Bunga di Tepi Jalan

Saya senang sekali, pemandangan setiap pagi saat nyetir itu seperti ini.

bunga kuning bermekaran di kiri dan kanan jalan

Setiap akhir musim dingin dan awal musim panas seperti sekarang, jalan Chiang Mai Hang Dong dan jalan menuju Royal Flora Rajapreuk selalu tampak indah dengan pohon yang daunnya hampir tidak ada dan digantikan dengan bunga kuning bermekaran.

sebagian bunga sudah rontok ke jalan

Melihat keindahan sepanjang jalan, saya terpikir dengan frasa: dari mata turun ke hati. Keindahan kiri dan kanan jalan, membuat hati rasanya senang juga. Setiap pagi hari, melewati jalan ini menjadi penyemangat memulai aktivitas hari.

Lanjutkan membaca “Bunga di Tepi Jalan”

Ikutan Lomba Menulis di Kompasiana

Ceritanya, kemarin diajakin buat ikutan lomba blog estafet di kompasiana. Dari dulu sebenarnya maju mundur mau ikutan jadi kompasioner(orang yang menulis di kompasiana), tapi ya tidak ada salahnya mencoba untuk melatih diri menulis di platform lain (tapi tentunya tulisannya akan lebih banyak di blog utama). Saya menantang diri sendiri untuk menulis dengan topik tertentu.

Aturan lomba, sumber dari kompasiana

Kompasiana dan Blog

Kompasiana ini platform blog juga, tapi berbeda dengan tulisan di blog biasa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tulisan kita bisa tampil di sana. Syarat pertama tentunya harus punya akun yang tervalidasi. Berikutnya tulisannya juga tidak boleh berisi contekan dari tulisan orang lain (plagiat). Kalau kita menyertakan gambar, semuanya harus ada sumbernya, kalau tidak jelas akan dihapus. Jadi konsepnya bukan sekedar ngeblog.

Lanjutkan membaca “Ikutan Lomba Menulis di Kompasiana”

Aplikasi Bank di Thailand

Tulisan ini bukan iklan, tapi cuma mau cerita sedikit pengalaman memakai aplikasi bank di Thailand. Siapa tahu ada yang berencana pindah dan menetap di Thailand dan buat jadi gambaran kalau mau dibandingkan dengan layanan perbankan di Indonesia.

Sejak kami tinggal di Chiang Mai, kami membuka rekening bank lokal. Awalnya sih, Joe, berikutnya supaya lebih mudah untuk saya ambil duit, saya juga bikin rekening sendiri. Waktu kami membuka rekening, persyaratan utama selain passport, harus punya ijin tinggal dan ijin kerja. Untuk Joe sih tidak ada masalah, karena memang dia bekerja dan bahkan gajinya ditransfer masuk langsung ke bank. Untuk saya yang datang dengan visa ikut suami gimana? Karena Joe udah punya rekening disitu, mereka minta passport Joe aja sebagai syarat tambahannya.

Sejak buka rekening, pastinya sudah bikin kartu ATM dan internet bankingnya. Tapi saya jarang buka internet banking. Agak panjang stepnya kalau harus selalu masukin user id, password, dan malas melihatnya kecil sekali di layar HP.

Aplikasi perbankan di HP sebenarnya sudah ada beberapa tahun, tapi saya jadinya sudah kebiasaan minta Joe yang eksekusi kalau ada kebutuhan transfer ini itu. Saya bukan orang yang suka belanja online jadi tidak merasa butuh sering-sering transfer, tapi ya kadang-kadang mulai terasa kalau butuh bayaran kursus anak-anak lebih mudah kalau saya yang lakukan karena saya yang lebih sering antar jemput anak-anak.

Beberapa bulan lalu, saya pernah mencoba untuk mengaktifkan aplikasi perbankan di HP, instruksinya sih disuruh ke ATM, tapi sudah beberapa kali dicoba, tidak berhasil dan disuruh menghubungi cabang bank terdekat. Akhirnya saya menyerah dan hampir lupa untuk meneruskan niat memakai aplikasi perbankan di HP.

Awal tahun 2020, di saat ada waktu luang, saya ingat lagi untuk ke bank membawa buku bank dan passport untuk mengaktifkan aplikasi perbankan di HP. Awalnya, si mbak yang bantuin ajak saya ke ATM untuk aktifkan (dan tentu saja gagal lagi). Akhirnya mereka melakukan pengaktifan secara manual.

Ada beberapa masalah sepertinya yang mengakibatkan saya tidak bisa mengaktifkan langsung dari mesin ATM. Nomor passport saya yang tercatat di sistem bank dan nomor passport saya yang sekarang sudah tidak sama (ya sudah lebih 5 tahun yang lalu sih buka rekeningnya). Masalah berikutnya: karena saya memakai dual sim card dan data internetnya bukan di nomor utama, sistem banknya tidak mengijinkan aplikasinya untuk login. Akhirnya saya harus menonaktifkan dulu nomor yang saya pakai untuk paket data internetnya.

Perjalanan panjang untuk bisa memakai aplikasi perbankan tidak sia-sia. Sekarang ini saya bisa merasakan berbagai kemudahan dari memakai aplikasi perbankan selain untuk kebutuhan transfer dana.

Ada beberapa fitur dari aplikasi perbankan di HP yang saya suka banget selain untuk transfer dana.

Lanjutkan membaca “Aplikasi Bank di Thailand”

Baca Buku: Gadis Jeruk

Buku Gadis Jeruk oleh Jostein Gaarder ini awalnya nemu di ipusnas, tapi ternyata ada juga di Gramedia Digital. Buku terjemahan berbahasa Indonesia ini tebalnya 254 halaman. Buku aslinya berbahasa Norwegia dengan judul Appelsinpiken. Sebelum membaca buku gadis jeruk ini, bulan Agustus 2016 saya juga sudah membaca buku versi bahasa Inggrisnya di Kindle dengan judul The Orange Girl. Kalau menurut keterangan di Kindle, buku versi kindle hanya 168 halaman. Saya tidak tahu kenapa ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia jadi lebih banyak jumlah halamannya. Mungkin karena beda format bukunya. Oh ya, Jonathan juga sudah selesai membaca buku versi bahasa Inggrisnya.

Ringkasan Cerita

Buku ini bercerita tentang seorang anak bernama Georg, berusia 15 tahun, yang berkesempatan membaca surat dari ayahnya yang dituliskan sebelum ayahnya meninggal. Ayah Georg bernama Jan Olav, sudah meninggal sejak dia berumur 4 tahun (11 tahun yang lalu). Jadi bisa dibilang, dia tidak begitu punya banyak kenangan dengan ayahnya. Surat itu ditemukan oleh kakek neneknya ketika bersih-bersih gudang. Suratnya berupa cerita tentang seorang gadis yang diberi nama gadis jeruk oleh ayahnya.

Lanjutkan membaca “Baca Buku: Gadis Jeruk”

Chiang Mai Crafts Week 2020

Gak terasa, sudah setahun lalu ke acara Chiang Mai Crafts Week. Hari ini Kamis 6 Februari sampai hari Minggu tanggal 9 Februari 2020 berlangsung acara yang sama, Chiang Mai Crafts Week ke-5. Setelah membaca buku Show your Work, saya bisa lebih menghargai semangat acara crafts week ini. Apalagi teman-teman di komunitas merajut lokal ada yang ikut berjualan/pamer hasil karya di acara ini.

Acara tahun ini berbeda lokasinya dengan tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena semakin banyaknya peserta yang ikut pamer karya dan juga demi kenyamanan pengunjung, maka panitia mencari lokasi yang lebih besar dan lebih gampang untuk urusan parkir buat orang-orang yang ingin melihat-lihat. Acaranya diadakan di Promenada Mall. Sebuah mall yang biasanya sepi, tapi punya tempat parkir yang sangat luas.

Lanjutkan membaca “Chiang Mai Crafts Week 2020”

Langganan Gramedia Digital

Setelah membaca beberapa buku berbahasa Indonesia di ipusnas, akhirnya Joe memutuskan untuk mencoba langganan Gramedia Digital. Udah punya banyak buku, udah ada ipusnas, udah banyak buku di Kindle, masih nambah lagi? Tentu saja. Alasannya: tidak semua buku ada di ipusnas, dan buku berbahasa Indonesia tentunya lebih banyak di Gramedia daripada di Kindle. Selain itu, sasarannya untuk melihat-lihat majalah anak-anak juga sih, sekalian menyemangati Jonathan belajar baca bahasa Indonesia.

Karena hari ini baru hari pertama, belum bisa review banyak tentang aplikasinya. Awalnya mencoba membacanya di HP Android, tapi sepertinya, kalau mau puas bacanya, lebih baik baca di tablet. Kenapa? aplikasinya tidak ada setting memperbesar huruf. Bisa kita zoom tapi selanjutnya harus digeser-geser untuk membacanya.

Berapa sih biaya untuk langganan Gramedia Digital? Ada 3 paket yang ditawarkan:

Lanjutkan membaca “Langganan Gramedia Digital”

Polusi dan Cuaca di Chiang Mai Februari 2020

Minggu lalu udara Chiang Mai tiba-tiba sangat dingin, dan beberapa hari ini mulai terasa panas lagi. Polusi udara tidak juga berkurang dan bahkan ada hari-hari di mana matahari terasembunyi dibalik kabut asap. Saya ingat, tahun lalu awal Februari masih tidak sepanas ini.

Hampir setiap hari polusinya ya begini

Akhir pekan ini, mulai hari Jumat sampai Minggu akan ada festival bunga di Chiang Mai 2020 yang merupakan kegiatan tahunan. Biasanya akan banyak sekali turis datang ke Chiang Mai untuk melihat acara ini.Taman kota juga sudah ditutup sejak minggu lalu untuk dihias dan mempersiapkan tempat acara akhir pekan ini.

udara akan semakin panas sampai akhir pekan ini

Biasanya, saya cukup semangat merencanakan melihat festival bunga ini walaupun sudah beberapa tahun tidak melihat paradenya. Paling tidak ya jadi kegiatan untuk melihat mobil hias dan juga bunga yang disusun di taman bunga. Saya ingat, festival bunga tahun lalu mama saya menyempatkan melihat event ini sebelum pulang ke Medan. Tapi tahun ini sepertinya ada keragu-raguan untuk melihat festival bunga.

selfi pake masker hehehe

Selain karena prakiraan cuaca yang sepertinya akan lebih panas dari beberapa hari ini, polusi udara juga mengurangi niat untuk berjalan-jalan di tengah keramaian. Bisa saja berjalan-jalan menggunakan masker dengan filter terhadap pm 2.5, tapi sepertinya kurang seru foto-foto pake masker begini hehehe.

Untuk mengakali cuaca panas, sebenarnya bisa saja pergi ke festival bunganya agak pagi. Tapi kita lihat saja bagaimana kondisi udara di hari Jumat sampai Minggu nanti. Kalau tiba-tiba udaranya bersih, bisa juga dipertimbangkan lagi untuk datang ke festival bunga.

Saya agak heran sebenarnya kenapa tahun ini polusi di Chiang Mai mulai sangat awal, biasanya juga mulai di akhir Februari. Padahal saya yakin banyak yang tertarik untuk liburan ke Chiang Mai untuk menghadiri festival bunga ini. Semoga tahun-tahun mendatang polusi di Chiang Mai tidak terulang lagi (walaupun ini menjadi harapan di setiap tahunnya).