Sosialisasi Keluarga Homeschooling

Sore ini, kami mencoba hal baru untuk sosialisasi Jonathan dan Joshua. Jonathan hampir 9 tahun, tentunya lebih pengen untuk bermain dengan anak seusianya daripada main dengan adiknya yang baru mau 4 tahun. Jonathan pengen nonton Detektif Pikachu, Joshua belum bisa gak berisik di dalam bioskop, jadilah Jonathan pergi sama papanya nonton bareng teman Jonathan dan papanya juga.

Sebelum nonton, Jonathan sempat makan dan main dulu di mall sama temannya. Mereka main pakai koin tapi bisa lama banget karena menang terus. Lumayan cuma 10 baht bisa main lama hehehe, tapi ternyata akhirnya kalau kelamaan dibatasi juga waktunya. Mungkin udah sering kali ya orang main kelamaan gak habis-habis kalau tidak dibatasi waktunya.

Lanjutkan membaca “Sosialisasi Keluarga Homeschooling”

Warna apa yang kamu lihat?

Mungkin sudah pernah menemukan posting mengenai gambar yang sama tapi diperdebatkan memiliki warna yang berbeda. Nah biasanya saya hanya bisa melihat kombinasi warna yang itu-itu saja dan tidak pernah berubah. Dan biasanya saya dan Joe juga melihat warna yang sama juga, jadi sering gak percaya kalau foto itu bisa terlihat berbeda warnanya. Tapi beberapa hari ini, saya bisa melihat kombinasi warna berbeda lalu malamnya kembali lagi ke warna yang kemarinnya saya lihat.

Sepatu di bawah ini ada yang bilang berwarna abu-abu dengan garis dan tali hijau muda, tapi sebagian orang juga melihatnya berwarna merah jambu dengan garis dan tali putih. Sebelum saya melihat perubahan warnanya, saya tidak percaya gambar yang sama bisa dilihat warna yang berbeda, tapi bahkan saat saya menuliskan postingan ini, sepatu ini berubah warna di mata saya.

Memang benar kalau kita cenderung tidak percaya kalau tidak membuktikan sendiri. Nah setelah mengalami sendiri, saya jadi ikut bertanya-tanya kenapa kira-kira warna sepatu ini bisa terlihat berbeda.

Gambar berikutnya yang juga pernah viral di internet gambar sendal dan dress berikut ini, warna apa yang kamu lihat?

Saya selalu melihat warna yang sama yaitu putih dan keemasan, sedangkan Joe dan beberapa teman yang saya tanyakan melihat warna yang berbeda, yang ternyata kalau dari hasil browsing dinyatakan warna asli sendal dan dress tersebut adalah biru dan biru tua.

warna asli sendal

Ada beberapa posting dari foto-foto ini menyatakan kalau perbedaan warna yang dilihat terkait dengan dominan otak kiri dan otak kanan, tapi ada juga yang menyatakan kalau perbedaan warna yang kita lihat ini karena faktor asumsi awal dan cahaya yang masuk ke mata dan mengakibatkan kita melihat warna yang berbeda.

Karena penasaran, saya mencari tahu di internet apakah sudah ada yang menuliskan alasan kenapa kita bisa melihat warna yang berbeda. Ada 2 artikel yang saya temukan. Artikel ini mengenai perbedaan warna sepatu, dan mengacu ke artikel yang lebih lengkap membahas mengenai warna dress dan sendal di sini.

Artikel-artikel tersebut membahas super lengkap mengenai kenapa warnanya bisa berbeda dengan kesimpulan masalah adanya asumsi awal yang mempengaruhi kita dan faktor pencahayaan akan menentukan warna apa yang kita lihat. Tapi mau dilihat berkali-kali dan diasumsikan dari awal sekalipun, saya gak pernah bisa melihat warna dress dan sendalnya jadi biru dan biru tua. Saya tetap melihat warnanya putih dan keemasan. Joe juga gak pernah bisa melihat sepatu jadi berwarna pink dan putih.

Tapi terlepas dari alasan ilmiahnya, sebenarnya seru juga melihat-lihat ada perbedaan warna dari foto yang sama. Hal ini mengingatkan kembali kalau hal yang sama bisa berbeda diproses dan dimengerti oleh kita masing-masing. Masalah seperti ini bukan masalah siapa yang benar dan siapa yang salah, tapi ya harus terima memang ada perbedaan prosesing di otak masing-masing kita hehehehe.

Ayo sekarnag masing-masing coba lihat lagi gambar-gambarnya dengan dan tanpa asumsi. Kira-kira bisa melihat warna-warna yang dilihat orang lain juga, atau cuma bisa melihat 1 warna saja. Coba juga tanyakan ke teman-teman yang lain. Kalau ada yang pernah menemukan penjelasan yang lebih sederhana dan bisa menemukan cara membuat kita melihat tiap kemungkinan warna dari gambar-gambar tersebut bagi-bagi infonya ya.

Keluarga Super Irit 28: Itu Irit Bukan Pelit!

Buku ini merupakan salah satu buku yang dibeli waktu mudik ke Indonesia kemarin. Buku terjemahan dari komik Korea mengenai jurus berhemat dari keluarga Bindae. Sudah banyak seri dari buku ini yang ditejemahkan dan bisa dibeli di Gramedia, tapi saya cuma beli 1 karena pengen coba liat isinya seperti apa. Buku ini termasuk dalam buku belajar mengelola uang, sehingga komiknya dikategorikan sebagai educomics.

Ada banyak tips mengenai hidup berhemat yang bisa dilihat di dalam buku ini. Sebagian besar sudah saya tahu, tapi sebagian lagi saya baru tahu dan belum coba. Beberapa tips spesifik untuk kondisi di Korea, tapi bisa diadaptasi idenya untuk berhemat.

Cerita berhemat ini mengambil setting dalam sebuah keluarga, bagaimana orangtua yang hemat mengatasi anaknya yang sangat hobi makan dan tetap bisa hemat. Ada 10 cerita dalam buku ini, ceritanya tidak harus dibaca dari depan ke belakang, tapi setiap cerita akan diakhiri dengan tips-tips atau rangkuman dari cara berhemat yang diceritakan sebelumnya.

Metode menghemat yang diceritakan dalam buku ke-28 ini bukan sesuatu hal yang baru, tapi bisa jadi sudah dilakukan oleh orangtua kita dari dulu. Saya akan mencoba menuliskan secara ringkas metode berhemat apa yang saya dapatkan dari buku ini yang bisa kita aplikasikan di jaman sekarang ini.

Dari cerita pertama, metode berhemat yang dikenalkan adalah menggunakan baking soda untuk berbagai hal, mulai dari membersihkan tumit dari kulit mati, menghilangkan noda, membuka pipa yang mampat, menghilangkan bau bahkan bisa untuk membersihkan sayuran. Trik menggunakan baking soda ini bukan hal yang baru lagi, saya sudah sering membacanya dan juga sudah mempraktekkan sebagian besar.

Cerita mengenai penggalian barang antik mengajarkan kita untuk memperhatikan nilai suatu barang sebelum membuangnya. Tidak semua barang punya nilai yang jadi mahal, tapi bisa jadi barang yang menumpuk di rumah orangtua kita bertahun-tahun ditumpuk debu ternyata masih punya nilai bahkan dicari-cari oleh kolektor jaman sekarang ini. Beberapa contoh yang bisa saja mempunya nilai lebih adalah: koin, perangko, lego seri tertentu, komik, boneka barbie. Di akhir cerita juga diberikan tips mengenai kebiasaan yang perlu diperhatikan untuk diubah kalau kita sudah merasa berhemat tapi tetap merasa selalu kekurangan uang.

Berhemat itu teorinya memang dari yang sudah ada, beberapa orang mungkin berpikir bagaimana bisa menabung kalau pendapatan selama ini selalu kurang. Supaya bisa menabung ya berhemat, berhemat bukan saja mengurangi pengeluaran, tapi juga memikirkan bagaimana menghasilkan pemasukan dari apa yang sudah ada dan tidak kita gunakan lagi. Salah satunya ya dengan cara melihat apakah ada barang antik yang mungkin buat kita tidak begitu berharga tapi buat orang lain bernilai tinggi. Bisa juga dengan cara memperbaiki apa yang rusak daripada selalu membeli baru.

Di Thailand sini sih kami bisa berhemat dengan cara membeli mainan bekas yang masih bagus, atau dengan menjual kembali mainan atau baju-baju yang sudah tidak dipakai lagi. Cara menjual kembali ini berguna untuk kita dan orang yang membeli. Kita senang karena rumah jadi tidak menumpuk barang dan dapat sedikit uang, pembeli senang karena tidak harus membeli dengan harga toko yang pastinya lebih mahal daripada harga barang bekas.

Pernah dengar pepatah: rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya? Nah di buku ini ada diberikan daftar yang bisa kita gunakan untuk mengukur sudah sehemat mana kita. Ada 4 kategori yang diberikan:

  1. Pintu kekayaan tertutup rapat: kategori ini untuk orang yang selalu mengandalkan uang dari orang tua dan tidak pernah mau berusaha berhemat
  2. Mengetuk pintu kekayaan: kategori ini untuk orang yang sudah tau bagaimana berhemat tapi belum punya keinginan kuat untuk berhemat dan masih kurang melaksanakan cara berhemat yang diketahui
  3. Pintu kekayaan sedang terbuka: kategori ini untuk orang yang sudah tahu cara berhemat dan mulai melaksanakannya tapi masih perlu lebih giat berusaha lagi
  4. Pintu kekayaan terbuka lebar: aktivitas hidup hemat dan kemampuan gaya berhemat membuat pintu kekayaan terbuka lebar.

Mungkin akan ada yang merasa: ah masak dengan berhemat bisa kaya, kalau mau kaya ya harus kerja keras biar penghasilan tambah banyak. Tapi kalau menurut saya, berapapun penghasilan, pengeluaran itu akan menyesuaikan dengan penghasilan. Kalau gak terbiasa hidup hemat, waktu penghasilan sedikit mungkin cukup, tapi waktu penghasilan banyak tetap saja gak bisa ada tabungan karena selalu dihabiskan lagi.

Mungkin ada yang akan bertanya lagi: kenapa harus jadi kaya, kita kan cukup dengan hidup berkecukupan. Yah kalau menurut saya kaya itu kan sebutan lain untuk orang yang punya kebebasan finansial, kalau butuh sesuatu yang memang harus dibeli, bisa dengan mudah membelinya tanpa harus mikir lagi uangnya darimana. Kalau kita biasa berhemat, kita jadi tau mana yang memang benar-benar perlu untuk dibeli, dan otomatis kalau memang sesuatu itu benar-benar dibutuhkan, kita bisa beli tanpa berhutang.

Tips lain yang juga sangat berguna dari buku ini adalah tips berbelanja di supermarket. Bagaimana mengatasi godaan diskon, godaan membeli barang karena harga murah padahal kita gak butuh, godaan promosi beli 1 gratis 1 dan godaan karena melihat isi troli orang lain. Saya baru tahu dari buku ini kenapa desain troli itu dibuat besar dan bolong-bolong hehehehe.

alasan troli belanja desainnya seperti itu

Tips lainnya juga ada untuk orang yang suka mendatangi konser-konser budaya. Tapi tips ini mungkin spesifik Korea di mana ada hari-hari di mana ada promosi tiket gratis. Di Thailand sendiri ada juga beberapa tiket wisata yang suka dijual lebih murah daripada datang langsung ke tempatnya, tapi tiket seperti itu ada masa berlakunya.

Tiket promosi ini murah kalau memang kita sudah pasti akan pergi, tapi kalau kita beli lalu tidak terpakai, malah jadi pemborosan. Untuk hal pembelian tiket, yang pernah kami praktekkan itu mencari informasi diskon sebelum berangkat ke tempat wisata. Banyak tempat wisata yang memberikan kupon diskon di internet, atau bisa membeli melalui aplikasi travel tertentu. Sekali lagi promosi seperti ini jadi hemat kalau memang kita sudah akan pergi ke tempatnya. Beberapa tempat di sini juga bisa lebih murah kalau bayar dengan harga Thai, untuk itu saya merasa kemampuan bisa berbahasa Thai sudah membuat kami banyak berhemat hahaha.

Dalam buku ini ada juga tips untuk melihat kita masuk kategori belanja seperti apa. Buku ini membagi 4 grup tipe belanja:

  1. Grup tanpa berpikir: grup ini akan belanja seenaknya dan cenderung cepat menghabiskan uang tanpa sisa. Ibaratnya berapapun penghasilan, setiap bulannya ya habis.
  2. Grup standar: grup ini belanja sesuai dengan standar. Ada kalanya berhemat tapi masih sering juga dompetnya kosong karena belanja spontan. Kurang membuat perencanaan belanja
  3. Grup penuh arti: grup ini hanya membeli barang yang dibutuhkan saja, tapi masih ada kebiasaan konsumtif sedikit.
  4. Grup pertahanan kuat: grup ini jagoan belanja yang menjaga dompet dengan ketat. Sebelum membeli barang masih berpikir berkali-kali, jadi tidak ada uang keluar sia-sia.

Saya ingat, ajaran orangtua saya masuk kategori 4, banyak yang perlu beli yang paling perlu. Dalam prakteknya tapi saya masih sering gagal dan jatuh dalam grup 3 dan bahkan 2.

Tips yang juga sangat berguna dalam buku ini adalah bagaimana mengurangi biaya makan dengan menghabiskan makanan atau bahan makanan yang sudah dibeli. Ada tips cara menyelamatkan sayuran layu/menjaga sayuran tetap segar dan bagaimana menyimpan camilan yang tersisa. Ada juga diberikan tips berhemat kalau memang mau makan di restoran.

Diakhir dari buku ini, bahkan diberikan tips bagaimana mengatasi rasa kelelahan dalam berupaya hidup hemat. Harus diakui hidup hemat itu butuh effort, tapi hemat itu bukan berarti pelit. Kalau hemat sudah jadi gaya hidup, tentunya usaha berhemat itu tidak akan terasa sulit lagi.

Saya senang membaca buku ini karena jadi mengingatkan saya lagi kalau saya ini belum benar-benar hemat, pantesan aja belum jadi orang kaya hahahhaa. Jadi penasaran pengen tau buku lainnya kayak apa lagi tipsnya.

Review App iPusnas

Saya baru tahu ada aplikasi perpustakaan digital punya perpustakaan nasional Indonesia yang bisa diakses melalui aplikasi iPusnas. Waktu ke Perpustakaan Nasional akhir tahun 2018, saya gak melihat ada informasi soal ini (dan mungkin saya aja gak perhatian), padahal kalau melihat dari website dan facebooknya, aplikasi ini sudah ada sejak Agustus 2016. Kalau kata Joe, dia pernah tau soal aplikasi iPusnas ini, tapi koleksi bukunya belum banyak dan tidak ada yang menarik, jadilah kami melupakan aplikasi ini.

Beberapa waktu lalu, dari obrolan di grup KLIP, saya jadi tertarik mencoba aplikasi ini. Saya langsung mendownload dan menginstal di HP Android saya. Ternyata sekarang buku-bukunya sudah ada banyak. Berikut ini opini saya setelah beberapa hari menggunakan aplikasi iPusnas.

Instalasi dan Pendaftaran

Aplikasi ini tersedia untuk handphone Android maupun iOs, ada versi desktop juga untuk Mac dan Windows. Jadi pilihan untuk mengakses perpustakaan cukup banyak. Instalasi di desktop Mac akan meminta kita mengatur security nya sedikit, tapi setelah itu tidak ada masalah.

Pendaftaran bisa menggunakan facebook atau alamat email. Saya sudah mencoba mendaftar dengan Facebook, dan Joe mencoba mendaftarkan dengan e-mail. Setelah pendaftaran, kita diminta lagi memasukkan kata sandi terpisah untuk aplikasi ini. Pendaftarannya sangat mudah, dalam waktu 5 menit saya sudah bisa melihat ada buku apa saja dalam koleksinya.

Lanjutkan membaca “Review App iPusnas”

Pentingnya Merawat Gigi

Sejak tinggal di Thailand kami jadi lebih rajin ke dokter gigi untuk perawatan setiap 6 bulan sekali. Awalnya sih karena Joe perlu mencabut wisdom toothnya yang meradang. Saya yang sejak dulu menyadari giginya ada berlubang jadi ikutan membereskan gigi. Perlu datang beberapa kali sampai semua gigi berlubang ditambal dan gigi yang mulai terkikis disisip. Bisa dibilang prosesnya 6 bulan bolak balik ke dokter gigi sampai dinyatakan giginya tinggal butuh perawatan.

Untuk gigi Joe butuh waktu lebih lama, karena gigi yang sedang meradang tidak bisa langsung dicabut. Pertama harus diobati terlebih dahulu, lalu setelah tidak meradang lagi baru bisa dicabut. Gigi yang lainnya juga yang bermasalah dibereskan, dan Joe ada pasang 1 gigi geraham palsu yang prosesnya butuh waktu hampir 1 tahun.

Jonathan sedang dibersihkan giginya. Joshua dan papanya nungguin.

Di sini banyak klinik gigi, dan banyak juga klinik gigi yang dokternya cukup fasih berbahasa Inggris. Dokter gigi untuk anak-anaknya juga kerjanya sangat cepat. Saya ingat waktu di Indonesia, setiap ke dokter gigi ngantrinya itu cukup lama, tapi di sini kita datang sesuai janji. Jadi klinik giginya mengatur jadwal kita, dan kita tentunya diharapkan hadir tepat waktu, karena kalau kita terlambat akan membuat pasien lain jadi tertunda.

Anak-anak kami sejak umur sekitar 3 tahun juga kami bawa secara rutin, Joshua malah lebih awal karena insiden gigi depannya terbentur dan copot sampai ke akar. Untuk anak-anak cukup 15 menit selesai, karena biasanya dokternya hanya memeriksa giginya masih bersih dan tidak berlobang, lalu dibersihkan dan diberi fluoride setiap 6 bulan sekali. Kalau dihitung-hitung mungkin akan ada yang beranggapan ngapain bayar mahal ke dokter gigi kalau gak sakit giginya, tapi sebenarnya perawatan gigi ini bentuk investasi.

Gigi yang sehat butuh gusi yang sehat

Dulu saya pikir kalau masih gigi susu gak perlu dirawat atau diperiksa ke dokter gigi, tapi ternyata saya keliru. Merawat gigi itu harus termasuk merawat gusi. Kalaupun giginya berganti tapi gusi tidak sehat, otomatis gigi gantinya jadi tidak sehat juga. Berbagai masalah bisa muncul kalau gusi tidak sehat. Perhatikan kalau orang sakit gigi sampai bengkak, nah yang infeksi itu gusinya.

Membawa anak ke dokter gigi sejak kecil juga sekaligus mengajarkan mereka pentingnya menyikat gigi dengan benar dan merawat gigi. Gak mudah memang membawa anak-anak ke dokter gigi. Sampai tahun lalu, Jonathan masih takut dan minta ditemenin waktu dibersihkan giginya, tapi sekarang dia sudah mulai berani karena sudah mengerti kalau bersihkan gigi itu gak sakit, cuma bunyinya aja yang agak berisik.

Gigi dipakai seumur hidup

Sejak umur 7 bulan kita mulai tumbuh gigi, lalu sekitar umur 6 tahun gigi akan mulai berganti menjadi gigi permanen yang akan kita pakai sampai kita mati. Mungkin ada yang menganggap ah kalau gigi habis tinggal pakai gigi palsu. Tapi dari melihat beberapa orang yang saya pernah kenal yang memakai gigi palsu baik itu gigi palsu sebagian ataupun keseluruhan, mereka bilang lebih enak pakai gigi asli dan butuh waktu untuk melatih diri membiasakan gigi palsu (tentunya yang asli selalu lebih baik daripada yang palsu).

Untuk sesuatu yang akan kita pakai setiap harinya selama kita hidup, masa sih gak kita rawat. Kalau gigi sehat terawat, kita hanya perlu 6 bulan sekali ke dokter gigi. Kalau mau dihitung biayanya dibagi rata-rata per hari dengan asumsi kita hidup sampai 70 tahun, saya yakin tetap lebih murah.

Merawat gigi sama dengan merawat kesehatan

Pernah gak memperhatikan kalau lagi kurang sehat, mulut kita rasanya ga enak. Mulut yang bau tak enak juga salah satu indikasi kita kurang sehat. Nah bau mulut ini salah satunya bisa juga disebabkan oleh gigi yang ada lubangnya. Merawat gigi itu termasuk merawat kesehatan. Karena gigi juga bagian dari tubuh kita toh.

Senyum cemerlang semua senang

Siapa yang tak ikut senyum kalau melihat orang yang senyumnya cemerlang. Kalau kita sakit gigi atau gigi tak terawat, mana mungkin kita bisa punya senyum cemerlang. Gigi yang sehat juga menambah percaya diri kita untuk tebar senyum. Kalau gigi lagi sakit, pasti susah untuk bekerja, jangan harap deh bisa tersenyum.

Mencegah lebih baik daripada mengobati

Kadang kita merasa sudah cukup rajin sikat gigi, tapi mana kita tahu kondisi sebenarnya kalau tidak dibawa ke ahlinya. Dengan perawatan setiap 6 bulan sekali kita jadi tahu kalau misalnya ada gigi yang mulai bermasalah. Lebih baik segera menutup lubang kecil daripada semua gigi jadi berlubang. Kalau menunggu sakit gigi karena sensitif atau gusi bengkak, nah ini biayanya bakal lebih banyak dan lebih lama proses penyembuhannya dibandingkan ke dokter gigi 6 bulan 1 kali dan paling lama 1 jam.

Mulut kita juga banyak yang terhubung ke organ tubuh yang lain, kalau kita biarkan infeksi gusi berlarut-larut, bisa jadi menyebar ke saluran pencernaan atau bahkan ke saluran pernapasan. Namanya infeksi harus segera diobati, kalau tidak ya bisa menyebar dan fatal akibatnya.

Buat kami sih udah jelas, gigi itu perlu dirawat. Biaya perawatan gigi itu merupakan investasi untuk seumur hidup. Mari kita mulai rajin memperhatikan kesehatan gigi kita. Semoga di Indonesia juga semakin banyak klinik gigi yang lebih terjangkau supaya makin banyak yang sadar untuk menjaga kesehatan giginya.

Plus Minus selama Tinggal di Chiang Mai (12 tahun)

Tanggal 4 Mei 12 tahun yang lalu, saya dan Joe untuk pertama kalinya sampai di Chiang Mai. Kota terbesar di utara Thailand yang memiliki 3 musim dan pernah menjadi tempat berlangsungnya acara Sea Games di tahun 1995. Karena setiap tahun akhirnya menuliskan hal yang serupa, kali ini saya akan coba menuliskannya dalam format yang agak berbeda. Saya akan mencoba menuliskan plus minus atau suka duka selama 12 tahun di sini.

Mari kita mulai dengan hal-hal yang menyenangkan alias plus nya tinggal di sini:

  • Makanannya enak-enak dan mirip dengan masakan Indonesia, harganya dulu sih sama dengan Indonesia, sekarang terasa lebih murah karena pas pulang ke Indonesia kalau makan di luar berasa lebih mahal.
  • Kemana-mana dekat, ke mall bisa cuma beberapa jam saja dan gak pake macet di jalan.
  • Banyak tempat buat anak-anak main yang gratisan dan kalau bayar juga gak terlalu mahal
  • Banyak komunitas orang asingnya yang sangat membantu terutama ketika masa baru awal sampai dan juga waktu baru punya anak
  • Ada komunitas homeschooling berbahasa Inggris ataupun Thai, tinggal pilih saja
  • Internet kencang dan terjangkau harganya
  • Orang yang merokok relatif sedikit, minimal di tempat umum jarang deh berasa asap rokok.
  • Ada musim dingin yang adem dan menyenangkan buat jalan-jalan dengan keluarga
  • Nilai tukar baht cukup stabil terhadap dollar, selama 12 tahun tidak ada kenaikan harga yang terasa banget.
  • Datang berdua sekarang sudah berempat :D, pengalaman hamil dan melahirkan di Chiang Mai, dokter dan rumahsakitnya cukup bagus dan mendukung untung memberikan ASI eksklusif. Suster di rumah sakitnya juga ramah dan baik hati semua walaupun dengan bahasa Inggris yang terbatas tapi hatinya tulus membantu.
  • Dokter gigi di sini bisa ga pake nunggu lama, jadi bisa bikin janji dan datang sesuai dengan jam yang dijanjikan.
  • Banyak dokter di sini bisa berbahasa Inggris, jadi untuk berbagai masalah kesehatan gak usah jadi frustasi karena bingung bahasa, beberapa rumah sakit malah menyiapkan jasa translator untuk pasien dari negara yang tidak berbahasa Inggris.
  • Orang Thai baik hati dan ramah
  • Buah-buahannya enak kalau lagi musim berbuah harganya juga murah
  • Merasa lebih aman daripada di Indonesia, kalaupun kelupaan kunci pintu gak usah kuatir bakal ada maling.
  • Jarang ada pemadaman listrik, kalaupun ada selalu ada pemberitahuan terlebih dahulu. Atau kalaupun terjadi karena hujan badai, paling lama pernah pemadaman itu sekitar 2 jam.
  • Bahasanya strukturnya mirip bahasa Indonesia, jadi lebih mudah mempelajarinya (yang sedikit susah belajar naik turun suaranya aja).

Pantesan aja betah ya tinggal di sini, soalnya banyak plusnya. Nah tapi sebenarnya mana ada sih tempat yang benar-benar sempurna. Pasti adalah kurang-kurangnya dikit, asal gak lebih banyak dari plusnya aja ya.

Berikut ini hal-hal yang bikin tinggal di Chiang Mai jadi kurang nyaman:

  • Ada musim polusi selama bulan Maret sampai pertengahan April. Polusi udara ini benar-benar hal paling gak enak dari kota ini, tapi ya masih bisa diakalin sih dengan filter udara dan mempersedikit pergi selama sebulan dalam setahun. Tahun ini polusinya agak lebih parah dan bertahan sampai awal Mei.
  • Musim panasnya lumayan dashyat, bisa sampai 44 derajat celcius, panas gabung ama polusi bikin malas keluar rumah. Kalau di rumah minimal bisa ngadem pake AC dan pasang filter udara.
  • Belum ada direct flight ke Indonesia, jadi untuk perjalan mudik butuh 1 hari pergi dan 1 hari pulang karena selalu ada transit dulu beberapa jam.
  • Harus ke imigrasi urus visa tinggal tiap tahun, dan lapor diri setiap 90 hari kalau gak keluar dari Thailand. Sekarang sebenarnya hal ini udah mulai gak jadi masalah, karena urusan imigrasi sudah semakin cepat prosesnya dibandingkan 12 tahun lalu.
  • Angkutan umumnya terbatas dan belum cover semua rute, jadi punya kenderaan pribadi itu wajib untuk kemudahan kemana-mana. Sekarang ini angkutan umum sudah lebih banyak daripada 12 tahun lalu, tapi ya tentunya lebih cepat bepergian kalau punya transportasi sendiri, apalagi kalau bawa anak kecil.
  • Gak bisa beli tanah/rumah sebagai orang asing di Thailand (banyak kok pilihan rumah kontrakan dengan range harga terjangkau).
  • Gak ada yang jual indomie kari ayam dan ceres (ini sih emang harus nyetok hahaha).

Udah itu aja, gak nemu lagi apa minusnya tinggal di sini. Semua minusnya juga masih bisa ditolerir makanya masih betah sampai sekarang di sini hehehe.

Pertanyaan yang selalu saya tanyakan setiap tahun: mau sampai kapan di Chiang Mai? Selama masih memungkinkan, masih betah di sini. Gimana dengan kemajuan pelajaran bahasa Thai? Udahlah, udah bisa ngobrol dan baca secukupnya hehehhe. Masih pengen bisa berbahasa Thai yang fasih seperti berbicara, membaca dan menulis bahasa Indonesia sih, tapi ya belum ada kebutuhan untuk benar-benar fasih berbahasa Thailand, jadilah kemampuan berbahasa Thai nya jalan di tempat. Tetap optimis semoga tahun berikutnya bisa lebih fasih lagi baca tulis dan ngobrol bahasa Thai nya biar makin betah di sini hehehhe.

Pengenalan Geometri: Pattern Blocks dan Tangram

Ada banyak permainan anak-anak yang mengajarkan anak untuk mengenal bentuk dan menyusun gabungan bentuk yang ada menyerupai bentuk lain yang lebih besar. Permainan ini sebenarnya secara tidak langsung merupakan pengenalan geometri 2 dimensi kepada anak-anak. Ada 2 mainan yang belakangan ini sedang disukai Joshua, yaitu pattern block dan tangram.

Sebelum kenal tangram, Joshua sudah mengenal menyusun puzzle pattern block dan puzzle magnet kayu yang dibeli sejak jaman Jonathan kecil. Pattern block ini ada banyak kepingan dengan berbagai bentuk. Pattern block pertama yang dia mainkan ada 6 bentuk dengan 6 warna, bentuk segitiga hijau, bujursangkar oranye, jajaran genjang berwarna biru, belah ketupat berwarna coklat muda, trapesium merah dah heksagon kuning.

Cara bermain pattern block ini biasanya anak diminta untuk meletakkan kepingan yang sesuai dengan cetakannya. Dulu saya rajin mencari template dari internet, print dan laminating. Karena bentuk dan warna yang menarik, anak-anak senang menyusun kepingan block yang ada di atas cetakan. Permainan ini membutuhkan banyak kepingan bentuk, dan biasanya jadi pekerjaan ektra untuk membereskannya, hehehehe.

sumber: https://www.prekinders.com/pattern-blocks/
Lanjutkan membaca “Pengenalan Geometri: Pattern Blocks dan Tangram”