanan yang sudah dibeli. Ada tips cara menyelamatkan sayuran layu/menjaga sayuran tetap segar dan bagaimana menyimpan camilan yang tersisa. Ada juga diberikan tips berhemat kalau memang mau makan di restoran.
Diakhir dari buku ini, bahkan diberikan tips bagaimana mengatasi rasa kelelahan dalam berupaya hidup hemat. Harus diakui hidup hemat itu butuh effort, tapi hemat itu bukan berarti pelit. Kalau hemat sudah jadi gaya hidup, tentunya usaha berhemat itu tidak akan terasa sulit lagi.
Saya senang membaca buku ini karena jadi mengingatkan saya lagi kalau saya ini belum benar-benar hemat, pantesan aja belum jadi orang kaya hahahhaa. Jadi penasaran pengen tau buku lainnya kayak apa lagi tipsnya.