Hari ini saya mau cerita soal Sukothai Historical Park. Berdasarkan informasi yang kami dapat dari pihak hotel, akan ada acara khusus untuk menjelang malam tahun baru. Park yang biasanya tutup jam 7 sore itu akan dibuka sampai tengah malam. Awalnya kami berencana mengeksplor Sukothai Historical Park ini sejak pagi, tapi karena mendengar kabar tentang acara sampai malam, kami merubah rencana untuk berangkat sore hari saja sampai agak malam.
Jadi, ngapain aja pagi harinya sebelum berangkat ke tujuan utama? Namanya juga liburan, kami bangun siang dan sarapan di hotel. Selesai sarapan, kembali ke kamar dan mandi-mandi. Eh, tau-tau udah jam makan siang hahaha. Ini namanya liburan makan tidur.
Sebelum lupa dengan berbagai fakta selama liburan akhir tahun kemarin, ada baiknya saya memulai menceritakan perjalanan Akhir tahun 2019 kemarin. Kami berangkat hari Sabtu tanggal 28 Desember 2019 dan kembali ke Chiang Mai tanggal 31 Desember 2019. Kenapa gak sekalian malam tahun baru di Sukothai? Karena tanggal 2 Januari 2020, Joe sudah masuk kerja lagi. Lagipula, kami bukan tipe yang keluar malam tahun baru untuk melihat keramaian count down.
Di mana Sukothai itu?
Sukothai itu letaknya sekitar 300 Km dari Chiang Mai. Sukothai masih merupakan area utara dari Thailand, tapi lebih dekat ke arah tengah Thailand. Bisa dibilang Sukothai ini ada di antara Chiang Mai dan Bangkok. Biasanya, liburan akhir tahun banyak orang berlibur ke arah utara Thailand termasuk Chiang Mai karena udaranya dingin, kami sengaja melawan arah supaya menghindari tempat yang terlalu padat.
Rencana liburan ke Sukothai ini sebenarnya bisa dibilang agak mendadak. Walaupun sudah lama tinggal di Chiang Mai, kami termasuk jarang traveling dalam Thailand karena jatah libur Joe biasanya kami pakai untuk pulang ke Indonesia. Kebetulan akhir tahun 2018 dan tahun baru 2019 kami sudah pulang agak lama ke Indonesia, dan akhir taun 2019 pekerjaan di kantor Joe juga sedang super sibuk, jadi kami memang tidak ada rencana untuk pulang ke Indonesia. Tapi karena di Thailand ada libur akhir tahun sekitar 5 hari (dari hari Sabtu sampai hari Rabu), maka tidak ada salahnya ambil kesempatan liburan.
Naik apa Chiang Mai – Sukothai?
Liburan akhir tahun ini bukan cuma kami saja, kami berangkat dengan salah satu keluarga Indonesia yang juga sudah lama di Chiang Mai (dan 5 tahun yang lalu, waktu Joshua belum lahir, kami juga liburan akhir tahun bareng). Berhubung mereka sudah pernah ke Sukothai sebelumnya, urusan perencanaan diserahkan ke mereka (kali ini saya gak usah sibuk browsing cari ini itu hehehe).
Awalnya, kami berencana menyewa mobil dengan 7 tempat duduk dan gantian menyetir mobil. Perjalanan ke Sukothai kalau ditempuh dengan mobil itu sekitar 4,5 – 5 jam. Jalan lintas antar provinsinya cukup bagus, dan hanya sedikit area yang banyak belokannya. Tapi, setelah mempertimbangkan supaya semua bisa menikmati liburan tanpa ada perasaan lelah menyetir, kami putuskan naik bus saja. Naik bus dari Chiang Mai ke Sukothai biayanya cukup murah, dewasa membayar 290 baht, anak-anak 210 baht (jadi kami sekeluarga membayar 1000 baht).
Untuk perbandingan, kalau kami menyewa mobil, biasanya biaya sewa mobil 1 hari saja belum termasuk bahan bakar sekitar 2000 Baht – 2500 Baht. Kalau sewa beberapa hari, tentu saja totalnya jadi lebih mahal. Lagipula, tujuan yang ingin dikunjungi di Sukothai sudah jelas, dan bisa dilakukan dengan naik songtew ataupun tuktuk. Untuk tujuan yang agak jauh dari Sukothai, kami menyewa mobil 1 hari saja di sana.
Jangan bandingkan perjalanan menggunakan mobil pribadi dengan menggunakan Bus antar kota. Kalau soal nyamannya dan cepatnya, pastilah naik mobil pribadi akan lebih nyaman dan cepat. Tapi kalau nyetir sendiri artinya ada kemungkinan lelah kalau-kalau jalanan macet. Perjalanan dengan Bus antar kota ini banyak berhentinya karena ada beberapa penumpang yang naik dan turun di beberapa kota di antara Chiang Mai dan Sukothai sehingga waktu tempuhnya jadi lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
Perjalanan Chiang Mai – Sukothai
Total perjalanan dari Chiang mai ke Sukothai dengan naik bus sekitar 7 jam. Bus berhenti di Lamphun, Lampang, dan Tak sebelum sampai ke Sukothai. Sukothai juga ternyata bukan titik berhenti terakhir dari Bus yang kami tumpangi. Setelah kami turun, bus masih melaju lagi menuju Phitsanulok dan berhenti terakhir di Khon Kaen. Mungkin kapan-kapan, bisa direncanakan untuk mengunjungi kota-kota lain tersebut.
Oh ya, catatan tambahan kalau mau naik bus Chiang Mai – Sukothai, sebaiknya ditanyakan apakah ada kamar mandi di dalam karena perjalanan cukup lama dan repot kalau tidak ada kamar mandi di dalam. Apakah disediakan makanan (tergantung operatornya ada yang berhenti makan siang, dan ada yang hanya memberikan snack saja. Jangan lupa untuk persiapkan bawa jaket karena AC nya lumayan dingin. Kalau membawa anak kecil, ada baiknya siapkan makanan kecil/makanan yang memang anak itu suka. Karena kalaupun ada berhenti untuk makan, ada kemungkinan makanannya tidak cocok untuk anak-anak.
Kami bersyukur sepanjang jalan, anak-anak tidak ada yang mabuk di jalan, ada sedikit perjalanan dari Lamphun menuju Lampang yang jalannya cukup banyak belokannya dan membuat agak pusing, tapi tidak ada kejadian mabuk darat hehehe.
Ada apa di Sukothai?
Ada 2 tujuan utama untuk dilihat di perjalanan kami ke Sukothai, yaitu: Sukothai Historical Park dan Si Satchanalai Historical Park. Kedua tempat ini sama-sama berisi reruntuhan temple yang dibangun dari jaman kerajaan Sukothai yang dikelola oleh pemerintah Thailand dengan bantuan UNESCO dan disahkan sebagai World Heritage Site. Sesuai dengan namanya, perjalanan kami ke Sukothai ini sebenarnya juga dalam rangka mengenalkan sejarah Thailand ke Jonathan (sambil kami juga belajar lagi hehehe).
Salah satu temple di Sukothai Historical Park
Salah satu temple di Si Satchanalai Historical Park
Ada banyak templenya, bukan cuma yang ada di foto ini saja.
Di mana menginap di Sukothai?
Kota Sukothai ada sebutan old city (kota tua) dan new city (kota baru) seperti halnya di Chiang Mai. Kota tua nya merupakan kota yang terletak dekat dengan tujuan wisata. Ada banyak penginapan di sana, tapi biasanya untuk mencari makanan agak lebih terbatas pilihannya. Kami memilih untuk menginap di new city dengan alasan kemudahan mencari makan malam dan juga mini market kalau dibutuhkan membeli ini dan itu. Selain itu, di new city ada pasar malam yang hanya ada di hari Sabtu. Pasar malam itu juga sempat kami kunjungi karena lokasinya sangat dekat dengan tempat kami menginap.
Suasana pasar malam yang hanya ada di hari Sabtu malam
Jarak antara old city dan new city tidak jauh, cuma sekitar 12 km. Untuk mengunjungi kota tua, ada banyak pilihan mulai dari songtew, tuktuk, ataupun sewa songtew. Oh ya, dari terminal bus ke penginapan, kami menyewa songtew dengan membayar 200 baht. Jarak dari terminal bus ke penginapan di new city tidak lebih dari 10 menit. Dari penginapan ke old city kami naik songtew dan membayar 300 baht 1 kali jalan. Jadi pulang pergi sekitar 600 baht. Sedangkan untuk perjalanan ke Si Satchanalai yang berjarak sekitar 60 km dari Sukothai, kami menyewa mobil dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore dengan biaya 2500 baht (termasuk supir dan bahan bakar).
Cerita lengkapnya mengenai kunjungan kami ke reruntuhan temple yang ada akan saya lanjutkan di bagian berikutnya ya.
Setelah beberapa hari tidak menulis, dan setelah liburan akhir tahun 2019 kemarin, ada banyak sekali yang ingin dituliskan di blog ini. Tapi ijinkan saya mengucapkan selamat memasuki tahun 2020 kepada teman-teman yang mampir ke blog ini.
Sedikit oleh-oleh dari liburan akhir tahun ke Sukothai dan Si Satchanalai kemarin adalah: kita tidak tau apa yang ada di depan kita, sampai kita menjalaninya. Kadang ketika melihat rintangan, ada perasaan takut dan ingin berhenti atau berbalik arah. Tapi kalau kita jalani bersama-sama, ada perasaan lebih berani untuk menjalaninya. Dan ketika kita sampai di tujuan, ada perasaan bangga dengan diri sendiri karena sudah mengalahkan ketakutan dan kekhawatiran, walaupun mungkin tempat tujuan itu belum tentu super indah seperti yang kita pikirkan sebelumnya.
Apapun hasil dari perjalanan kita, tetap bersyukur karena kita sudah mengalahkan rasa takut dan selamat sampai tujuan. Bersyukur kita tidak kalah sebelum bertarung. Perjalanannya tidak kalah penting dari tujuannya.
Bersiap-siap untuk petualangan di Si Satchanalai Historical Park dengan sepeda
Aduh jalan-jalan apa meditasi sih kemarin itu ya hahaha. Jadi begini latar belakang renungan di atas. Alkisah, kami ke salah satu tempat wisata historical park tanpa membaca buku panduan terlebih dahulu. Seperti semua orang, kami memutuskan sewa sepeda untuk keliling historical park nya.
Kami mengikuti jalur yang banyak orangnya saja. Terus eh, kok di depan ada tanjakan dan ada larangan menaiki sepeda sambil menanjak. Kalau mau naik, kita harus menuntun sepeda kita atau tinggalkan saja di bawah.
Larangan menaiki sepeda sambil menanjak
Awalnya sempat ragu-ragu untuk naik ke atas tanjakan. Kami kuatir waktu turun malah lebih susah lagi, atau takut masih jauh dan ada tanjakan berikutnya. Takut kecewa juga kalau tujuannya tak seberapa indah. Kepikiran juga apa sebaiknya sepedanya ditinggalkan saja di bawah dan jalan ke atas.
Karena sama-sama tidak tahu berapa jauh lagi lokasi tujuan setelah tanjakan itu, kami memutuskan menuntun sepeda ke atas tanjakan. Lebih baik bersiap-siap, siapa tahu masih jauh tujuannya.
Keliatan gak tanjakannya? di foto sepertinya gak seberapa ya
Ternyata, setelah menuntun sepeda dengan susah payah, masih ada tangga lagi untuk naik ke atas. Setelah berhasil membawa sepeda sambil jalan menanjak, rasaya naik tangga tidak seberapa. Tapi alamak, ternyata botol minum yang saya bawa isinya hanya setengah dan Joe tidak bawa minum sama sekali. Tapi dengan ada yang sedikit itupun masih lebih baik daripada tidak sama sekali.
Sampai di atas, Joe yang mendorong sepeda naik sambil bawa Joshua di boncengan sepeda udah mau pingsan sepertinya hahaha. Tapi ya setelah istirahat beberapa menit, akhirnya bisa menikmati pemandangan dari ketinggian. Tentunya walaupun tidak terlihat ketinnggiannya berapa, penting banget buat foto di sana haha.
Setelah beristirahat, baru deh bisa senyum pas di foto
Kalau tenaga sudah terkumpul, siapa takut untuk naik lebih tinggi lagi. Akhirnya Joe dan Joshua naik ke atas reruntuhan templenya juga. Waktu saya bilang ke Joshua: I’m so proud of you Joshua, terus Joshua jawab: I’m so proud of you too mama. Iya saya bangga Joshua mau duduk manis di sepeda walau sebelumnya gak biasa dibonceng sepeda. Nggak ngeluh walau panas-panasan matahari. Mau naik tangga dengan semangat walau sampai atas mukanya merah kepanasan. Semangat buat eksplorasi tempat baru walau belum sepenuhnya mengerti tempat apa ini.
Udah sampai atas, naik sampai atas lagi deh
Perjalanan turun tidak sesulit perjalanan naik karena kami memutuskan kembali ke arah kami datang. Kalau saja kami sudah tahu sebelumnya, mungkin kami akan memutuskan meninggalkan saja sepeda di bawah. Kalau kami sudah tahu sebelumnya, mungkin kami juga akan memutuskan untuk tidak usah naik saja karena tanpa sepedapun tanjakannya lumayan terjal.
Pesan lainnya: ketidak tahuan bisa membuat kita lebih berani dan mencoba dengan lebih gigih. Kalau sudah tahu dan tetap ingin menjalani, bisa membuat kita lebih bersiap-siap dengan membawa minuman lebih banyak atau tidak perlu bawa sepeda naik karena pasti akan turun lagi.
Tahun 2020 ini dimulai dengan berbagai berita yang tidak semuanya membahagiakan. Di Jakarta, kakak saya (dan banyak penduduk di berbagai area Jakarta) rumahnya dan mobilnya terendam banjir. Beberapa orang lagi liburan keluar kota, dan tidak tahu bagaimana nasib rumahnya.
Di Chiang Mai, polusi sudah dimulai sejak akhir tahun lalu dan entahlah akan membaik atau tidak. Di Australia, musim kering membuat banyak semak-semak terbakar dan hampir seluruh daerah dilanda asap. Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di depan kita. Tapi untuk semua hal yang akan datang, mari kita hadapi bersama dengan berani dan tidak cepat menyerah.
Tetap bersyukur untuk semua hal yang akan kita hadapi di tahun 2020 ini.
Tadi malam, kami tidak menghadiri ibadah malam Natal. Acaranya jam 11 malam, dan udara sedang agak dingin. Joshua juga kemarin tidak cukup tidur siangnya. Jadi daripada malah jadi berisik kalau dipaksa bawa malam-malam, kami putuskan ikut ibadah Natal nya saja.
foto di gereja mengikuti ibadah Natal tadi pagi
Tadi pagi, setelah buka kado Natal di rumah dan Jonathan buka jahitan bareng Joe ke rumah sakit (ini ceritanya lain kali), kami menghadiri ibadah Natal jam 10 pagi di gereja CMCC.
Hari ini, ibadah Natal di gereja di buka dengan lagu yang musiknya Bohemian Rhapsody dari Queen tapi diganti liriknya menjadi kisah Natal (Bethlehemian Rhapsody). Anak-anak yang hadir langsung menyimak dengan seksama.
Seperti biasa, salah satu acara ibadah Natal di gereja adalah: anak-anak di minta maju ke depan dan diminta untuk berbagi cerita dapat hadiah Natal apa. Jonathan yang ikut maju ke depan dengan lantang menjawab: I got a banana – dan tentunya yang mendengar pada tertawa. Setelah anak-anak lain menjawab dengan berbagai hadiah yang mereka terima, lalu ternyata ada 1 anak yang menjawab dia mendapat apple. Jonathan bilang lagi kalau dia juga memberikan pisang ke kami – dan semua tertawa lagi mendengarnya.
Lihat betapa bahagianya anak yang menerima pisang ini – sumber: https://youtu.be/oBBQHExuuec
Sebenarnya, cerita tentang hadiah banana ini inspirasinya dari video di YouTube. Tentang anak kecil yang begitu bahagianya menerima pisang sebagai hadiah – dan langsung memakannya. Joe sedang mengajarkan ke Jonathan kalau hadiah Natal itu gak harus selalu sesuatu yang mahal, kadang hal sederhana seperti pisang saja sudah cukup. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah: apapun yang kita terima, jangan lupa berterimakasih sudah diberikan hadiah. Kebetulan di rumah lagi ada pisang, jadilah Jonathan ikut-ikutan membungkus pisangnya dan letakkan jadi hadiah haha.
Selain dapat banana, sebenarnya kami sudah membelikan buku komik PokemonXY untuk Jonathan dan mainan mobilan remote control untuk Joshua. Kami juga membelikan alat mewarnai (gel pastel) supaya Joshua dan Jonathan lebih rajin mewarnai di rumah.
kadonya langsung dipakai
buka kado
Pulang dari gereja, kami ke mall untuk makan siang. Selesai makan, anak-anak dan Joe naik kereta api gratisan keliling mall, sementara saya membeli hadiah Natal untuk diri sendiri (duitnya udah ditransfer hahaa).
naik kereta keliling mall
Joe udah beli sendiri beberapa benda yang dia klaim sebagai hadiah Natal. Kapan-kapan biar dia cerita sendiri hehehe.
langsung dipakai nulis blog hehehe
Saya menghadiahi diri sendiri laptop Asus VivoBook 14 inch. Alasan beli laptop juga karena macbook yang selama ini saya pakai sudah beberapa bulan ini rusak dan belum berhasil dibenerin. Macbook itu juga sebenarnya layarnya sudah terasa sangat kecil dan tidak nyaman di mata. Alasan lain juga: kan sudah rajin ngeblog selama setahun lebih, jadi ya anggap aja biar lebih rajin lagi nulisnya hahaha (alesan ya).
susah banget ya foto keluarga yang bagus hehehe
Sekali lagi selamat Natal 2019 buat kita semua, Natal itu bukan hadiahnya tapi ya kalau dapat hadiah tentunya disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik (ini sih ngomong ke diri sendiri). Dan selamat menyambut tahun baru 2020. Untuk yang sedang berlibur, hati-hati di jalan dan jangan lupa berbagi cerita di blog masing-masing hehehe.
Gak terasa, hari ini sudah hari terakhir untuk mengumpulkan tulisan untuk program sehari satu tulisan 2019 bersama KLIP. Apaan sih KLIP itu? Mungkin ada yang bertanya-tanya selama ini kenapa ada #KLIP di setiap postingan saya.
KLIP itu singkatan dari Kelas Literasi Ibu Profesional. Terus mungkin ada yang mikir: apakah yang tergabung di sini hanya boleh ibu-ibu saja (sudah menikah?) jawabnya tidak harus ibu-ibu, tapi syaratnya wanita. Atau mungkin ada yang bertanya-tanya apakah yang bergabung di sini maksudnya ibu-ibu bekerja? gak juga, bebas ibu bekerja maupun ibu bekerja di rumah. Terus kenapa namanya ibu profesional? Karena awalnya terbentuk komunitas ini dari komunitas ODOP99days (one day one post selama 99 hari dalam setahun) yang dibentuk oleh komunitas Ibu Profesional.
Terus apakah setelah setahun menulis semua otomatis jadi ibu profesional? haish mana ada sih yang otomatis, dan ini cuma kelas literasinya, untuk orang-orang yang suka menulis atau suka curhat dalam bentuk tulisan juga boleh.
Nah kembali ke awal. Jadi setelah setahun (ya walaupun belum 365 hari, tapi anggaplah sudah setahun ya), gimana pencapaian selama ini? Sudah nulis apa saja?
Pencapaian 2019
Buat saya pencapaian terbesar adalah berhasil mengisi blog ini secara konsisten dan bahkan ada beberapa kali bisa menulis 30 hari dalam sebulan (sebelumnya bertahun-tahun blog ini gak saya isi). Beberapa topik yang terbanyak itu cerita mengenai tempat wisata maupun event di Chiang Mai dan memulai posting belajar tulisan Thai (walau belum selesai), keisengan belajar bahasa (memulai belajar bahasa Korea dan iseng sempat belajar bahasa Belanda dan Rusia pakai aplikasi), review aneka hal mulai dari aplikasi, buku, gadget, film dan tentunya cerita seputar kdrama.
Kalau dulu, disuruh nulis setiap hari, pasti saya akan langsung bilang: aduh mau nulisin apa sih di blog? ntar yang baca bosen loh. Tapi ternyata dengan sedikit memaksakan diri, setiap hari bertanya: nulis apa ya hari ini? ternyata ada aja hal yang bisa dituliskan. Sebenarnya ada lebih banyak lagi hal yang pingin dituliskan, tapi terkadang kalau menuliskannya tidak langsung selesai, mood untuk meneruskan tulisan sudah hilang.
Dengan kegiatan menulis ini, saya juga jadi menemukan komunitas yang saling menyemangati. Jadi KLIP ini selain ada di FB juga ada di WA Group. Dari WAG KLIP saya jadi berkenalan lebih banyak dengan wanita-wanita yang multitasking dan tidak pernah berhenti belajar. Makanya nih beberapa tulisan tahun ini juga dari keisengan belajar bahasa atau nyoba-nyoba aplikasi. Kadang-kadang memaksakan menyelesaikan baca buku juga biar bisa dituliskan (walaupun ini masih kurang banyak hasilnya).
Target yang Belum Kesampaian di 2019
Nah setelah menulis banyak, dan melihat teman-teman di group yang tulisannya bagus-bagus, ada perasaan: wah saya bisa gak ya kayak gitu? menulis itu ternyata bukan hanya butuh konsistensi, tapi juga harus selalu berlatih. Gak bisa deh jadi penulis yang moody, harus bisa menyediakan waktu dan kerangka berpikir yang baik. Aduh ini sih udah belajar dari jaman sekolah dulu, tapi entahlah kenapa saya sungguh sulit menulis dengan mengikuti kerangka karangan. Berarti PR buat saya adalah latihan menulis mengikuti kerangka karangan.
Target lain yang juga belum kesampaian itu pengen menulis fiksi. Bukan buku, tapi sekedar nulis-nulis aja entah itu cerpen atau cerbung. Tapi tulisannya yang 100 persen fiksi – dan bukan dari kisah siapa-siapa. Tapi karena selalu ada perasaan: aduh ntar ini jadi kayak cerita si itu atau wah ini kok kayak kisah nyata si anu dan takut dia tersinggung, akhirnya gak jadi-jadi. Mungkin harus belajar bikin dunia imajinasi 100 persen dengan kemampuan yang tidak nyata? – ah ini mah tambah susah kali.
Rencana Menulis 2020
Nah ini sungguh sulit. Belakangan ini lagi dilanda kemalasan luar biasa untuk menulis di blog (padahal Facebook juga ga diupdate udah beberapa bulan). Jadi sepertinya untuk mengalahkan si malas, mari kita pasang target baru lagi. Tentunya dengan tetap mengikuti program KLIP 2020 yang sedang disusun oleh tim admin.
Satu lagi yang ingin dilakukan itu mencari teman buat nulis bareng estafet. Jadi pernah kepikiran, latihan nulis fiksi dengan bergantian meneruskan cerita yang dituliskan orang lain. Misalnya tiap orang dibatasi selama 5 menit. Kalau ada 3 orang dan dikerjakan selama 30 menit, kira-kira ceritanya akan seperti apa? Ceritanya menulis bebas aja, penasaran apakah ceritanya akan sesuai dengan imajinasi awal penulis pertama, atau jadi bisa dikembangkan lebih lagi. Ada yang mau mencoba menulis bareng saya?
Selain rencana-rencana yang ditulis ini, ada niat merapihkan blog-blog saya yang lain yang pernah ditulis. Belakangan ini hobi merajut dan menjahit sudah dimulai, jadi ya bisa juga beberapa tulisan akan muncul di blog saya yang risna.info.
Akhirnya tulisan ini selesai juga. Terimakasih untuk teman-teman di KLIP terutama para admin yang sudah membuat saya harus merenungkan perjalanan menulis ini hehehe. Buat pembaca yang budiman, walaupun ini tulisan setoran terakhir KLIP tahun ini, bukan berarti ini tulisan saya terakhir tahun ini ya, siapa tahu setelah gak wajib setoran saya masih pengen nulis-nulis tahun ini hehehe.
Yang pasti 2020, Joe juga akan lebih rajin menulis di sini. Saya tau darimana? karena sejak saya rajin mengisi blog ini, dia malah gantian kurang rajin ngisi blog. Beberapa hal di tahun 2019 ini mungkin terlewat tidak/belum kami tuliskan (karena saya tipe malas nulis yang udah kelewatan), nanti biar Joe aja yang tulis yang udah lewat hehehe.
Terimakasih sudah membaca tulisan ini sampai selesai, dan nantikan cerita-cerita kami selanjutnya.
Pernah gak waktu mencium aroma tertentu – biasanya aroma yang harum – tiba-tiba kita teringat akan suatu masa atau kejadian dalam hidup kita. Istilahnya terlempar ke masa lalu dan tenggelam dalam kenangan di mana kita sering mencium aroma itu. Saya pernah, walaupun sekarang ini saya ga ingat kenangannya apa, tapi waktu itu saya ingat masa yang mana.
Kalau aromanya aroma masakan, jelas aja yang terkenang adalah masa di mana kita kelaparan dan pengen segera menyantap makanan itu. Atau kalau buat saya, aroma Indomie Kari Ayam itu serasa lagi pulang kampung hehehe. Tapi kali ini bukan lagi mau cerita soal makanan hehehe.
Ceritanya hari ini lagi belanja sabun, liat sabun yang dulu sering dipakai di rumah waktu masih kecil. Dulu sih sabunnya bentuknya sabun batang, mungkin sekarang masih ada juga versi sabun batangnya. Tapi tadi ini sabun cair Cussons Imperial Leather. Ada yang familiar dengan merk itu?
Cussons Imperial Leather
Bukan, saya bukan lagi ngiklan. Tapi entah kenapa tadi pas liat sabun ini langsung tergerak buat membelinya. Pengen tahu apakah sabun cairnya aromanya sama dengan sabun batangnya. Ceritanya lagi promosi juga beli 1 gratis 1 hehehehe.
Ternyata aromanya gak persis sama. Sabun cair ini agak lebih tajam wanginya, tapi sebenarnya selesai mandi aroma yang tinggalnya sih mirip-miriplah. Terus, apakah niat awal bernostalgia dengan aroma sabun ini berhasil? ya dan tidak sih. Ya karena malah jadi berusaha mengingat-ingat masa kecil di mana mama beli sabun ini buat dipakai di jaman masih SD. Jadi bukannya otomatis gitu memorynya datang sendiri hehehe.
Mungkin karena diniatkan jadi gak datang si memory ? atau mungkin karena aromanya ga persis sama? Tapi saya ga menyesal membeli sabun ini, karena aromanya walau bukan wangi bunga-bunga seperti sabun-sabun lainnya, tapi ada aroma khas dari sabun ini yang tidak terlalu berubah dari aroma jaman dulu.
Mungkin lain kali bisa dicoba cari versi sabun batangnya saja ya. Sekaligus mencari tau apakah kira-kira wanginya bisa membuat memory masa lalunya datang sendiri tanpa diingat-ingat hehehe.
Oh ya, ngomongin sabun, saya jadi ingat dulu pernah bikin hiasan berbentuk keranjang dari sabun GIV. Kenapa sabun GIV? karena bentuknya dulu paling melengkung itu sabun GIV. Saya coba google barusan, sepertinya sekarang ini sabun GIV sudah tidak melengkung seperti dulu. Mungkin kalau yang pernah bikin akan ingat, dulu sabun GIV itu dijadikan hiasan berbentuk keranjang, dililit pita dengan jarum pentul di keliling sabunnya. Ada yang masih punya di rumahnya? bisa fotoin dan share ke saya? hehehe.
Nah mungkin kalau nemu sabun GIV, saya juga bakal coba beli. Tapi sabun GIV ini ada banyak warna. Saya tapi ingat, dulu bikin hiasannya pakai sabun GIV warna ungu, rasanya itu yang wanginya paling tajam. Kapan-kapan kalau mudik coba iseng cari ah hehehe.
Aduh ini tulisan jadi kayak iklan sabun ya, gak sekalian aroma sabun LUX? yaa sebenarnya duluuu, jaman sabun LUX belum banyak jenisnya, saya juga pernah tuh pas mencium aroma sabun LUX jadi ingat masa kecil. Nah sekarang ini sabun LUX udah ada banyak sekali yang batang maupun yang cair, jadi udah ga ada khas lagi. Yang paling khas ya akhirnya sabun cussons imperial leather ini, cuma satu warna dan aromanya juga bukan aroma bunga standar.
Sepertinya tulisan ini sebaiknya disudahi, sebelum jadi beneran iklan sabun hahahaha. Kalau kalian ada gak aroma yang pernah bikin teringat dengan suatu masa/moment?
Sejak Joshua main OSMO lagi dan tidak menunjukkan tanda bosan, kami memutuskan untuk melengkapi mainan OSMO kami. Beberapa yang belakangan di beli Osmo Coding Jam, Osmo Detectives dan Osmo Pizza Co. Sebelumnya Joe memprint sendiri untuk Pizza Co nya, tapi jadinya susah menyimpannya. Dengan alasan supaya mainnya lebih enak, akhirnya kami beli juga.
Khusus untuk Osmo Newton, kami tidak membeli creative boardnya tapi hanya menggunakan white board kecil yang ukurannya mirip dengan creative board.
Tulisan ini sekilas review sekaligus biar ingat apa yang sekarang sering dimainkan Joshua.
OSMO Newton
Osmo Newton ini sebenarnya mainnya agak rumit. Jadi kita diminta untuk membuat garis supaya bola yang jatuh terpantul lagi mengikuti hukum Newton. Joshua tapi senang bikin aturan sendiri mengumpulkan bola kecilnya dan somehow dia bisa sampai level 30 an.